"Gue ambil P3K dulu," ucap Myesha setelah membaringkan Hanum di sofa.
Setelah ditinggal Myesha, Hanum malah menelisik dalam rumah itu. Rumahnya memang sederhana, tetapi hangatnya rumah ini membuat Hanum merasa nyaman seperti berada di sauna. Gadis itu berjalan sedikit mendekati tangga kecil menuju bagian atas rumah ini.
"Sepi banget," gumam Hanum.
Sepintas meja di pojok ruangan menarik perhatian Hanum. Ada foto dua anak perempuan yang tengah tertawa ria saling merangkul. Jika anak yang di sebelah kanan, Hanum tahu bahwa dia adalah Myesha kecil, wajahnya tidak berubah sama sekali. Dan anak yang di sebelah kiri, Hanum langsung menyimpulkan pasti kakaknya Myesha.
"Yang jadi pertanyaan aku, kok tadi Myesha bilang dia cuma tinggal sama Ayahnya? Apa orang tua Myesha cerai?" pikir Hanum hingga akhirnya Myesha muncul dari tangga.
"Ngapain?" tanya Myesha menuruni tangga bersama kotak P3K-nya.
Hanum cengengesan. "Gabut, Sha. Ayah kamu kemana?"
"Lagi jaga toko." Myesha duduk sedang mencari obat merah beserta keperluan lainnya dalam kotak P3K.
"Memangnya Ayah kamu punya toko apa?" Hanum duduk menghampiri Myesha.
"Buah."
"Berarti tiap hari kamu sendirian kayak gini dong?"
Myesha mengangguk. Gadis yang memiliki paras cantik dengan hidung mancung itu telaten mengobati luka lebam temannya sementara Hanum meringis ketika kapas yang sudah dibaluri obat merah menyentuh memar di pipinya.
"Sama kayak aku. Ayah kerja, mamah kerja, ditambah aku anak tunggal. Heran, ayah sama mamah nggak ada niatan buat kasih aku adik apa ya, kan aku kesepian." Gadis itu tetap berbicara meskipun bibirnya pun nampak terluka akibat pukulan tadi.
Myesha menekan memar Hanum. "Aww... pelan-pelan, Sha."
"Kenapa nggak minta?"
"Udah. Kata mamah, aku terlanjur udah gede jadi bilangnya anak satu aja udah cukup." Bibir Hanum langsung manyun.
"Kalau gitu minta beli aja di shopee banyak," canda Myesha disambut dengan kekehannya.
"Ihh Myesha aku ini minta adik bukan boneka."
"Assalamualaikum."
Keduanya menoleh ke arah datangnya suara seraya menjawab, "wa'alaikumsalam."
"Lho lagi ada tamu?" tanya pria paruh baya yang baru saja memasuki rumah.
Myesha tidak merespons bahkan menatap wajahnya pun tidak. Hanum cukup terkejut terhadap perubahan sikap Myesha. Suasana berubah canggung, pasti hubungan keduanya sedang tidak baik-baik saja.
"Halo Om, saya Hanum teman sekelas Myesha." Hanum menyalami tangan Fabiano.
Fabiano mengulas senyum. "Emm teman barunya Myesha."
Hanum perhatikan tampaknya Fabiano sedang kelelahan. Seharian menjaga toko yang entah hari ini ia mendapat banyak pembeli atau sebaliknya. Di sisi lain mungkin Fabiano ingin terlihat kuat di depan anak semata wayangnya, lelah pun tidak masalah asalkan anaknya tak merasakan hal yang sama. Terlebih Fabiano sedang berjuang untuk meluluhkan hati Myesha agar mau memaafkannya.
"Om saya mau izin menginap di sini satu malam aja, boleh?" izin Hanum.
"Boleh, Om malah senang akhirnya Myesha tidak sendirian lagi. Sering-sering main ke sini, ya."
"Iya om, Hanum usahain buat sering mampir ke sini dan janji bakal jadi teman yang baik untuk Myesha."
"Terima kasih ya, Hanum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Myesha (Revisi)
Ficção Adolescente[⚠️HARAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️] Attantion: Cerita ini aku publish ulang ya guys karena lagi tahap revisi, cmiiw "Kenapa? Takut gue rebut Myesha dari lo?" "Itu niat lo?" Kaivan menggertakkan giginya sementara tangannya mengepal, bersiap aka...