22. Kesalahpahaman

41 23 25
                                    

Bunyi pulpen buka tutup yang terus dimainkan oleh seseorang cukup mengganggu keheningan belajar mengajar di kelas 12 MIPA 3. Pelakunya yaitu Myesha. Bukannya mencatat, anak itu malah melamun. Hanum berhenti menulis lalu melihat sekeliling. Terlihat beberapa cewek melempar tatapan sinis kepada temannya.

"Sha...." Hanum menyadarkan lamunan Myesha.

"Hah?"

"Itu-" Hanum menunjuk pakai gerakan mulut.

"Oh maaf," ucapnya singkat sekaligus menghentikan kegabutannya.

Entah apa yang sedang mengganggu pikiran Myesha. Semalam Hanum membatalkan niatnya untuk menginap di rumah Myesha karena acara keluarganya baru selesai jam 11 malam. Terakhir yang Hanum tahu, Myesha dan Kaivan pergi bersama. Lalu apa yang terjadi setelah itu?

"Gimana semalam jadi main sama Kaivan?" tanya Hanum.

Rahang Myesha tiba-tiba mengeras diikuti dengan suara retakan yang berasal dari pulpen yang dicengkramnya. Apa yang salah dari pertanyaan itu? Hanum menelan salivanya susah payah, tubuhnya merinding jika Myesha sudah menunjukkan tanda-tanda kemarahan.

"Anjir nih pulpen segala patah."

"Kalau nyatetnya sudah kelar silahkan buka paket halaman 114!" perintah seorang perempuan muda berseragam batik. Diketahui dia adalah seorang guru matematika yang hanya mengajar kelas 12.

"Akhhhh gak berguna!" Myesha melempar pulpennya ke sembarang arah.

Pusat perhatian langsung tertuju kepadanya termasuk guru itu yang merasa tersinggung oleh perkataan Myesha.

"Myesha ngomong apa kamu?"

Guru itu berkacak pinggang. "Kamu menolak perintah saya?"

Myesha mencibir dalam hati sedetik kemudian ekspresinya berubah cengengesan. "Enggaklah bu. Mana berani saya menolak perintah ibu."

Berpikir cepat untuk membuat sebuah alasan yang tepat. Kemudian merampas pulpen milik Hanum karena pulpennya entah mendarat di mana. "Pulpen saya nih bisa-bisanya dia mati waktu saya lagi nulis. Hehe ijin beli pulpen ya, Bu."

"Yaudah sana, lima menit harus sudah di sini."

"Lima menit? Lo kira gue beli lewat jalur jin kali. Ini kaki woy bukan roda kereta api," umpat Myesha. Untung cuma Hanum yang mendengar.

"Myesha Arabella!"

"Iya bu!" Myesha refleks berdiri.

"Baca mantra apa kamu di sana?! Kalau mau keluar cepat, jam saya keburu habis."

"Iya ibu, ini mau jalan."

Setibanya di tukang fotocopy, tanpa pikir panjang Myesha membeli pulpen yang sama persis seperti miliknya. Ia menunjuk pulpen yang dimaksud. "Dua aja Bang."

"Stabilo satu deh, tip-x sekalian." Myesha memberikan selembar uang dari dalam sakunya.

"Terus?" tanya abangnya.

"Udahlah, abis duit saya."

Abang fotocopy-an itu tertawa sambil memberikan uang kembalian. "Thanks ya neng."

Myesha mengetes pulpennya dengan coretan kecil di tangan sehingga fokusnya bukan ke jalan. Hampir saja Myesha terjeblos ke dalam selokan jika seseorang telat menarik tubuhnya.

Orang itu memeluk tubuh Myesha dari belakang. Parfum yang dipakai oleh orang ini langsung dapat ditebak oleh Myesha. Matanya bergerak di mana tangan cowok itu melingkar di pinggangnya.

Gadis yang tingginya hanya sebahu laki-laki itu pun ditumpangkan dagu oleh Kaivan. "Lain kali hati-hati, untung nggak jatuh."

Myesha malah menjauhkan diri.

Myesha (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang