14. Most handsome

99 65 341
                                    

Pelajaran hari ini telah berakhir.
It's not a bad day. Myesha senang mengetahui bahwa teman belajarnya adalah Kaivan sesuai dengan apa yang ia harapkan.

Myesha dan Hanum pulang sedikit terlambat. Alasannya karena perempuan kelahiran Bandung itu sibuk mengurus semua buku paketnya ke dalam tas. Sekitar 10 buku paket dengan masing-masing ketebalan 1-2 cm harus Myesha bawa pulang sementara kapasitas tasnya hanya muat untuk 5 buku paket serta buku tulis mata pelajaran hari ini.

Lumayan memakan waktu sampai 15 menit. Tak masalah, hitung-hitung sambil menunggu jemputan Hanum. Katanya dia akan menginap di rumah Myesha lagi.

Sekarang, posisi mereka berada di depan gerbang SMA Antariksa. Di sana ada beberapa siswa yang belum pulang karena menunggu angkutan umum ataupun jemputan pribadi.

"Masih lama, Num?" Myesha berjongkok dan dengan mudahnya melempar tas penuh beban itu ke pinggir dinding pagar.

"Capek ya?" tanya Hanum basa-basi.

"Ya capeklah, dodol."

"Bentar ya, dikit lagi sampai, kok."

"Ya." Myesha mendengkus sebal.

"Mamah," gumam Hanum membaca nama yang tertera di layar ponselnya.

"Myesha aku angkat telepon dulu ya."

Sekitar lima menit Hanum menjawab telepon dengan posisi yang menjauh dari Myesha. Tak lama setelah itu sebuah motor keluar dari area sekolah.

Byur!

Genangan air kotor yang sedari tadi Myesha pandang malah menyerang wajahnya hingga mengotori seragam putihnya.

"Anak dajjal!!!!" pekik Myesha.

"Myesha!" Hanum langsung menutup telepon dan menghampirinya.

Bukan Myesha namanya kalau tidak memberi pelajaran pada orang yang telah kurang ajar padanya. Saat pemotor itu berhenti, betapa luwesnya tangan Myesha menggeplak helm si pengendara.

"Bego lo tuh!!"

"Gak punya otak!!"

"Buta mata lo!!"

"LIAT! GARA-GARA LO BADAN GUE KOTOR!" amuk Myesha yang tanpa henti memukuli helm orang itu.

Cowok itu mengerang kemudian membuka kaca helm fullface-nya. "Apa sih?!"

"Apa sihh?! Lo bilang Apa sih?!" ulang Myesha penuh emosi.

"LIAT NIH LIAT!" Myesha menunjukkan seragamnya yang kotor di depan mata laki-laki itu.

"Sorry, nggak sengaja."

"IHHHHHH!" Lama-lama Myesha darah tinggi. Satu pukulan dilayangkan ke pengendara itu mengenai punggungnya.

Cowok itu melempar tatapan sangar. Berani sekali perempuan ini memukulinya bahkan ibunya saja tak pernah melakukan itu.

"APA LIAT LIAT?!" Myesha berkacak pinggang setelah diberi tatapan maut.

"Salah sendiri. Udah tau abis hujan ngapain jongkok di situ. Gunanya halte di depan buat apa?"

"Lah salah gue, suka suka gue lah mau jongkok di mana kek. Lo yang bawa motor seharusnya dipakai tuh mata, jalanan lega dengan tololnya lo malah milih jalan kotor. Kucing aja kalau jalan pilih-pilih ini yang jadi manusia malah asal terobos," omel Myesha.

Cowok itu mencibir dalam hati. "Udah ngomelnya? Salahin aja airnya kenapa dia ada di situ."

"Bego!" pekik Myesha.

Di sini Hanum hanya menonton perdebatan keduanya. Lebih baik dia diam daripada ikut tersambar api kemarahan.

"Mending lo tahan dulu tuh emosi. Nggak lupa kan taruhan kita tadi malam?"

Myesha (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang