10. Secret love

88 51 58
                                        

Ruangan minimalis, rapih, bersih dan nuansanya yang membuat suasana sejuk itu merupakan kamar Kairav. Tampaknya terlalu luas jika digunakan untuk satu orang, tetapi itulah kenyataannya. Pasalnya, kamar Kaivan berada di sebelah dan yang pasti memiliki luas sama besar dengan ruangan ini.

Ada dua orang yang tengah asik dengan dunianya sendiri. Gustaf yang fokus menonton drakor dengan menumpang laptop milik Kairav sementara Louis sedang melamun, menatap kosong televisi yang digunakan untuk bermain game setelah si kembar pulang nanti.

"Unicorn?" Ia beralih memperhatikan sendal kodok unicorn merah muda pemberian gadis tadi.

"Kak sekali lagi aku minta maaf ya, aku nggak sengaja beneran deh."

"Kuda yang unik." Louis tertawa lalu menggeleng tak percaya. "Unicorn? Yang bener aja."

Ia hanya heran, cewek seusia Hanum masih menyukai karakter unicorn. Mengingatnya saja sudah membuat Louis tertawa berkali-kali.

"Ahhh, Shibal! Dia dalangnya tolol." Kehebohan Gustaf mengejutkan Louis dari lamunannya. Sampai akhirnya ia sadar, sudah cukup lama Kairav belum kembali dan Kaivan yang katanya akan menyusul adiknya itu pun tidak ada kabar beritanya.

"Eh Gus, minjem hp lo." Louis menepuk-nepuk bokong Gustaf.

Mendengar permintaan itu, cowok yang saat ini sedang rebahan di kasur Kairav langsung menyembunyikan ponselnya. "Buat?"

"Temen lo belum balik-balik, lumutan gue nungguin mereka. Sini pinjem!"

"Hp lo mana?" Gustaf bertanya balik.

"Ada, abis batre. Pinjem bentar ilah pelit banget." Paksa Louis.

"Yaudah nih. Ga modal banget lo."

"Gitu dong. Nanti setelah gue dinobatkan sebagai CEO gue beli perusahaan iphone buat lo."

Gustaf menyerahkan hpnya. "Bener lo ya?"

"Tapi boong," ledek Louis sebelum akhirnya berhasil merampas handphone Gustaf dan langsung menghubungi nomor Kaivan.

"Yeuh kaya monyet," cibir Gustaf.

Sementara itu ...

"Masuk dulu Van biar gue obatin dulu lukanya sekalian sama lukanya Hanum juga," tawar Myesha. Meski hidungnya sudah berhenti mimisan tetap saja Myesha panik.

"Gak usah, gue udah mendingan."

Mereka sudah tiba di halaman rumah Myesha, rumah yang tampak sepi berpagar tinggi dengan sedikit tanaman hias sebagai penyejuk sehari-hari. Kaivan mengamati rumah itu, "di rumah ada siapa?"

"Gue sama Hanum. Tenang, Ayah lagi nggak ada di rumah kok. Ayo masuk!"

"Bukannya nggak mau, tapi gue harus-" kebetulan sekali, orang yang baru saja ingin dibicarakan menelponnya.

"Sebentar ya." Kaivan izin mengangkat telepon.

"Ada apa?" tanya Kaivan kepada si penelpon.

"Mana makanannya? Lo di mana sekarang? Kapan main gamenya? Keburu malem! Harus nunggu berapa lama lagi! Gue udah laper, Van! Lo kalau kagak jadi mending gue pulang, dah." Yang mengomel dalam telepon itu Louis.

"Eh jangan dong, gue masih wifian belum selesai marathon drakor nih," timpal Gustaf matanya tetap fokus naik turun ketika melihat adegan kemudian membaca subtitle.

"Berisik banget lo berdua," dumel Kaivan.

Setelah kejadian tadi, ia sampai lupa tujuannya untuk keluar rumah adalah menjemput Kairav. Sepertinya Kaivan harus segera menyusul adiknya itu.

Myesha (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang