23. Bertengkar

45 23 7
                                    

Cukup lama Kaivan merenungi letak kesalahannya sampai Myesha begitu marah hari ini. Dia tidak masuk kelas, tidak istirahat dan memilih duduk di atap sekolah sampai bel pulang berbunyi.

Firasat Kaivan mengatakan bahwa Kairav orang yang telah memfitnahnya. Dia terus mengawasi gerak-gerik Kairav. Kebetulan posisi Kaivan berseberangan langsung dengan kelasnya sehingga aktivitas apapun dapat terlihat dari atas.

Sementara itu, tersisa Gustaf, Louis, Kairav dan dua siswa lain di dalam kelas. Mereka sibuk mengerjakan tugas kelompok yang telah dibagi-bagi penugasannya. Sampai-sampai tak ada yang menyadari wajah Kairav pucat pasi bercampur panik saat benda penting dalam tasnya menghilang.

Kairav menyenggol kaki Gustaf. "Gue tidur bentar ya, tugasnya nanti gue lanjutin."

"Woyilah asli muka lo kayak mayat, sakit lo?" congor Gustaf yang heboh menggugah perhatian ketiga temannya.

Louis yang panik segera menyamakan suhu tubuh Kairav di keningnya. "Panas cuy. Obatnya lo bawa gak?"

"Gak," jawabnya singkat.

"Dih si dongo."

"Mending istirahat di UKS aja Kai biar lebih nyaman," saran dari Gustaf.

Ini merupakan salah satu pesan Katrina kepada mereka untuk menjaga Kairav di sekolah. Saking waspadanya Katrina bahkan memberitahu gejala-gelaja orang yang memiliki riwayat jantung yang lemah.

Kairav berdecak kesal. "Apaan sih, gak usah lebay. Gue cuma mau tidur."

"Yakin lo gak mau istirahat di UKS aja?" tanya Gustaf meyakinkan.

"Ya." Kairav menidurkan kepalanya di antara lipatan tangan yang bertumpu di atas meja.

"Stttt jangan pada berisik! Ada bayi mau tidur," desis Louis ditujukan kepada tiga orang temannya sambil mendaratkan jari telunjuk di depan bibir.

"Leandro!" pekik Kaivan disertai gebrakkan pintu kelas.

Tubuh Kairav yang terlanjur lemas tak sanggup lagi mengangkat kepala. Kairav merutuk dalam hati.

"Lo kenapa sih? Udah tadi bolos kelas sekarang dateng-dateng kayak orang kesetanan," celetuk Louis.

"Nggak usah pura-pura tidur. Bangun!"
Kaivan tidak mengindahkan ocehan Louis justru menggebrak meja sampai Kairav mengeluh telinganya berdengung.

"Apaan?" ketusnya.

Tanpa aba-aba, leher baju Kairav ditarik paksa sampai sang empu terseret ke depan kelas. Kaivan langsung mengutarakan emosinya secara terang-terangan.

Beberapa kali pukulan dilayangkan sementara Kairav tak mampu membalas lantaran tenaganya habis akibat penyakit yang terus menggerogoti tubuhnya ini.

Tentu empat orang yang turut menyaksikan tidak tinggal diam ketika nafsu Kaivan membabi buta. Dua orang membekuk tubuh Kaivan. Sedangkan Gustaf dan Louis mengecek kondisi Kairav yang telah babak belur.

"Ngomong apa lo ke Myesha?!"

Kairav meringkuk di lantai dengan rintihan sakit yang luar biasa. Memar di wajahnya itu tak sebanding dengan rasa sakit yang hampir dideritanya selama 18 tahun.

Kali ini Kaivan seolah tidak peduli lagi. Laki-laki itu mulai berprasangka buruk jika Kairav selalu mengandalkan penyakitnya demi mendapatkan apa yang dia inginkan. Mulai dari hal-hal kecil, entah itu berupa benda maupun perhatian orang sekitar.

Myesha (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang