16. Bercocok Tanam

1.9K 216 39
                                    

"Cewek kenapa sih kalau ditanya selalu jawab gapapa, giliran didiemin malah dibilang nggak peka."
—Tuan Muda Kale

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

6.45 AM | Halaman Belakang

Jadi anak kosan itu harus pintar. Pintar mengatur keuangan, pintar mengatur waktu, dan pintar memanfaatkan benda-benda di sekitar. Seperti sekarang ini, mentang-mentang hari minggu, Lea sudah bermain tanah saja di halaman belakang.

Waktu habis menyiram tanaman, kemarin Lea tidak sengaja melihat banyak botol bekas air mineral menumpuk di samping tempat sampah, siapa lagi pelakunya kalau bukan Galang dan Bagas yang sangat-sangat malas membuang botol bekas air mineral mereka. Daripada Lea membiarkan bekas botol-botol itu menumpuk begitu saja, akhirnya Lea berinisiatif untuk bercocok tanam dengan menggunakan botol bekas.

Detik itu juga Lea membeli bibit berbagai macam sayuran yang nantinya akan Lea tanam di botol. Kalau pakai botol begitu jauh lebih hemat bukan? Jadi Lea tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli pot. Selain itu kalau sudah panen lumayan juga bisa untuk dimasak.

"Lo lagi ngapain sih, Ya?" Bima yang penasaran dengan kegiatan Lea langsung menghampiri cewek itu yang sejak tadi terjongkok-jongkok sambil bermain tanah.

Lea menoleh, lalu berkata, "Lagi mau tamen sayuran gue. Sini bantuin dong."

Bima langsung ikut jongkok di samping Lea, tangannya kini terulur untuk mengambil botol yang berisi air dan juga botol yang sudah dilubangi bagian bawah dan pinggirnya.

"Kenapa nggak beli pot aja sih, Ya? Ribet bener pake botol ginian." Memang pada dasarnya Bima ini orangnya tidak mau ribet.

"Hemat biaya, Bim. Anak kost harus pinter-pinter ngatur keuangan."

Benar juga sih kalau itu, tapi kan tetap saja. Kalau ada yang mudah kenapa mesti melakukan hal-hal yang sulit, contohnya melubangi botol untuk bisa dijadikan pot. Salah Bima pagi-pagi sudah menghampiri Lea.

"Widih-widih, Mama Papa udah kompak aja nih di pagi hari yang cerah ini," seru Galang dari arah dapur yang hanya menyembulkan sebagian badan saja di pintu.

Kalau dilihat-lihat kayaknya Galang di dapur sedang membuat kopi dan cowok itu baru bangun tidur. Muka bantal Galang masih terlihat sangat jelas soalnya.

"Sebagai anak yang berbakti sini bantuin Emak Bapak lo."

Galang langsung menggeleng. Pagi-pagi main tanah? Ah skip dulu deh, mending Galang ngopi di kamar sambil dengerin musik sampai ketiduran lagi. Sayang kalau pagi-pagi sudah buang tenaga.

Namun, bukan Bima namanya jika apa yang dia inginkan tidak dituruti. Dengan tangan yang kotor, cowok itu segera masuk dapur dan menarik kaos Galang agar keluar. Demi Bima yang makin hari makin ngeselin, kaos putih Galang ternodai begitu saja oleh tangan kotor Bima.

Kosan BenuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang