47. Janji Bima

1.7K 206 30
                                    

Heran sama manusia, udah tau nggak bisa, masih tetep aja dipaksa.
Arira

•••••

3.00 PM | Pinggir Jalan

"Lo yakin?"

Dira menghela napasnya sejenak. Bosan juga dengan pertanyaan Kafka yang itu-itu terus. Kalau Dira tidak yakin, tidak akan ia meminta bantuan Kafka untuk mencarikannya tempat tinggal baru. Iya, Dira akan segera meninggalkan Kosan Benua.

Selain karena masa sewanya sudah habis, Dira juga tidak ada niatan untuk lanjut tinggal di Kosan Benua. Apa karena Lia? Itu juga termasuk, tapi alasan utamanya karena Dira sudah tidak ada biaya lagi. Tahu sendiri semahal apa biaya sewa di Kosan Benua, sebisa mungkin Dira harus belajar hemat mulai dari sekarang.

"Daripada lo nanya terus mending kita beli es itu aja yuk," ajak Dira turun dari motor lalu melepaskan helmnya. Sebenarnya Dira juga agak ragu untuk membeli minuman tersebut, ini kali pertamanya Dira melihat minuman seperti itu.

Belum sempat Dira meninggalkan Kafka terlebih dahulu, cowok itu sudah langsung menarik tangan Dira saja. "Lo yakin? Sejak kapan lo suka es kelapa warna-warni gitu?" katanya setengah kebingungan.

"Sejak gue sadar kalau sekarang gue udah melarat," jawab Dira sambil terkekeh. "Yuk ah, lama lo, gue haus nih."

Di atas motornya Kafka masih mematung. Matanya terus memperhatikan Dira yang sedang memesan minuman. Banyak yang berubah dari temannya itu. Namun, Kafka sedikit kasihan pada Dira, dia sedang tidak baik-baik saja.

Kafka juga ingin membantu Dira, tapi dia sadar, Kafka juga tidak beda jauh kondisinya dengan Dira. Mungkin hanya doa dan dukungan yang bisa Kafka beri untuk Dira.

"Lama ih, lo mau rasa apa?" tanya Dira begitu Kafka sudah ada di sampingnya. "Tenang, kali ini gue yang bayarin. Nggak usah protes, dua ribu doang nggak akan buat gue makin melarat."

Kafka lagi-lagi terdiam. Semakin banyak tawa yang dilontarkan Dira, semakin Kafka yakin kalau tawa itu Dira gunakan untuk menutupi kesedihannya. Padahal dulu rasanya sulit sekali membuat Dira tertawa. Sampai-sampai Lia pernah ngambek karena leluconnya tidak bisa membuat Dira tersenyum sedikit pun.

"Gue sama kayak lo aja deh, Dir."

Sambil menikmati es kelapa muda rasa mangga dipinggir jalan, Kafka dan Dira saling berbagi cerita tentang hal-hal yang mereka alami saat hubungan keduanya sedang tidak baik-baik saja. Dari obrolan hari ini mereka baru sadar, banyak sekali yang telah mereka berdua lewati.

Namun, di sisi lain Dira dan Kafka bersyukur karena mereka bertengkar waktu itu. Karena kalau tidak, tidak akan ada yang namanya minum es kelapa muda di pinggir jalan seperti sekarang ini.

Kosan BenuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang