44. Gengsi

1.7K 195 10
                                    

"Kebanyakan gengsi selalu berujung penyesalan dalam hati."
Kafka

••••

••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2.15 PM | Taman Kompleks

Berhubung hari ini Btari tidak ada kelas dan Bima sedang tidak ingin masuk kuliah alias bolos, jadilah kedua manusia itu menggabut di taman kompleks yang letaknya dua rumah dari rumah Pak RT, cukup jauh memang dari Kosan Benua, tapi hanya taman kompleks satu-satunya tempat yang memungkinkan untuk mereka kunjungi di siang bolong seperti ini.

Meski cuaca masih sedikit panas, tapi tidak melunturkan niat mereka untuk tetap berada di sana sampai menjelang magrib. Di kosan terus bosan katanya, butuh udara segar.

"Lo nggak kasian apa sama Kavin? Titip absen terus lo sama dia," kata Btari mengingat begitu malangnya nasib Kavin memiliki teman seperti Bima. "Ketauan dosen kelar deh lo berdua."

"Ada es doger, Bi, lo mau nggak?" Bima malah mengalihkan pembicaraan. Tangannya menunjuk gerobak es doger yang terpangkal di pinggir trotoar.

Sengaja Bima alihkan, habis kalau Bima tanggapi pasti cewek yang sedang duduk di sampingnya sambil kegerahan itu bakal marah-marah. Btari tidak hanya marah pada Bima saja yang sering sekali bolos, tapi Btari akan memarahi semua anak Kosan Benua yang bolos.

Kata Btari, orang tua lo cari duit sana sini, kerja dari pagi sampe malem buat biaya lo kuliah, tapi lo malah bolos. Masih pantes disebut anak berbakti lo. Seram bukan? Btari memang menyeramkan, jadi jangan heran.

"Bima!!"

"Iya Btari sayang."

"Gue serius."

"Gue juga serius, lo mau nggak?"

Btari menghembuskan napasnya kasar. Ia tahu kalau Bima sedang menghindari topik pembicaraannya. Tapi, ini juga demi kebaikan Bima. Sepertinya di semester ini Bima sudah banyak membolos, kalau saja membolos karena melakukan hal-hal yang lebih berfaedah, Btari bisa memaklumi. Tapi ini membolos terus malas-malasan di kosan. Apa tidak menjengkelkan.

"Iya, iya, jangan ngambek dong, nanti cantiknya ilang," ujar Bima sambil menarik tubuh Btari agar kembali duduk dekat dengannya. "Iya, ini terakhir kalinya gue bolos. Janji deh udah gini nggak lagi."

Btari mengangkat jari kelingking mungilnya itu. Bima yang tidak paham maksud Btari yang menggerak-gerakkan jari kelingking di udara hanya bisa mengerutkan kening. Dasar Bima manusia tidak peka.

"Janji nggak?" Btari terus menggerak-gerakan kelingkingnya.

Ah, Bima paham. Cowok itu lantas menautkan kelingkingnya pada kelingking mungil Btari. Sambil tersenyum Bima semakin mengeratkan tautannya.

"Janji."

Lantas seulas senyum terbit di wajah cantik Btari. Melihat senyuman Btari, sungguh Bima merindukan senyuman itu. Sudah lama sekali ia tidak melihatnya. Btari sudah jarang tersenyum sekarang, semenjak dia putus dengan Baskara.

Kosan BenuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang