2. Rutinitas pagi

2.6K 166 14
                                    

Happy Reading

Di pagi hari yang cerah, secerah seorang remaja yang tengah berkutat didapur di pagi buta ini. Ia sedang membuat sarapan untuk keluarganya.
Remaja yang memiliki paras manis itu, menyiapkan sarapan setelah ia usai membersihkan seisi rumah sendirian, tanpa ada yang membantunya. Memang itu adalah
rutinitasnya setiap hari.

Anak yang memilki wajah manis, imut dan tampan itu seharusnya tak melakukan perkejaan rumah tangga yang bukan tugasnya. Pekerjaan seperti itu harusnya di kerjakan oleh ibu rumah tangga atau seorang maid atau pembantu yang di bayar. Jika memang sang Ibu tak mau melakukannya.

Tapi Gaziel, nama remaja itu. Melakukan pekerjaannya dengan setulus hati, tak pernah merasa kesal atau pun marah. Sedari kecil ia memang sudah pandai melakukan pekerjaan rumah dan memasak.

Ia adalah seorang anak yang berhati malaikat, meski ia diacuhkan, kehadirannya tak dianggap, dibenci. Bukannya melawan, atau menaruh dendam pada mereka, justru Renand membalasnya dengan senyuman hangat dan sebuah doa untuk mereka.

Namun kebaikan hatinya, tak membuat banyak orang menyukainya namun membuat ia semakin di benci. Gaziel tak marah di benci dan tak pernah menyalakan Tuhan, ia tahu apa yang terjadi itu adalah yang terbaik untuknya.

Setiap ia berdoa, ia pasti akan selalu menyebut nama orang tua, saudaranya dan orang orang yang pernah ia kenal. Gaziel akan mendoakan agar mereka di bukakan pintu hatinya.

Pagi ini, pekerjaan Gaziel cepat lebih awal, sehingga remaja itu bernafas lega. Setidaknya, untuk hari ini ia tak akan di marahi dan tidak akan terlambat ke sekolah.

Setelah bersiap-siap, Gaziel pun pergi kesekolah dengan berjalan kaki. meskipun sekolahnya cukup jauh, namun tak membuat ia mengeluh, baginya untuk masih bisa merasakan sekolah itu adalah hal yang luar biasa. Ia akan berusaha belajar dengan keras dan setinggi tingginya meski ia tak tahu apa yang akan terjadi di masa depan.

----

45 menit kemudian....

Akhirnya. Setelah menempuh waktu dan keringat yang cukup banyak, Gaziel sampai di sekolah SMA Arwana. Salah satu sekolah terfavorit di kota Jakarta dan juga merupakan sekolah milik ayahnya sendiri.

Meskipun statusnya Gaziel dikenal sebagai putra bungsu dari keluarga Daskar. Tapi tak membuat remaja itu memiliki banyak teman, bahkan bisa dikatakan ia tak memiliki teman seorangpun. Meski pintar dan tampan, tapi tak ada yang sudi berteman dengannya, jangankan berteman, bicara pada Gaziel pun mereka enggan. Secara terang-terangan mereka menghinya.

Gaziel tahu, semua itu terjadi karena kak Kelvin, ia menghasut para siswa siswi agar membenci dan memperlakukannya menjadi murid tak terlihat.

Kejam bukan... Tapi begitulah takdir yang harus ia jalani.

Gaziel melangkahkan kakinya menuju lantai dua dimana kelasnya berada. Meski langkahnya cukup berat dan ragu, karena banyak sekali pandangan mata yang mengarah padanya saat ia berjalan. 'Jijik' itu adalah arti dari pandangan mereka semua. Tak hanya itu, kata kata kasar dan penuh kebencian itu pun menemaninya sampai di depan kelasnya.

Saat telah sampai di depan kelas 10 MIPA 1A, Gaziel yang hendak masuk itu pun, niatnya ter urung ketika salah seorang murid berkacamata keluar dari pintu dan memandangnya remeh. Tanpa berkata apa apa, remaja berkacamata itu kemudian berlalu begitu saja. Ia adalah siswa kutu buku, yang sangat memprioritaskan pelajaran.

Gaziel Story {ON GOING} - (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang