7. Isi hati Bintang

1.3K 122 0
                                    

Happy Reading...

Gaziel yang baru saja akan melompat, mengakhiri hidup nya dengan cara yang salah. Gerakan nya terhenti karena tiba-tiba seseorang berteriak memanggil namanya.

"GAZIEL!" teriak seseorang.

Gaziel memberhentikan niatnya yang hampir saja melompat dari atas rooftop sekolah.

"Cihh dasar, ganggu aja," ketus Kelvin karena lagi-lagi rencananya untuk membuat Gaziel celaka harus gagal.

Berbeda dengan Kelvin yang kesal karena Gaziel tak jadi melompat. Justru Bintang  merasa bersyukur setidaknya ia masih memiliki waktu bersama Gaziel. Bintang sangat berterima kasih pada orang yang telah membatalkan kejadian ini.

Bintang merutuki dirinya sendiri, sebagai kakak ia tak bisa melindungi adiknya di saat seperti ini. Ia tak mampu mengatakan jika ia tak pernah membenci Gaziel, ia tetaplah adik kesayangannya.

"Syukurlah kamu selamat dek," batin Bintang.

"Ngapain berdiri di situ? Mau bunuh diri?" tanya seseorang yang baru saja datang menghampiri mereka dengan marah.

"Maaf pak.." gumam Gaziel pelan nyaris tak terdengar.

"Saya tidak suka jika ada murid yang berniat bodoh seperti kamu, apa kamu tidak berpikir nyawa itu adalah sesuatu yang paling berharga. Banyak orang di luar sana yang begitu menginginkan kehidupan kedua, menginginkan untuk terus bersama dengan keluarga mereka. Tapi kamu, kamu malah ingin mengakhiri hidup kamu dengan cara yang bodoh. Apa kamu tidak pernah memikirkan keluargamu, yang akan sedih ketika kamu malah pergi, seberat apa pun masalah mu, pasti akan ada jalannya. Jangan menyerah,"ujarnya dengan panjang lebar memberi nasihat pada Gaziel.

Namun nyatanya, ia tidak marah pada Gaziel karena ia tahu bahwa remaja di depannya ini hanya menuruti keinginan kakak tersayangnya.

"Pak Rion pergi aja deh. ganggu tau gak sih," ketus Kelvin, karena gara-gara pak Rion, rencananya jadi gagal total.

"Kelvin, seharusnya kamu jadi kakak jaga adik-adik kamu, bukan malah menyuruhnya melakukan hal yang bisa membahayakan dirinya sendiri," nasihat pak Rion dengan nada yang lembut. Ia tak bisa memarahi Kelvin karena pekerjaannya menjadi taruhan.

"Gak usah ikut campur," desisnya dengan tatapan tajam pada sang guru.

"Saya tidak ikut campur, bagaimana pun juga dia adik kamu, tolong jangan buat dia selalu terluka," pinta pak Rion dengan memandang Gaziel iba.

Pak Rion tahu, apa yang selama ini terjadi pada Gaziel, karena dirinya memang mencari tahu hal itu. Jika saja ada cara lain untuk mengembalikan senyum Gaziel, udah dari dulu pak Rion melakukannya.  Namun senyum anak itu hanya ada pada keluarganya, dan Pak Rion tak mampu membuat keluarga Gaziel tak membenci Gaziel lagi.

"Apa yang bapak bilang? Saya buat dia terluka?! Jika pak Rion tidak tahu apa-apa jangan ikut campur dengan urusan saya!" kata Kelvin sembari berdiri dari duduknya, dengan tatapan tajam menatap Pak Rion yang nota be nya nya adalah gurunya sendiri.

"Suatu hari nanti kamu akan menyesal," gumam pak Rion tanpa sadar.

Kelvin yang hendak pergi, kini membalikkan tubuhnya ketika samar-samar ia mendengar ucapan pak Rion.

"Bapak ngancam saya?! Jangan sok jadi pahlawan anak pembawa sial itu, ingat! Nasib bapak di sekolah ini ada di tangan saya," ucap Kelvin kemudian pergi dari rooftop meninggalkan mereka yang masih terpaku di tempatnya.

Bintang yang hendak menyusul Kelvin, langkahnya terhenti saat tiba tiba Gaziel memanggilnya.

"Kak.. Bintang," panggil Gaziel dengan mata yang berkaca kaca, berharap kakaknya itu mau melihat dirinya.

"K-kak apa G-gaziel salah telah terlahir ke dunia ini?" tanya anak itu dengan suara yang bergetar menahan tangis. Hatinya terluka atas sikap dari orang yang ia sayang.

Bukan jawaban yang di berikan Bintang, namun remaja berjaket biru itu pergi begitu saja tak mempedulikan Gaziel yang terus saja memanggil manggil namanya.

Tak ingin terlihat lemah di hadapan pak Rion, ia pun pamit pada pak Rion setelah mengucapkan terimakasih karena telah menyelamatkannya tadi. Hampir saja ia menyesal dan kehilangan semuanya.

Pak Rion memandangi tubuh kurus Gaziel yang perlahan menjauh dari penglihatannya.

"Kamu akan bahagia, suatu hari nanti,"-Rion.

Setelah waktunya untuk pulang, Gaziel pulang ke rumah dengan perasaan ceria seperti biasanya seperti tak terjadi apa-apa tadi siang.

----

"Vin," panggil Bintang memasuki kamar Kelvin ketika baru saja mereka sampai di mansion.

"Maksud Lo apa nyuruh Gaziel lompat dari rooftop sekolah. Gimana kalo seandainya ia gak selamat,"
hardik Bintang to the poin maksud kedatangannya ke kamar Kelvin.

Kelvin tersenyum sinis karena sikap Bintang yang masih saja terus memikirkan perasaan Gaziel.

"Justru itu kemauan gue, dengan melihat ia pergi. gue bisa hidup tenang tanpa ada anak pembawa sial."

"Stop panggil Gaziel anak pembawa sial. Bagaimana pun juga dia saudara kita Vin," teriak Bintang yang sudah muak dengan Kelvin yang terus saja membenci Gaziel yang tak bersalah.

"Saudara?" tanya Kelvin dengan pandangan datar dan lurus ke depan. Tatapannya itu mengandung banyak arti.

"Iya. Gaziel adik kita," ulang Bintang memperjelas.

"Gue gak pernah tuh menganggap dia saudara. Sampai mati pun!"

"Vin Lo benar-benar keterlaluan," ucap Bintang dengan marah.

"Gue kayak gini juga-gara gara dia," balas Kelvin tak mau kalah.

"Stop Vin, gue mohon Stop benci Gaziel."

"Lo nyuruh gue stop, ingat Bin, gara gara dia mama harus menderita selama bertahun-tahun," ucap Kelvin dengan penuh amarah.

"Itu semua bukan salahnya,"bela Bintang. Ia tak habis pikir, Kelvin membenci Gaziel karena masa lalu.

"Bukan salahnya? Jelas jelas semua itu kesalahannya."

"Itu masa lalu Vin, plis jangan di ungkit."

"Kalo lo gak mau gue bocorin semuanya mending lo tutup mulut dan jangan ikut campur dengan urusan gue."

"Kevin yang gue kenal bener bener jauh berbeda dengan yang sekarang," kata Bintang kemudian berlalu keluar kamar tak lupa membanting pintu kamar milik Kelvin.

Setelah keluar dari kamar sang kembaran, Bintang tidak langsung ke kamarnya namun laki laki yang masih memakai seragam sekolah itu melangkah kan kakinya ke sebuah taman yang ada di halaman belakang rumah nya.

"Kelvin gue kangen sama Lo yang dulu, bukan yang sekarang yang memiliki hati bagaikan iblis. Meskipun gue tahu penyebab lo berubah, tapi seenggaknya Lo gak harus benci sama dia, dia benar benar tidak tahu apa apa namun kenapa dia yang harus disalahkan? Mengapa adiknya yang tak berdosa itu yang harus menanggung penderitaan akibat masa lalu yang bahkan dia pun tak tahu itu."

"Gue sayang sama Lo Ziel, gue juga sayang sama Kelvin, gue kangen main dan bercanda bareng kalian. Mengapa kebahagiaan gue setelah kehadiran seorang adik yang gue impikan dulu harus di renggut seiring berjalannya waktu, mengapa kebahagiaan nya hanya sesaat." racau Bintang dengan air mata yang keluar begitu saja tanpa ia pinta.

"Maafin gue Ziel, gue  harus berpura pura benci dan gak peduli sama Lo. Agar Lo gak pernah tahu sesuatu yang bisa buat lo menyerah untuk hidup. Demi Lo masih bisa berada di samping gue, gue akan ngelakuin apa pun."

"Gue sayang kalian," kata Bintang dengan air mata yang telah menetes sejak tadi.

Tanpa disadari oleh Bintang, sedari tadi Kelvin berdiri tak jauh dari tempat Bintang duduk dan ia melihat dan mendengar semua yang dikatakan oleh Bintang.

"Demi anak sial itu Lo akan ngelakuin apa pun, apa otak Lo udah di cuci sama dia sehingga Lo begitu menyayangi nya, tapi...
Lo harus tahu Bin, semakin Lo sayang sama si anak pembawa sial itu maka gue akan semakin membuat ia menderita," gumam Kelvin

13 Maret 2021

Gaziel Story {ON GOING} - (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang