Kadang ketika kita merasa semua orang membenci dan menjauh namun masih ada seseorang yang masih peduli pada kita.
----
Setelah melalui perjalanan dengan berjalan kaki selama tiga puluh menit, kini Gaziel sudah sampai di depan halaman rumah seseorang. Seseorang yang telah mengembalikan semangat Gaziel.
Ia bekerja sebagai guru les anak pemilik rumah tersebut. Rumah yang bernuansa sederhana namun keluarga yang begitu hangat membuat Gaziel bersyukur mengenal mereka. Andaikan ia boleh meminta.
'Salahkah ia jika lebih memilih menjadi anak dari tempat ia bekerja di banding harus menjadi anak pemilik gedung gedung besar pencakar langit namun tak pernah di pedulikan?'Tok. Tok. Tok.
"Assalamualaikum," Gaziel mengetuk pintu bercat coklat itu sambil berucap salam. Ketika berada disini Gaziel selalu merasakan kenyamanan, seperti menemukan suatu keluarga yang pantas di sebut harmonis, bukan keluarga yang hanya pencitraan di tekan banyak orang.
"Waalaikum salam," jawab seorang wanita paruh baya yang membukakan pintu untuk Gaziel. Setelah mengetahui siapa yang datang, senyuman manis langsung terukir di wajah wanita paruh baya itu.
"Eh nak Gaziel, silahkan masuk," kata bu Risa, istri dari pak Bagas.
Bu Risa masuk bersama dengan Gaziel. Masih terasa canggung tapi ia berusaha senyuman mungkin. Bukankah berada disini seratus kali lebih baik di banding dirumahnya sendiri.
"Nak Gaziel udah datang. Sini duduk," ucap pak Bagas yang menyadari kehadiran guru les putranya. Sebenarnya mereka tak meminta Gaziel menjadi guru les dari putra semata wayangnya, tetapi sebagai ucapan terima kasih dari Gaziel, makanya ia sendirilah yang menawarkan diri.
"Iya pak." jawab Gaziel dengan sopan.
Ia berjalan menghampiri Pak Bagas, duduk di sofa ruang tamu yang sudah lusuh dan usang. Namun masih layak untuk di duduki.
Pak Bagas ialah orang yang telah menolong Gaziel dari tindakan bodoh yang pernah ia ingin lakukan.
Dulu, saat Gaziel benar benar terpuruk, hancur. Dia pernah berniat untuk bunuh diri, karena pikirannya sedang kacau sehingga didalam otaknya hanya ada kata "Mati."
Tapi saat ia ingin melompat dari jembatan yang begitu tinggi, pak Bagas datang dan menyelamatkannya. Karena beliaulah Kenzie masih bisa menghirup udara segar memberikannya nasehat yang sangat berarti, sehingga ia sadar bahkan tindakannya begitu bodoh.
Pertemuan ya dengan pak Bagas, menjadi bukti bahwa masih ada orang yang berhati baik. Dan Gaziel mengakui bahwa ia telah salah berucap. Berpikir jika tak akan ada seorangpun yang memperdulikannya.
Gaziel menjadi guru les dari anak pak Bagas karena ia merasa berhutang budi pada pak Bagas. Karena Gaziel tahu pak Bagas tak menginginkan balas budi berupa uang. Meskipun, pak Bagas bukan dari kalangan atas, namun beliau masih bisa menghidupi keluarganya dengan hasil kerja kerasnya.
Dan karena beliau beserta istrinyalah yang juga membuat Gaziel bisa merasakan kehangatan keluarga meskipun bukan dari keluarga kandungnya.
"Nak Gaziel tunggu sebentar yah, bunda panggil Reza dulu," pamitnya menuju kamar putra tunggalnya.
"Iya Bu," Gaziel menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Tidak enak juga jika dia hanya diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaziel Story {ON GOING} - (Tahap Revisi)
Short Story*Judul sebelumnya 'Kisah Renand.' Ini hanyalah kisahku, tentang aku yang berjuang mendapatkan kasih sayang keluargaku. Terkadang aku berfikir, haruskah aku menyerah? Apakah dengan aku mati maka mereka akan menyayangiku? Jikalau memang itulah yang b...