Coming soon...
21. Hukuman Kelvin dari Alvino
Di depan kelas, saat ini seorang remaja tampan berperawakan tinggi sedang duduk sembari melihat para siswa siswi yang sedang berlalu lalang.
Alvino, remaja yang terlihat sedang menunggu seseorang itu memasang wajah datar khas milik nya.
Lama menunggu, akhirnya seseorang yang ia tunggu datang juga, ia datang bersama kembaran nya. siapa lagi kalo bukan Kelvin musuh dari Alvino yang sayang nya mereka berada di kelas yang sama.
Kelvin yang menyadari sedang di tatap.oleh Alvino itu hanya berjalan melaluinya begitu saja, namun baru akan masuk ke pintu kelas, Alvino mencekal tangan nya dan menghempaskan nya kasar.
Kelvin yang belum siap akan pergerakan tiba tiba itu, ia kaget dan hampir saja terjungkal ke belakang. Kelvin menatap Alvino dengan tatapan tajam milik nya seolah ingin membunuh Alvino saat itu juga, tapi yang di tatap tampak tak peduli.
"Mau lo apa," kata Kelvin dengan suara yang datar bukan bentakan atau pun teriakan.
Bintang diam memperhatikan mereka, ingin berjaga jaga saja apa bila mereka berkelahi. Tak mungkin ia ikut campur, mengingat keras kepalanya mereka berdua.
"Mau gue?" Tanya Alvino menyunggingkan senyum nya.
"Gue cuma pengen nagih perjanjian kita malam itu," kata Alvino melirik Bintang yang kebingungan.
"Perjanjian apaan, jangan Ngadi Ngadi lu!" kata Kelvin yang melupakan tentang balapan mereka beberapa waktu yang lalu.
"Lu gak usah pura pura bego atau lupa!" tegas Alvino.
"Perjanjian apa?" tanya Bintang bingung dengan pembicaraan mereka berdua yang tak ia mengerti.
"Soal bal...," kata Alvino sengaja menggantungkan ucapan nya karena ia tahu bahwa selama ini Kelvin gak mau sampe keluarga nya tahu.
Kelvin yang udah ingat pun, langsung mengiyakan ucapan Kelvin tak ingin sampai Bintang curiga.
"Bal apa?" tanya Bintang pada Kelvin meminta jawaban.
"Ok, gue udah ingat. Gue bukan pecundang yang lari dari tanggung jawab, jadi lu gak usah takut," kata Kelvin cepat.
"Baguslah, gue tunggu lo di rooftop," kata Alvino dan melangkah masuk ke kelas.
"Bal apaan," kesal Bintang karena tak ada yang menjawab perkataan nya.
"Itu bukan urusan penting, mending lu masuk sekarang," kata Kelvin juga meninggalkan Bintang.
"Dasar orang sinting," batin Bintang.
Kemudian ia pun ikut masuk ke kelas.
Kring kring
Bel istirahat berbunyi.
Mereka pun langsung keluar dari kelas.
"Vin, lo mau ke kantin?" kata Bintang menghampiri meja Kelvin.
"Nggak," jawab nya tanpa perlu menatap wajah sang kembaran.
Menjawab jawaban itu, Bintang langsung pergi sendirian ke kantin, tak mungkin ia memaksa Kelvin yang sedang badmood.
Setelah kelas sepi, Alvino berjalan sembari melewati meja Kelvin dan berkata "Datang ke rooftop dan beliin gue makanan di kantin, gue duduk 5 menit lo gak nyampe, maka. hukuman lo bakal di tambah," kata Alvino berjalan dengan angkuh keluar kelas.
Kelvin mengeram kesal di bangku nya. "Tunggu pembalasan gue," batin Kelvin.
Maka dengan langkah malas, ia berjalan ke kantin. Namun saat sampai di kantin, ia hanya diam memperhatikan berbagai macam makanan di depan nya.
Kelvin tak tahu, makanan apa yang harus ia beli, lama terdiam, akhirnya ia berakhir dengan membeli air mineral saja.
Dengan langkah yang sangat malas ia melangkah naik ke rooftop dimana Alvino yang katanya menunggu nya.
10 menit baru Kelvin sampai di rooftop, dan pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah wajah kelas Alvino.
"Lama,"desis Alvino.
Kelvin tak menjawab, ia dengan tak sopan menyerahkan air mineral yang ia bawa. Alvino melihat Air mineral yang di serahkan padanya, dengan kasar ia merebut air itu dari tangan Kelvin.
"Dari beribu ribu makanan dan minuman yang ada di kantin, lo cuma bawa in gue air mineral," kata Alvino marah.
"Lidah lo gak pantas makan makanan yang enak dan mahal di kantin, lo pantas nya makan gorengan yang di jual di pinggir jalan a, yang harganya sesuai dengan dompet lo" kata Kelvin tersenyum mengejek.
Alvino yang di katai seperti itu, hanya tertawa. Tidak tahu saja dia, siapa Alvino sebenarnya.
"Hmm perkataan lo ada benarnya juga, dan kebetulan juga gue paling suka sama gorengan yang harga nya seribuan, udah enak murah lagi," kata Alvino menanggapi ucapan Kelvin.
Alvino sama sekali gak marah, dia emang udah terbiasa dengan perkataan orang orang yang selalu merendahkan kaum bawah dan memuja muja kamu yang tinggi, sungguh manusia benar benar telat tersesat ke jalan yang salah.
"Bagus deh lu nyadar diri, tapi gue peringatan, gue ngelakuin ini bukan berarti gue udah ngaku kalah dari lo, gue cuma gak mau di cap sebagai pengecut," kata Kelvin.
****
Pulang nya, Kelvin membawakan tas Alvino ke kelas, dan mendapat tatapan aneh dari murid murid sekolah.
Di perjalanan, mereka tak sengaja bertemu dengan Renand yang sedang menyembunyikan tangan nya di balik tas.
Namu hanya beberapa saat, mereka terdiam saling memandang, lalu setelah itu Kelvin dan Alvino pergi duluan.
Setalah sampai di parkiran, Kelvin langsung menyerahkan tas Alvino, dan langsung berlari meninggalkan nya.
Alvino pun melakukan mobil nya dengan tersenyum puas di balik helm milik nya.
Kelvin langsung menaiki mobil dimana Bintang sedang duduk manis menatap Kelvin.
Dan mereka pun pergi ke rumah dengan saling berdiam diam an tak ada percakapan diantara keduanya, hening dan canggung itulah yang mereka berdua rasakan.
****
Sedangkan di tempat lain, Renand sedang berjalan sendirian. Ia mendadak haus namun tak punya uang untuk sekedar membeli air mineral.
Ia menelan ludah nya berharap rasa haus nya bisa hilang sampai ia sampai di rumah.
Meskipun capek dan lelah, ia terus berjalan di jalan raya yang ramai oleh kendaraan yang berlalu lalang.
Beberapa menit kemudian...
Akhirnya Renand sampai di rumah, dengan langkah yang udah letih sekali, ia berjalan ke dapur untuk minum tentu saja.
Renand tanpa melepas tas nya langsung mengambil air minum, entah kenapa ia begitu haus.
Renand minum sampai 2 gelas penuh, mungkin karena udara yang memang sedang panas apa lagi ia berjalan kaki dengan jarak yang lumayan jauh.
"Pelan pelan den, minum nya," kata Bi sarah yang melihat tuan muda nya itu.
"Heheh iya bi," kata Renand, setelah ia menghabiskan air nya yang ada di kelas.
"Seperti nya den Renand haus sekali, apa lagi den Renand tampak berkeringat gitu. Den Renand kayak nya capek banget," kata Bi Sarah.
"Iya bi, gak tau juga kenapa Renand bisa se capek ini," kata Renand mengusap keringatnya.
"Den istirahat aja dulu, kasian den Renand lelah sekali," kata Bi Sarah.
"Iya bi, kalo gitu Renand masuk dulu," kata Renand sopan, dan pergi ke kamar nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaziel Story {ON GOING} - (Tahap Revisi)
Short Story*Judul sebelumnya 'Kisah Renand.' Ini hanyalah kisahku, tentang aku yang berjuang mendapatkan kasih sayang keluargaku. Terkadang aku berfikir, haruskah aku menyerah? Apakah dengan aku mati maka mereka akan menyayangiku? Jikalau memang itulah yang b...