5. Murid tak terlihat
Hari ini, Gaziel bangun lebih awal dari biasanya, ia bangun saat jam masih menunjukkan angka 03.00 dini hari. Entahlah dia akhir-akhir ini tak bisa tidur nyenyak, sehingga ia pun lebih memilih membersihkan rumah sampai pagi menjelang. Daripada memaksakan diri untuk tidur namun tak bisa, bukankah lebih bermanfaat jika ia membereskan rumah.
Dua jam berlalu..
Pekerjaan yang dia lakukan akhirnya selesai juga, Gaziel bersiap-siap untuk pergi sekolah. karena dia juga harus berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh, sebenarnya ia bisa saja naik bus tapi Gaziel lebih suka berjalan kaki sekalian berolahraga.Saat hendak keluar rumah, Gaziel melihat kakak keduanya baru saja bangun. Niatnya, Gaziel ingin menyapa namun saat melihat sorot tajam dari sang kakak membuat remaja 16 tahun itu mengurungkan niatnya, maka ia pun berlalu ke luar rumah dengan perasaan kikuk. Tanpa di sadari, seseorang yang berdiri di dekat pintu menatap punggung tegap sang adik yang perlahan menjauh dengan perasaan sedih.
Sejujurnya ia tak pernah menginginkan berada di situasi seperti ini. Mereka yang dulunya sering bermain, tertawa bersama, kini bagaikan tak saling mengenal. Bintang sangat ingin mengembalikan waktu, saat kebahagiaan itu masih ada. Kebahagiaan Gaziel, adiknya.
"Sorry...." Lirihnya pelan.
"Ngapain bengong di situ? Kerasukan yah o," ucap seseorang yang baru saja menuruni tangga dan atensinya melihat sang kembaran yang tengah melamun di dekat pintu. Ia pub menghampiri Bintang.
"Apaan sih, gak lucu," jawab Bintang cuek, ia bergegas ke kamarnya meninggalkan Kelvin yang masih setia di tempatnya.
"Cihh dasar."
"Lo pasti masih peduli sama dia kan. Gue gak tahu cara agar lo benar-benar bisa membencinya. Gue gak suka saat lo masih memiliki rasa iba terhadapnya. Karena dia pantas mendapatkan penderitaan itu dan gue gak bakal biarin satu orang pun berada di pihaknya," gumam Kelvin dengan tatapan penuh kebencian. Jika ditanya siapakah yang paling membenci Gaziel, maka jawabannya adalah Anindya dan Kelvin.
Gaziel sampai di sekolah saat pukul 07.15. Tak ingin berlama-lama lagi, ia bergegas menuju kelasnya karena kebetulan hari ini ia yang piket. Dia piket hanya sendirian, karena taj ada yang ingin menjadi temannya.
"Kapan sampainya sih," keluh Gaziel. Efek lelah karena terlalu lama membersihkan rumah dan juga harus berjalan kaki ke sekolah.
"Perasaan lantai dua gak jauh-jauh amat, ini malah kayak ke ujung dunia aja," guraunya pada diri sendiri. Di sekolah ia hanya akan berbicara pada dirinya sendiri.
"Hei! Anak sial baru datang lu!" kata seorang siswi perempuan, saat ia baru saja melihat Gaziel datang paling terakhir padahal dia yang piket hari ini. Tentu saja banyak siswa yang menggerutu kesal karena kelas masih sangatlah kotor.
"Maaf, tadi aku kesiangan," ucap Gaziel menundukkan kepalanya. Ia tak bisa melawan disekolah ini, karena dialah yang dibully.
"Jangan mentang mentang lu anak pemilik sekolah malah seenaknya ya!
Lo pasti lambat bangun 'kan" sahut Rizki si ketua kelas. Ia menatap tajam Gaziel karena tak pernah disiplin soal waktu, ia hampir setiap hari terlambat membuatnya semakin di kucilkan. Keterlambatan Gaziel punya alasan, bukan karena kesiangan bangun."Maaf.." gumamnya pelan namun tak ada yang akan ingin mendengarnya, mereka mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Gaziel hanya mampu bersabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaziel Story {ON GOING} - (Tahap Revisi)
Short Story*Judul sebelumnya 'Kisah Renand.' Ini hanyalah kisahku, tentang aku yang berjuang mendapatkan kasih sayang keluargaku. Terkadang aku berfikir, haruskah aku menyerah? Apakah dengan aku mati maka mereka akan menyayangiku? Jikalau memang itulah yang b...