14. Balapan

1.1K 99 0
                                    

Malam hari. Setelah insiden tadi pagi, kini Kelvin sedang berada di kamarnya, dia yang sedang melamun memikirkan kejadian tadi membuat ia menggeram kesal. Bisa-bisanya Alvino begitu berani menantangnya.

"Tunggu pembalasan gue Alvino!" geram Kelvin sambil mengepalkan tangannya kuat. Ada dendam dibalik tatapannya itu.

Tiba-tiba ada yang menelponnya, dari nomor yang ia kenal meskipun tak di beri nama, ia dengan cepat menerima panggilan tersebut. Bukan karena alasan penting ia hanya penasaran.

"Berani banget lu nelpon gue!" ucap Kelvin ketus, setelah panggilan tersambung.

Terdengar suara tawa dari seberang sana, yang terdengar menjijikkan bagi Kelvin. Musuh terbesarnya adalah Alvino, dan ia akan menghancurkan anak itu dengan cara apapun.

"Gue gak usah basa-basi, gue ngajakin lo balapan jam delapan." kata Alvino si penelpon. Memberikan sebuah tantangan baru untuk Kelvin. Entah Kelvin akan menerima atau tidak, itu akan menjadi urusan belakangan untuknya.

"Lu siapa berani ngajakin gue," kata Kelvin marah.

"Lu gak usah banyak bacot, kalo lo gak datang. Berarti lo emang pecundang dan ngaku kalah dari gue," ucap Alvino dengan senyuman khasnya. Meski tak bisa dilihat oleh Kelvin namun anak itu sedang tersenyum puas.

"Gue gak akan pernah kalah dari lo. Tunggu gue tepat jam delapan gue udah sampai," final Kelvin yang tak ingin harga dirinya tercoreng.

"Gue tunggu untuk ngelihat lo nangis karena kalah dari gue," ujar Alvino tersenyum senang karena berhasil memancing emosi Kelvin, lalu setelah itu ia mematikan panggilan secara sepihak.

"Anjir lo!" umpat Kelvin marah, bahkan ia melempar ponsel barunya ke lantai.

"Alvino, lo salah nyari masalah sama gue, tunggu pembalasan gue. Gue pastiin lo kalah," kata Kelvin dengan sorot tajam.

Tak menunggu lama, ia segera meraih jaket dan kunci motornya  bergegas turun dari kamar. Kelvin dengan terburu-buru keluar dari rumah, dan tanpa sengaja di lihat oleh Gaziel. Anak itu merasa heran mengapa Kelvin pergi dengan terburu-buru, apa lagi ia membawa kunci motornya.

"Kak kelvin mau kemana?" tanya Gaziel dalam hati.

Setelah kepergian Kelvin, ada yang menelpon Gaziel. Dengan buru-buru ia menjawabnya.

"Haloo," kata Gaziel pada si penelpon.

"Lo lagi di mana?" tanya Alvino, orang yang menelpon Gaziel. Dengan cepat pula Gaziel menjawab pertanyaan Alvino yang menanyakan keberadaanya.

"Gaziel lagi di rumah."

"Ok, gue minta lo datang ke sebuah tempat karena gue ingin ngasih lo sebuah kejutan," Kata Alvino.

Gaziel mengernyit heran, mengapa tumben Alvino, kakak kelasnya yang sering mengganggunya itu, tiba tiba berkata ingin memberinya kejutan padahal ini udah malam. Dan lagi, Gaziel merasa ini hanyalah sebuah jebakan.

"Hah? kejutan, tapi Gaziel gak lagi ulang tahun kak," kata Gaziel. Terdengar suara tawa dari seberang sana.

"Kalo lo penasaran, lo datang aja. Gue yakin lo pasti suka sama kejutannya," kata Alvino meyakinkan Gaziel.

"Tapi udah malam kak, Gaziel gak bisa," tolak Gaziel. Ada banyak pekerjaan yang harus ia lakukan.

"Kalo lo nolak, lo Pasti bakal nyesal. Pokoknya lo harus datang, entar gue share lok," kata Alvino.

"Tapi..." Belum sempat Gaziel menyelesaikan ucapannya, Alvino memutuskan sambungan telpon. 

Gaziel bimbang, di satu sisi dia penasaran namun ia jika takut keluar rumah, dia pasti bakal di hukum sama mamanya.

****

Kelvin sampai tepat pada pukul 08.00. Di sebuah tempat balapan yang telah di sewa oleh mereka yang ingin balapan dengan tujuan bersenang senang. Kelvin heran mengapa kali ini tak ada polisi yang berjaga, takutnya jika ada kecelakaan yang tak diinginkan, biasanya bakal banyak polisi yang mengawasi mereka.

Di arena itu, Kelvin bisa melihat sahabatnya juga datang yaitu Leon dan Alvaro. Dia pun menghampiri keduanya yang sedang bercengkerama dengan beberapa pembalap lainnya.

Di tempat ini, agak sepi gak sebanyak ketika ia melakukan balapan, bahkan tidak ada penonton yang biasanya ikut meramaikan. Bahkan hanya ada dirinya, Alvaro, Leon dan 3 orang pembalap yang di kenal oleh Kelvin.

Namun Alvino, ia belum melihatnya, "lo berdua ngapain ke sini?" tanya Kelvin setelah berada didekat sahabatnya.

"Kita di ajakin Alvino, katanya lo mau tanding sama dia. Awalnya gue gak mau, tapi dengar nama lo yaudah lah kita kesini." jawab Alvaro menjelaskan, sebab mengapa ia merelakan waktu berharganya datang ke tempat seperti ini. Padahal ke tempat balapan sudah menjadi tongkrongan untuknya.

Kelvin hanya mengangguk-angguk, menanggapi ucapan Alvaro.

"Terus si pembuat onar itu mana? katanya dia yang ngajakin lu berdua," tanyanya kembali karena tak menemukan keberadaan Alvino.

"Kita gak tahu, waktu datang si Alvino belum kelihatan batang hidungnya," kata leon menjawab pertanyaan Kelvin.

"Kayak nya sih belum datang." ujar Alvaro ragu.

"Dia ngajakin datang, tapi dia yang gak datang," sambung Kelvin, menggelengkan kepalanya.

"Bukan gak datang Vin, tapi belum datang aja," kata Leon membenarkan ucapan Kelvin.

"Tau gini, gak sudi gue datang," kata Kelvin memainkan ponselnya. Ponselnya lebih menarik daripada menunggu kedatangan Alvino.

"Tunggu bentar aja dulu," kata Leon.

"Malas gue, kuy lah cabut," Kata Kelvin dan menyalakan motornya hendak pergi dari tempat itu. Baru saja ia ingin pergi namun di hentikan oleh kedatangan Alvino bersama seseorang.

"Mau kabur lo," tuntut Alvino setelah menghentikan motornya, dan orang tersebut turun dari motor.

"Lo yang kemana aja, lu buang buang waktu gue," balas Kelvin menatap ke arah lain.

Alvino tak menjawab ucapan Kelvin, ia menyuruh seseorang yang di boncengnya untuk turun dan membuka helmnya.

Orang yang di suruh demikian, awalnya menolak tapi di paksa oleh Alvino, akhirnya dia membukanya. Dan setelah terbuka Kelvin terkejut dengan siapa musuhnya itu datang.

Dan ternyata orang itu adalah Gaziel, Alvino pergi untuk menjemput Gaziel dan memaksanya untuk ikut.

"Ngapain lo bawa anak pembawa sial itu," Kata Kelvin setelah melihat Gaziel datang bersama Alvino.

"Anak pembawa sial? kalo dia anak pembawa sial? Terus sebutan buat orang kek lu itu apa dong?" kata Alvino sambil tersenyum menyeringai.

"Gue bawa dia kesini baut jadi juri, dan siapa kalah, dia harus jadi babu selama seminggu dan gak boleh nolak dengan alasan apa pun," Lanjut Alvino.

"Ok. siapa takut, yang pastinya lo yang bakal kalah," kata Kelvin angkuh.

"Kita liat aja," Kata Alvino dan mulai menyalakan motornya ke arena yang telah di tentukan.

Kini, Alvino maupun Kelvin telah bersiap siap di garis star dengan Gaziel yang masih bingung. Mengapa ia diajak ke tempat seperti ini, hal asing untuknya.

Mereka berdua saling melempar tatapan tajam dan kemudian saling memandang ke depan. Leon datang ke depan tengah-tengah mereka sambil membawa sebuah kain yang Gaziel gak tahu apa itu.

Gaziel khawatir ternyata ia di bawa ke sebuah tempat yang biasanya anak anak nakal balapan, ia takut dan khawatir pada Kelvin dan juga Alvino, Gaziel takut jika seandainya di antara mereka ada yang terluka atau pun kecelakaan. Karena kejadian seperti itu tidak akan pernah diketahui apa yang akan terjadi, dan balapan itu benar benar mempertaruhkan nyawa.

Leon mulai menghitung...

"satu...."

"dua...."

Dan hitungan ketiga Leon melempar kain itu keatas dan setelah menyentuh permukaan bumi bersamaan dengan itu, Kelvin dan Alvino sama-sama melaju dengan kecepatan kencang.

Mereka saat ini, masih dalam kecepatan yang sama dan  baik baik saja namun.....

23 juli 2022

Gaziel Story {ON GOING} - (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang