“Keyshaaa! Kamu dimana sayang!”
Veranda berteriak-teriak histeris seperti orang gila. Perempuan itu berlari melewati lorong setapak di tengah taman, sampai langkahnya tembus menuju jalan raya.
Banyak pasang mata yang menatapnya penuh iba. Veranda terus berlari meski puluhan klakson meneriakinya untuk minggir, tetapi dia tidak peduli.
Kaki jenjangnya terus menerjang angin, menyisiri jalan raya. Hingga jerit tangisnya pecah—ketika mendapati lokasi kecelakaan putrinya yang telah dibersihkan oleh para warga, dan lingkaran garis kuning polisi.
Veranda merasa kehilangan separuh nyawanya. Bahkan warna-warna di sekeliling seketika memudar berubah pekat dan mencekam.
Veranda yang syok tak mampu lagi menopang kakinya. Perempuan itu kehilangan keseimbangan dan akhirnya terbanting ke belakang. Beruntung di sana sudah ada Boby yang dengan gesit berlari dan berhasil mengapai tubuhnya sebelum mencucur tanah.
“Astagfirullah ... istigfar, Ve!”
Boby membawa tubuh lemas Veranda—duduk di bibir trotoar diikuti Kelvin dan Shania yang juga menghampiri keduanya.
“Ve, ini diminum dulu airnya!” Shania menyodorkan sebotol air mineral yang telah di buka tutupnya.
“Enggak! Aku nggak butuh itu, aku cuma butuh Keyshaaa.” Veranda malah menepis tangan sahabat karibnya itu—hingga airnya tumpah dan tersisa setengah.
Boby langsung bangkit berdiri dan menghampiri salah satu petugas polantas yang bertugas mengamankan TKP. Tanpa basa-basi dia langsung bertanya tentang keberadaan Keysha.
Setelah informasi didapat. Veranda, Boby, Shania dan Kelvin segera meluncur ke rumah sakit yang dimaksud polisi tersebut.
❖❖❖❖
Tiba dirumah sakit Dev segera turun dari mobilnya. “Nana sayang, kamu jangan kemana-mana ya, tunggu sampai Daddy kembali.”
“Oke, Dadd!” Kalyana memberi hormat kepada ayahnya.
Laki-laki itu menutup pintu lalu mengedong tubuh Keysha yang berlumuran darah. Di depan teras rumah sakit Dev langsung berteriak memanggil dokter dan paramedis. Hingga akhirnya dua petugas pria yang berjaga di depan ruangan isolasi berlari menghampirinya.
Tubuh mungil Keysha langsung disambut oleh ranjang dorong, dibawa untuk segera mendapat penanganan.
Dev menatap nanar pada gadis cilik yang tidak dia kenali itu seperti sedang meregang nyawa. Keysha yang semula tidak bernapas perlahan mulai tersadar dari pingsannya.
Namun, Keysha tak sanggup membuka mata. Kepalanya terlalu berat seperti tertimpa batu raksasa. Gadis kecil itu hanya dapat merasakan bumi yang berputar, serta ranjang dorong yang berderak-derak membawanya entah kemana.
Semua orang yang berlalu lalang berusaha menepi setelah mendengar bunyi derit roda brankar yang didorong oleh beberapa orang di sekelilingnya. Kemudian, salah seorang dokter mengikuti dan membantu untuk mendorong brankar yang penuh dengan bercak darah Keysha.
Meskipun begitu, Keysha masih bisa menggerakkan jari mungil untuk menggenggam tangan laki-laki yang diyakini sebagai ayah kandungnya.
Sementara Dev terlalu terkejut dengan apa yang terjadi. Dia sampai tidak dapat berpikir dengan lurus, pikirannya melayang entah kemana. Menyaksikan tubuh gadis kecil yang ditabraknya bersimbah darah.
“Nak, bernapaslah dengan tenang. Bertahanlah!”
Suara seorang petugas medis yang sedang berusaha menekan perdarahan Keysha, mengagetkan Dev yang tengah melamun.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIDADARI TERAKHIR [END]
Mystery / Thriller17+ Gιмαηα Rαѕαηуα Jιкα Kαмυ Cιηтα Sαмα Cσωσк Sιмραηαη Tαηтє-Tαηтє Dan itu dialami langsung oleh Veranda. Bidadari tak bersayap yang berprofesi sebagai kasir minimarket di kota Jakarta. Ve, begitu sapaan akrabnya jatuh hati sama seorang pemuda yang...