Hidup yang lelah adalah hidup yang terlalu memikirkan apa kata orang
-KEYNAL-••••
Keynal menatap pantulan dirinya yang bergoyang-goyang di permukaan kolam ikan koi. Makhluk-makhluk berekor mungil tampak berkejaran di antara celah bebatuan.
Alih-alih menuruti keinginan Arlan, pemuda malah transit di kediaman orang tua angkatnya.
“Abang, silakan dicicipi.”
Seorang gadis berumur tujuh belas tahun, bersama seorang wanita berusia 39 tahun, secara bergantian menaruh wedang jahe dan beberapa kudapan manis khas Bandung di hadapan Keynal dan KH. Achmad Junaendi yang tengah duduk di gazebo kayu atau saung.
“Makasih. Oh iya Feni, gimana sekolah kamu?”
“Alhamdulillah baik, Bang.”
Feni Fitriyanti, gadis manis yang mengenakan rok abu-abu, dengan jilbab pasmina hitam serta kaus longgar berwarna putih semi abu-abu itu, memilih duduk di tengah-tengah ibu dan ayahnya, serta berhadapan langsung dengan kakaknya.
“Devin, bagaimana pekerjaan kamu?” KH. Junaedi membaca basmalah lalu menyeruput wedang jahe yang terasa menyengat di lidah. Kiai KH. Junaedi ini adalah kakak kadung dari mendiang almarhumah ibu Keynal.
“Alhamdulillah lancar, Yah.” Keynal menatap sang ibu yang tersenyum di balik cadar hitamnya.
❖❖❖❖
Di malam berikutnya, Veranda yang tengah asyik membaca novel misteri menjadi terusik dengan desahan yang berasal dari tembok kamar di sebelahnya.
Tak ingin ambil pusing, Veranda pun memilih untuk memasang earphone di atas nakas, lalu menyetel musik dengan volume tinggi guna meredam kebisingan di sekitarnya. Dengan begitu Veranda bisa kembali melahap novelnya dan menikmati plot ceritanya dengan nyaman.
Sampai disini, Veranda belum menyadari jika suara pria yang kerab didengarnya itu adalah suara Keynal. Karena suara berat itu tersamarkan dengan suara televisi. Yang sengaja dinyalakan Keynal, sebelum dia dan Yona melakukan hubungan suami—istri.
❖❖❖❖
Keesokan harinya Veranda keluar kontrakan dengan setelan olahraga. Tank top putih dan running jacket baby blue serta legging berwarna hitam dan sepatu olahraga hitam dengan sol putih yang terlihat casual.
Sampai di depan kontrakan Yona, Veranda dengan rasa ingin tahunya. Veranda mengangkat tangannya hendak mengetuk pintu, tapi tak jadi.
Veranda bertanya, untuk apa dia melakukan itu? Lagipula soal malam tadi juga bukan urusannya. Veranda lanjut berjalan sembari menuntun sepeda gunungnya.
Tiba di luar, Veranda malah tak sengaja bertemu dengan Shania dan Boby yang tengah suap-suapan nasi goreng di depan warung kecil dekat taman.
“Permisi om, tante numpang lewat!”
Veranda dengan sopannya melewati kedua sahabatnya yang melongo melihat kedatangannya.
Shania lantas menegurnya. “Eh, Ve, mau kemana?”
“Ke bulan.”
“Huh, ke bulan?” Shania dan Boby melempar pertanyaan lewat tatapan mata keduanya.
“Kalian pagi-pagi udah bucin aja nggak bosen apa?”
“Ve, lo sehat?” Boby mengalihkan pertanyaan Veranda.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIDADARI TERAKHIR [END]
Mystery / Thriller17+ Gιмαηα Rαѕαηуα Jιкα Kαмυ Cιηтα Sαмα Cσωσк Sιмραηαη Tαηтє-Tαηтє Dan itu dialami langsung oleh Veranda. Bidadari tak bersayap yang berprofesi sebagai kasir minimarket di kota Jakarta. Ve, begitu sapaan akrabnya jatuh hati sama seorang pemuda yang...