Menghakimi, tanpa tahu apa yang terjadi. Dasar manusia
-KEYNAL-••••
Langit bermahkotakan kegelapan, menjadi pusat titik pandang Keynal. Pedar bintang kecil berkilau dalam keredupan. Angin beku menyelinap ke dalam ruangan dan mengikat tubuhnya.
Keynal tak mengindahkan dinginnya angin malam yang terus menusuk sumsum tulang belakangnya. Laki-laki itu duduk di kusen jendela, dengan kaus oblong merah yang melekat di badan atletisnya.
Karena tidak ingin terus membuang waktu, Keynal pun beranjak meraih jaket bomber hijau di belakang pintu. Kedua kakinya melangkah keluar apartemen, bergegas untuk menemui Veranda di tempat kerjanya.
“Hai sayang!” Baru saja keluar dari lift, Keynal sudah dicegah oleh kekasihnya.
“Hai!” Keynal refleks mengangkat sebelah tanyanya, memasang raut polos tanpa dosa. “Kamu kok gak bilang-bilang, kalo mau kesini?”
“Cie, kamu kaget, ya.” Yona mendekat dan langsung menarik tangan Keynal kembali ke unit—nya. “Emang kenapa, ‘sih?”
“Ya, ‘kan aku bisa jemput kamu.” Keynal mengetatkan rangkulan di pinggang Yona.
Yona menggaggguk senang. “Oh gitu, ya aku sengaja aja, mau kasik kejutan, sekalian ngajak kamu makan malam bareng.”
Keduanya melangkah beriring menuju pantry. Duduk saling berhadapan di atas kursi, berbahan aluminium yang terasa licin dan dingin ketika diduduki.
“Oh iya, ini apa?” Keynal menunjuk beberapa kotak nasi yang tersusun rapi di dalam kantong plastik tebal.
“Itu nasi uduk sama orek tempe kesukaan kamu.” Lantai berderit ketika Yona memundurkan kursinya.
Perempuan yang memakai bando warna pink itu, berjalan membuka lemari kitchen set, kemudian mengambil gelas dan dua piring saji.
Yona meletakkan piring dan gelasnya di atas meja kaca tembus pandang, kemudian mulai menata semua makanan itu di depan mata Keynal.
“Aku cobaiin, ya.” Keynal menatap Yona yang kembali duduk di kursinya.
“Harus dong, kamu harus habisin semua makanan ini.” Yona lalu mengisi gelas Keynal dengan air putih segar, hingga permukaan nyaris tertutup.
Keynal meraih sendok dengan mata berbinar. Dengan lahap dia menyendok nasi dan empat potongan orek tempe ke dalam mulutnya.
Yona bersekap tangan di atas meja kaca yang berkilauan sebab terkenal cahaya lampu hias yang mengantung di atasnya.
“Gimana?” Yona sedikit menelan ludah menyaksikan Keynal yang begitu lahap mencerna makanannya.
“Hm. Ini enak banget.” Keynal berkomentar dengan mulut penuh. “Biar aku tebak, ini pasti kamu yang masak. Iya, ‘kan?”
Yona tersenyum dengan kedua alisnya yang terangkat secara bersamaan, matanya sedikit menerawang. “Iya, kok kamu tau, ‘sih?!”
“Iyalah, aku, ‘kan tiap hari makan masakan kamu, jadi aku hapal rasanya, makanan kamu identik sama aroma bawang putih.”
Keynal mengunyah sembari menutup mata, mencecapi bumbu kecap dan gurihnya rempah yang meresap sampai ke dalam tempe.
“Ah kenyangnya.” Beberapa menit kemudian Keynal mundurkan punggungnya, menghantam sandaran kursi di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIDADARI TERAKHIR [END]
Mistério / Suspense17+ Gιмαηα Rαѕαηуα Jιкα Kαмυ Cιηтα Sαмα Cσωσк Sιмραηαη Tαηтє-Tαηтє Dan itu dialami langsung oleh Veranda. Bidadari tak bersayap yang berprofesi sebagai kasir minimarket di kota Jakarta. Ve, begitu sapaan akrabnya jatuh hati sama seorang pemuda yang...