Move on itu pilihan. Gagal move on itu cobaan. Pura-pura move on itu pencitraan -KEYNAL-
••••
Malam ini, Veranda kembali mendapati pelanggan misterius yang datang ke minimarket. Setelah mendapatkan barang yang dia inginkan. Laki-laki itu pun pulang dengan berjalan kaki. Dan Veranda membutinya karena penasaran.
Veranda menyusuri jalan raya yang dipenuhi gemerlap lampu warna-warni, serta hiruk-pikuk kendaraan bermotor yang saling bersahutan-sahutan.
Laki-laki dengan hoodie merah jambu itu, menaiki jembatan penyeberangan orang dengan langkah tergesah. Dari persimpangan toko dia telah menyadari ada orang lain yang diam-diam mengikutinya. Maka dari itu dia mempercepat langkahnya.
Veranda tak patah semangat, dia juga berlari kecil mengejar ketertinggalannya. Dengan gesit laki-laki misterius itu melewati beberapa pedagang asongan yang berjualan di pinggir JPO, membuat Veranda nyaris kehilangan jenjaknya.
Setelah sekian menit berjalan, laki-laki itu memasuki sebuah rumah susun yang cukup megah. Veranda mengikutinya menaiki lantai satu.
Nanun, rencana Veranda tidak berjalan mulus seperti apa yang diharapkan. Sebab di koridor lantai tiga, Veranda justru dicegat oleh empat orang preman yang menguasai daerah tersebut.
“Mau kemana neng?”
Veranda menatap satu-persatu dari keempat orang teratur. Rompi jeans belel yang sengaja dibuat rumbai-rumbai menempel di tubuh mereka. Celana jeans belel yang sama sobeknya di bagian kedua lutut mereka menganga lebar.
Wajah ditumbuhi brewok, otot besar dengan urat-urat menonjol, serta kumis tebal membuat sisi kewanitaan Veranda menciut.
“Kok diem? Orang ditanya, bukannya jawab malah bengong. Terpesona ya, liat ketampanan saya?” Seorang pria berusia sekitar dua puluh tahun, dengan wajah yang ditumbuhi brewok itu menggoda Veranda.
“Kalo kalian mau malak aku, maaf aku enggak punya uang.”
“Kalem Neng, kita enggak mau kamu. Kita cuma mau servis dari kamu.” Salah satu preman bertubuh tambun membalas perkataan Veranda.
Merasa risih dengan kalimat ambigu tersebut Veranda memilih berbalik dan pergi. Bau minyak wangi murah, bir yang sudah basi, dan keputusasaan yang merayap semakin dekat. Menambah rasa jerinya.
Veranda mempercepat langkahnya berlari di lorong panjang nan gelap. Dia mencoba menghubungi Keynal tapi tak kunjung ada jawaban.
Veranda berlari sembari terus meminta tolong. Akan tetapi, sepanjang orang yang Veranda lewati justru menutup pintu rapat-rapat dan mematikan lampu kamar.
Sepertinya mereka enggan berurusan dengan komplotan preman yang terkenal brutal dan tak sengan-sengan membantai para korbannya hingga tersisa tulang kerangkanya saja.
Keempat preman itu tidak akan membiarkan target buruannya lolos begitu saja. Di bawah tangga dua orang preman sudah menunggunya. Mereka berhasil mengejar Veranda dengan melompati tangga pembatas.
Veranda balik badan hendak kabur kembali menaiki tangga, tapi dua preman lain justru menyambut Veranda dari belakang. Dengan cerdik mereka membentuk dua formasi arah depan dan belakang, membuat Veranda tidak memiliki akses untuk melarikan diri kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIDADARI TERAKHIR [END]
Mystery / Thriller17+ Gιмαηα Rαѕαηуα Jιкα Kαмυ Cιηтα Sαмα Cσωσк Sιмραηαη Tαηтє-Tαηтє Dan itu dialami langsung oleh Veranda. Bidadari tak bersayap yang berprofesi sebagai kasir minimarket di kota Jakarta. Ve, begitu sapaan akrabnya jatuh hati sama seorang pemuda yang...