Jadi cewek jangan terlalu polos, baru disenyumin dikit kok udah sayang
-KEYNAL-••••
Puncak, Bogor
Veranda bergegas memasuki kamar dan membongkar muatan kopernya. Lalu mengeluarkan semua pakaian dan menyusun lipatan bajunya di dalam lemari.
Setelah beres, dia pun merebahkan diri di kasur. Sungguh, perjalanan yang ditempuh mereka tadi, begitu menguras tenaganya. Yang pada dasarnya tidak terbiasa melakukan perjalanan jauh.
Di lain kamar Keynal yang lagi menata rambutnya selepas keramas, tiba-tiba di kejutkan oleh ketukan di balik pintu.
“Iyaaa, tunggu sebentar!” Keynal menaruh sisirnya di tempat semula. Dan tak lupa menutup botol gel rambut kesayangannya, lalu berjalan membukakan pintu.
Pintu berderit terbuka, seorang juru masak dengan mahkota yang disanggul. Serta mengenakan apron putih menyapa Keynal di depan pintu. “Iya kenapa, Bu?”
“Anu, Mas. Ibu cuma mau bilang kalau makanan yang Mas pesan sudah selesai dimasak. Apa perlu saya antarkan kesini?”
“Tidak usah! Nanti, biar saya ambil sendiri.”
“Baiklah kalau begitu, Ibu permisi ke dapur. Jika butuh sesuatu, Mas bisa hubungan para staf.”
“Baik Bu, terima kasih.” Juru masak itu mengangguk sopan dan bertolak menuju dapur.
Tok tok tok!
Veranda baru saja hendak memejamkan mata barang sejenak, ketika mendengar suara ketukan di pintu. Veranda mendesah pelan. Akhirnya dia pun beranjak bangkit dan membukakan pintu.
“Heiii!”
“Keynal”
“Aku bawain makanan, boleh aku masuk.”
“Silakan.” Veranda bergerak ke samping memberi akses masuk.
Keynal menapaki ubin kayu di kamar Veranda sembari membawa nampan plastik hitam berisi makanan. Veranda tersenyum menutup pintu lalu mengikuti Keynal yang berjalan menuju balkon.
“Kita makan disini, ya.” Keynal menata makanan di atas meja kayu yang ada di teras balkon kamar Veranda.
“Kenapa jadi kamu yang bawain makanan?” Veranda bertanya sembari duduk di atas kursi kayu jati.
“Iya sengaja biar bakal kalori. Yaudah makan yuk! Mumpung masakanya masih panas.”
“Sini, biar aku bantu.”
Keynal menahan tangan Veranda. “Eee—gausah aku bisa ambil sendiri kok.”
“Nggak apa-apa, kok.” Veranda merebut cendong di tangan Keynal. Lalu mengisi Keynal dengan secukupnya. Veranda mengambil tiga potong paha ayam goreng yang ditaburi serundeng lengkuas berwarna kuning keemasan.
“Udah cukup-cukup! Mana bisa aku makan protein sebanyak ini? Bisa buncit perut aku.” Keynal mengangkat dua potong ayam gorong dan membaginya di piring Veranda.
Veranda menyuapkan sesendok nasi berserta potongan ayam yang telah disuir ke mulutnya. “Uhuk! uhuk!” Dan seketika itu dia mengeluarkan batuk.
“Ya ampun Ve. Kamu kenapa?”
“Keselek,” ucap Veranda sembari berbatuk keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIDADARI TERAKHIR [END]
Mystère / Thriller17+ Gιмαηα Rαѕαηуα Jιкα Kαмυ Cιηтα Sαмα Cσωσк Sιмραηαη Tαηтє-Tαηтє Dan itu dialami langsung oleh Veranda. Bidadari tak bersayap yang berprofesi sebagai kasir minimarket di kota Jakarta. Ve, begitu sapaan akrabnya jatuh hati sama seorang pemuda yang...