Kesuksesan dan kegagalan sama-sama bagian dalam hidup. Keduanya hanyalah sementara
-KEYNAL-••••
Saat di jalan pulang, mobil yang dikendarai Keynal tiba-tiba dicegat oleh selompok pria bertato. Dua orang berwajah sangar dengan seringainya menakutkan turun dari sedan hitamnya.
Keynal memundurkan mobilnya hendak memutar arah. Akan tetapi, muncul kendaraan lain dari arah yang tak terduga mengepung mobilnya.
“Heh, turun lo!” Pria berkulit gelap menggendor-gendor pintu mobil Keynal dengan amat keras.
Keynal menaburkan pandang ke sekelilingnya. Langit hitam, jalanan begitu sunyi, hanya terdengar sayup-sayup suara jangkrik dari kejauhan. Keynal mengerang dalam hati, tidak ada satupun orang yang bisa dimintai tolong.
Veranda mendadak panik, tapi Keynal berusaha menenangkannya. “Ve, aku bakal ngalihin perhatian mereka. Kamu harus lari sejauh mungkin!” Keynal yakin orang-orang itu mengincar dirinya, bukan Veranda.
“Kenapa kita hubungin polisi aja? Aku nggak mau kamu, kenapa-kenapa.”
“Ga bakal sempat, Ve. Kalo kita nunggu polisi datang, yang ada mereka punya banyak sempatan buat nyakitin kamu.”
“Tapi, Key—”
“Udah Ve, waktu kita ga banyak. Kamu siap-siap, aku bakal turun sekarang! Ingat, jangan percaya siapa pun! Kamu mengerti?” Veranda mengangguk. Keynal melepas sabuk pengamannya. Dia membuka pintu dan berlari keluar.
“Woi, berhenti! Jangan kabur lo!”
“Ayo, cepat kejar dia! Jangan sampai anak itu lolos, Bos akan membunuh kita.”
Sesuai predeksi Keynal. Keempat pria berbadan gempal itu langsung berlari mengejarnya. Keynal berlari ke arah timur, dan Veranda berlari ke barat untuk meminta pertolongan. Keynal terus berlari, hingga dia tiba di tepi jurang dalam keadaan terkepung.
“Mau lari kemana lo, tong? Sekarang habis lo sama kita.” Keempat pria itu mengelilingi Keynal, dengan masing-masing senjata di tangan mereka.
Keynal melebarkan kedua kakinya, memasang kuda-kuda siap bertarung. Keynal melayangkan tinjunya, tapi tak satupun pukulannya mampu mengenai lawannya.
Dalam keadaan panik dia kehilangan konsentrasi serta kemampuan bertarungnya. Keempat orang itu tersenyum licik, dalam satu interuksi pria berkepala plotos ketiga temannya mulai menyerang Keynal secara membabi buta.
Buug! Pok!
Berbagai pukulan benda tumpul bersarang di belakang kepala Keynal.
Arghhh!
Sebuah tendangan menyusul mengenai punggung. Keynal mengaduh dan terpelanting ke aspal dingin.
Mata Keynal memicing. Dia berusaha bangkit, meski puluhan kunang-kunang berdenging memenuhi rongga kepala. Desingan peluru melintas di pelipisnya, nyaris kena. Beruntung saja Keynal berkelit dengan cepat.
Namun, malang tak dapat ditolak, muntahan peluru berikutnya mengenai dada, membuat Keynal menjerit panjang dan tersungkur jatuh ke tanah.
Keempat orang itu segera menyeret tubuh lemas Keynal ke dalam mobil. Mereka membawa Keynal menuju suatu tempat yang telah ditentukan oleh bos mereka.
❖❖❖❖
Dalam kondisi bakak belur Keynal didorong ke sebuah ruangan, dan diduduki secara paksa di atas kursi kejut. Pria berambut gondrong di samping Keynal menekan sebuah tombol membuat seketika Keynal menjerit kesakitan. Kursi listrik itu mulai bereaksi menyengat tubuh Keynal dengan tegangan tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIDADARI TERAKHIR [END]
Misterio / Suspenso17+ Gιмαηα Rαѕαηуα Jιкα Kαмυ Cιηтα Sαмα Cσωσк Sιмραηαη Tαηтє-Tαηтє Dan itu dialami langsung oleh Veranda. Bidadari tak bersayap yang berprofesi sebagai kasir minimarket di kota Jakarta. Ve, begitu sapaan akrabnya jatuh hati sama seorang pemuda yang...