9. Pesona Sang Gigolo

3.3K 403 47
                                    

Hal-hal besar tidak pernah datang dari zona nyaman
-YONA-

••••

Veranda dan Keynal akhirnya tiba di salah satu mall terbesar di Jakarta. Dinginnya AC—mall seketika membungkus kulit sesaat setelah keduanya tiba di lantai dua. Rencana mereka hari ini adalah nonton bioskop seperti pasangan kencan lain biasanya.

Setelah memesan tiket, keduanya langsung menuju ke lantai tiga. Film yang mereka tonton baru dimulai sekitar empat puluh lima menit kemudian. Membebaskan Veranda dan Keynal yang kini berjalan berdua, mengitari jejeran departemen store di dalam mall.

Ayo kita kesana! Keynal menarik Veranda menuju salah satu kedai ice cream yang ada di ujung store.

Mereka menghampiri counter ice cream tersebut dan ikut mengantre. Tidak tahu kenapa, Keynal ujug-ujug ingin makan ice cream cokelat pisang kesukaannya. Dari belakang terdengar bisikan-bisikan dari gerombolan gadis-gadis SMA yang samar tertangkap oleh keduanya.

Depan lo, ada cowok ganteng tuh, kenalan gih!

Mana sih? Buseeett, jodoh gue udah di depan mata.”

Eh gila, pangeran turun dari kerajaan. Cakep bener tuh muka anjirr.”

Pake sweater aja gantengnya kelewatan kayak, ya tuhan sungguh bukan main ciptaanmu.”

Hari ini Keynal mengenakan sweater abu—abu, dengan hiasan kerah biru dongker. Celana chino berwarna krem dan sepatu boots hitam. Tak lupa tambahan aksesoris gelang tali dengan simpul anyam di pergelangan kanannya.

Veranda mendelik sebal menangkap perbincangan gadis-gadis berseragam putih abu-abu itu. Dia dapat merasakan para gadis itu menyorotkan tatapannya ke arah Keynal, tapi pemuda itu tampak biasa saja dan terkesan tak perduli. Mood Veranda mendadak hancur.

Buruan minta nomor WA—nya, gih! Lumayan nambah kontak cogan.”

Eh, tapi, nanti kalau dia ada pacar gimana? Tuh liat sendiri ada cewek disebelahnya.”

Mana? Ah, paling cuma anak pembantunya. Biasa gitu penampilannya. Gak mungkin lah ceweknya.”

Rasanya Veranda ingin mencakar muka para gadis, yang telah melontarkan stigma negatif tentang dirinya. Hanya saja Veranda selalu menanamkan norma kesopanan di dalam hatinya.

Secara tiba—tiba Keynal merangkul bahu Veranda, setelah mengedus gelagat gadis disampingnya yang seperti tidak tenang. Sedari tadi Keynal juga mendengar pembicaraan gadis-gadis yang membicarakan pesonanya tetapi Keynal tidak mengindahkannya.

Yahh, sayang banget, udah punya pacar dia.”

Tuh, ‘kan gue bilang juga apa, tu cewek pasti pacarnya. Kalian bertiga sih sok tau, pake bilang babunya segala macam, yuk cabut, ntar kualat kita.” Veranda dapat mendengar desahan kecewa dari para gadis-gadis itu membuatnya tersenyum puas.

Nggak usah pedulin, mereka cuma bocah haus kasih sayang.” Keynal tersenyum hangat ke arah Veranda, sangat menenangkan.

Usia Keynal memang lebih dua tahun lebih muda dari Veranda. Akan tetapi, secara psikologis Keynal jauh lebih matang dari dipikirkan Veranda. Mungkin karena sejak kecil Keynal sudah membaur dengan banyak pria dan wanita dewasa di tempat Arlan.

Mereka juga mengajari Keynal banyak hal, termasuk tentang seksualitas. Mental Keynal dibentuk dari lingkungan keras dan tak mengenal rasa ampun.

Orang-orang menjuluki Keynal sebagai, ‘Manusia Tanpa Emosi,’ atau juga, ‘Pria Innocent.’

BIDADARI TERAKHIR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang