Ajari aku berdiri, setelah dihantam badai. Dan ajari aku pergi setelah diabaikan
-VERANDA-Beberapa menit kemudian, Keynal mematikan mesin kendaraannya tepat di depan minimarket. Dia mengantarkan Veranda, karena gadis itu harus bekerja malam ini.
Keynal membukakan pintu mobilnya lalu mendorong Veranda keluar. Dengan raut gemas bercampur kesal, gadis itu memilih turun, kemudian berdiri tepat di jendela mobil Keynal.
“Udah sana masuk! Ngapain masih sini, mau nungguin cowok lain lewat, terus godain kamu, gitu?”
Veranda mendelik dan hendak menyela, “ta-tapi—”
Braaak!
Keynal lebih dulu mengunci pintu, dan tidak memberi Veranda kesempatan untuk bicara. Setelah itu dia melajukan kendaraannya menuju jalan pulang, mengabaikan Veranda yang masih menganga di pinggir jalan.
“Uuughh! Keynal jadi rese gini. Gatau apa kalo aku masih kangen, kasi semangat, cium dulu atau apalah. Ini malah main pergi gitu aja, dasar es cendol!” Veranda mengumpat sembari masuk ke tempat kerjanya.
❖❖❖❖
“Ve. Kita balik dulu, ya. Dah.” Sekitar jam sepuluh malam Veranda dan belasan pegawai berbondong-bondong keluar dari minimarket.
Setibanya di luar sudah banyak kendaraan motor yang bersahutan-sahutan. Disaat semua rekan wanitanya, dijemput oleh suami atau pasangan mereka. Hanya Veranda yang kini berjalan seorang diri menuju parkiran depan.
Veranda menyusuri pakiran dengan napas kecewa karena dia tidak melihat ada mobil Keynal yang biasa menjemputnya.
“Apa Keynal lupa buat jemput aku hari ini?” Veranda menghela napas berat dan mengembungkan pipi mochinya.
“Sendirian aja Mba, mau gue anter?”
Seorang pemuda brandal mengendekati Veranda dengan motor yang sudah dimodifikasi. Sehingga mengeluarkan suara knalpot yang membuat kepala Veranda terasa mau meletus.
“Nggak, gausah, makasih. Bentar lagi pacar aku juga datang.”
“Oh yaudah. Mali!” Pemuda itu lalu mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
“Huh maling? Nama kamu, maling?”
Pemuda itu menggeleng kesal dan membenarkan ejaan yang benar. “MALI, em-ama el-ili MA-LI.”
“Iya tau, nama kamu Maling, ‘kan?” Veranda mengulang kata-kata yang sama.
“Cantik-cantik kok budeg rek.” Pemuda itu segera menstater motornya, meninggalkan Veranda raut yang berapi-api.
Melihat kejadian itu Veranda lantas hanya tertawa. Veranda memang sengaja pura-pura tuli, agar pemuda brandal dengan potongan rambut mohawk itu segera pergi. Dan benar berjalan dengan mulus.
Namun, sesaat, senyum itu kembali memudar, menyadarinya Keynal yang tak kunjung datang. Padahal sudah satu jam, dia menunggu di tempat itu. Merasa lelah dan lapar pada akhirnya Veranda memutuskan untuk pulang sendiri dengan berjalan kaki menyusuri kota yang tengah terlelap.
❖❖❖❖
Tak lama dia tiba di depan rumah kontrakanya. Veranda mengambil kunci di dalam tas kemudian memutar gagang pintunya. Sedikit mengernyit, ketika mendapat kamarnya dalam keadaan gelap gulita seperti dirinya tengah berada rumah hantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIDADARI TERAKHIR [END]
Mistério / Suspense17+ Gιмαηα Rαѕαηуα Jιкα Kαмυ Cιηтα Sαмα Cσωσк Sιмραηαη Tαηтє-Tαηтє Dan itu dialami langsung oleh Veranda. Bidadari tak bersayap yang berprofesi sebagai kasir minimarket di kota Jakarta. Ve, begitu sapaan akrabnya jatuh hati sama seorang pemuda yang...