Terjebak dalam situasi menetap tak dihargai, pergi juga tidak mungkin dicari
-YONA-••••
Jangan-jangan, Keynal udah bersekongkol sama cowok yang pake hoodie itu buat ngejebak aku. Apa maksud dari semua ini. Kenapa Keynal nyuruh para preman buat memerkosa aku?
Kepala Veranda terasa ngeri sebab berpikir terlalu keras.
Tapi, kalo emang Keynal dan cowok misterius itu adalah orang sama. Kenapa dia menyelamatkan aku. Apa itu juga termasuk bagian dari rencana Keynal?
Merasa ada yang tidak beres dengan kekasihnya. Veranda berniat untuk kabur. Tetapi belum sempat dia lari, Keynal lebih dulu menghantam pundaknya hingga jatuh tak sadarkan diri.
❖❖❖❖
“Ve, bangun, Ve!”
Veranda membuka mata. Dan setika mendorong tubuh Keynal yang berjongkok di depannya. “Apa yang udah kamu lakuin ke aku?”
Keynal menautkan kedua alisnya. “Maksudnya?”
“Kenapa tadi kamu mukul aku?” Api amarah menjilati tubuh Veranda seperti lahar panas.
“Mukul? Mukul apa, Ve? Aku ga ngerti.” Garis kerutan di kening Keynal semakin terlihat.
“Nggak usah pura-pura bego Keynal, aku udah tau semuanya. Kamu, ‘kan, yang nyuruh preman itu buat mencelakai aku?” Gadis itu menengok ke sekelilingnya, udara dingin menampar wajah Veranda berkali-kali. “Dan kenapa kamu bawa aku kesini?”
Keynal memalingkan wajahnya. “Hah, seharusnya aku yang nanya. Ngapain kamu tidur di emperan toko kayak gini?”
Veranda merenung sesaat. Kemudian menatap jalanan, dimana ratusan kendaraan berlalu-lalang diiringi dengan bunyi klason yang bersahutan-sahutan.
Asap kendaraan sedikit menghalangi pandangan. Serta truk pengangkut ikan yang baru melintas mengocok perutnya. Membuat kepala Veranda sempoyongan ketika mencoba untuk sekadar berdiri.
Keynal dengan sigap menahan pinggang Veranda. Tetapi gadis itu justru mendorong dada Keynal, hingga punggungnya membentur pintu toko yang berbuat dari material baja.
Meski sedikit nyeri, Keynal masih sanggup menahannya. Sebab pemuda itu tidak tahu apa terjadi dengan Veranda, setelah terakhir kali dia meninggalkan kekasihnya itu di minimarket beberapa jam yang lalu.
Veranda menerawang ke arah Keynal dengan tatapan bengis. Percikan emosi tertanam di matanya. Dia menyadari pakaian Keynal yang tak sama seperti sebelumnya. “Sekarang kasi tau aku. Kamu simpan dimana semua bukti itu?”
“Bukti apa, Ve? Udah aku bilang. Aku ga ngerti, omongan kamu!” Rahang Keynal mengeras dengan bibir yang tertekuk, menyiratkan amarah yang sedari tadi coba dia bendung di dalam dada.
Namun, tatapan dingin itu, tak lantas membuat Veranda meresa gentar. Gadis itu malah semakin kekeh dengan tuduhannya. “Bukti hoddie merah muda yang ada di mobil kamu.”
“Hoodie, hoodie apa? Aku ga pernah nyimpan pakaian di dalam mobil.” Keynal menelan rasa frustrasinya.
Veranda hanya tersenyum kencut mendengarnya. “Aku nggak percaya! Kalo kamu nggak mau ngaku. Yaudah biar aku cari sendiri.” Gadis itu berlari membuka pintu mobil Keynal yang terparkir di bahu jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIDADARI TERAKHIR [END]
Mystery / Thriller17+ Gιмαηα Rαѕαηуα Jιкα Kαмυ Cιηтα Sαмα Cσωσк Sιмραηαη Tαηтє-Tαηтє Dan itu dialami langsung oleh Veranda. Bidadari tak bersayap yang berprofesi sebagai kasir minimarket di kota Jakarta. Ve, begitu sapaan akrabnya jatuh hati sama seorang pemuda yang...