13:00

148 24 1
                                    

– Sisi lain yang berbeda –


🍃


Matahari telah terbenam, dengan tubuh yang lemas gadis itu membuka pintu rumahnya. Ia melepas sepatunya dan meletakkannya ke dalam rak tepat di belakang pintu itu.

Di ujung sana nampak Jimin yang sedang membawa sekantong kresek berisikan sampah.

Ia sedikit terkejut ketika melihat adiknya datang, karena biasanya gadis itu memiliki kerja paruh waktu sepulang sekolah. Entah mengapa di jam sekarang ia sudah berada di rumah.

Pandangan kosong Jisoo berhasil membuat perasaan Jimin menjadi tidak enak. Ia pun mendekati adiknya itu. "Kau tidak kerja?" Tanyanya.

"Aku ijin," jawab Jisoo singkat, ia memperhatikan penampilan kakaknya yang menggunakan celemek masak. "Kau sedang masak? Di mana ibu sekarang?"

"Ibu belum pulang, katanya setelah pulang kerja beliau langsung mampir ke pasar."

"Jadi kau masak sendiri?!" Ucap Jisoo sedikit tidak percaya, "Kau kan payah dalam memasak."

Jimin tidak menjawab, lelaki itu segera keluar rumah melanjutkan tujuannya yaitu membuang sampah. Karena sepertinya Jisoo baik-baik saja, pikirnya.

Jisoo mendengus kesal, ia kembali melangkah dengan malas menuju kamarnya. Bahkan tas yang ia pakai dilempar asal di atas kursi.

Tepat di samping tasnya terdapat tas lain berwarna hitam pekat. Ia sangat yakin bahwa itu bukanlah tas Jimin. Tas itu terlihat sangat bermerek.

"Hyung, tomatnya tadi kau simpan di mana?"

"Hyung...?" Jisoo segera menengok ke samping, matanya melebar ketika melihat sosok Taehyung di sana. "Kau ... di sini..." Laki-laki itu juga mengenakan celemek masak.

"Aku sedang masak bersama Jimin hyung, apakah kedatanganku mengganggumu?"

Jisoo menggeleng cepat, "Tidak. Silakan nikmati harimu di sini."

"Tentu saja Taehyung sangat menikmatinya." Sahut Jimin di ambang pintu, lalu berjalan ke arah Taehyung. "Karena dia sudah sering mampir ke rumah kita sepulang sekolah. Hanya saja kau yang tidak mengerti."

Gadis itu terdiam, dia benar-benar tidak tahu tentang semua ini, karena ia tidak pernah pulang tepat waktu.

Mengabaikan segala pikirannya, ia kembali memberikan senyuman pada Taehyung agar lelaki itu tidak merasa canggung. Setelah itu ia masuk ke dalam kamarnya.

Ia menutup pintu serta menguncinya, matanya terpejam sambil menghela napas sejenak. "Aku tadi membohonginya, apakah dia akan nyaman di sekitarku? Ouh, aku malu sekali."

Brugh.

Tubuh gadis itu terhampar di atas kasur, jemarinya mengambil ponsel di dalam jaketnya. Ia melihat satu pesan masuk dari Seokjin.

Rekan kerja :
Aku harap kau cepat membaik. Semoga kau cepat sehat.

Gadis itu hanya membacanya saja, tidak ada niatan untuk membalas. Yang ia pikirkan sekarang adalah, semoga ia masih bisa bekerja di tempat itu. Semoga saja Seokjin tidak mengatakan hal macam-macam pada manager Restoran.

"Apa sih yang aku pikirkan? Mengapa sampai sejauh itu? Mana mungkin laki-laki itu berbicara macam-macam pada manager?"

Ia memeluk guling, memeluknya sangat erat. Rasanya sangat nyaman bisa bersantai seperti ini, dalam sekejap ia memiliki keinginan untuk bersantai dalam beberapa hari. Tapi mana bisa? Sekarang hidupnya akan lebih sulit lagi karena membiayai sekolah yang sangat mahal.

ATTENTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang