Perasaan lega telah dirasakan oleh Jisoo, syukurlah ia bisa menjaga hatinya. Setelah hari ini, ia tidak akan biarkan seseorang masuk mengisi hatinya lagi.
Biarkan seperti ini saja, ia sudah bahagia dengan kehidupan yang ia jalani sekarang.
Tidak ada yang lebih pedih daripada kehilangan sosok seseorang yang spesial dalam hidup.
Setelah kehilangan sosok ayah yang selalu menemani masa kecilnya yang begitu indah, ia tak ingin lagi merasakan kehilangan seseorang yang penting dalam hidupnya.
Cukuplah rasa sedihnya ia berikan pada ayahnya karena telah kehilangannya untuk selamanya. Ia tak ingin lagi merasakan hal yang sama untuk kedua kalinya.
"Teruntuk kalian yang sempat singgah sementara di hatiku..."
"Mr. Joon..."
"Kim Seokjin..."
"Aku harus melepas kalian, mari kita hidup dengan urusan kita masing-masing."
Jisoo menyeka sisa air mata yang menetes, ia masih mengingat bagaimana cara lelaki itu memandangnya. Tatapan tulus itu, tak bisa dilupakannya.
Untung saja laki-laki itu mengerti, apabila tidak mungkin Jisoo tak bisa lagi melihatnya. Mereka masih bisa bekerjasama dalam suatu pekerjaan.
Seokjin tidak ingin terjun lebih jauh lagi, karena ia tidak ingin memaksakan kehendaknya pada gadis itu.
🍃
"Menurutmu anak baru itu mau menyampaikan apa padaku?"
"Entahlah," Rose bangun dari kasurnya lalu duduk di samping Jennie, "Sepertinya ia mau mengatakan kalau dia menyukai Taehyung. Jangan-jangan dia ingin merebutnya darimu!"
Mata Jennie melebar, ia segera mengambil ponselnya untuk menelpon nomor Taehyung. "Aku tidak akan memberinya kesempatan!"
Hahaha hahaha....
Rose tertawa terbahak-bahak, ia baru sadar bahwa temannya ini sangat polos dan labil pula. "Hei, Jennie-ya, pantaskah kau menjadikan gadis kampungan itu sebagai sainganmu? Santai sajalah."
"Masalahnya bukan itu. Meskipun dia memang tidak selevel denganku tetapi tetap saja ia sudah berhasil menggaet Taehyung, mereka bahkan makan malam bersama. Dia juga dekat dengan Seokjin kan?"
Tawa Rose seketika terhenti, "Aku sudah puas dengan tindakan Jin hari ini. Dia sudah mempermalukan gadis miskin itu di kelas kita pagi tadi, ha-ha..."
"Rose, aku jadi curiga. Mungkinkah ... gadis itu sudah tahu kalau Seokjin adalah kakak Taehyung, maka dari itu ia juga mendekatinya?"
Telapak tangan Rose ia arahkan pada mulutnya yang membuka, "Benar sekali! Pasti itu yang membuatnya terus menerus menempel pada Seokjin! Sampai-sampai laki-laki itu menyelamatkannya dari pembullyan itu!"
Jennie melihat sambungan telpon itu sama sekali tidak diangkat oleh Taehyung, ia pun menyisihkan ponsel itu, "Rose, jujur aku sama sekali tidak tahu dengan pembullyan itu. Bukankah aku hanya meminta PINK untuk memaksa para siswa membuat petisi pengeluaran Jisoo dari sekolah? Tapi mengapa sampai ada pembullyan?"
"Aku yang memerintah mereka. Aku tidak tahan melihat gadis itu menempel terus dengan Jin." Jawab Rose sangat santai.
"Kau harus hati-hati Rose, jika PINK berulah ... maka kita lagi yang akan jadi santapan guru kedisiplinan. Lagi pula, kau hanya kesal dengan Jisoo, lalu kenapa kau malah mengganggu temannya juga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ATTENTION
FanfictionDia seorang wanita biasa yang tak tampak istimewa. Namun entah apa yang membuat setiap gerak geriknya menjadi sorotan setiap orang. Tingkahnya yang tegas dan berani menjadi satu titik kesatuan dimana ia bisa kuat menjadi wanita yang mandiri. Karena...