Sebangun dari tempat tidur, Jisoo tak dapat menemukan dimana letak ponselnya berada. Berkali-kali ia menelpon nomornya melalui ponsel Jimin, namun tak ada suara berdering sama sekali di rumahnya.
Hari ini ia sedikit bangun kesiangan karena tidak mendengar bunyi alarm dari benda kotaknya itu, ternyata ponselnya memang tidak ada.
"Coba diingat-ingat lagi, barangkali kau lupa menaruhnya." Ucap Jimin yang masih setia menunggu adiknya yang ke sana kemari mencari ponsel.
Jisoo mengacak rambutnya, "Aaah! Di mana ya? Bagaimana bisa aku jadi lupa begini? Jangan-jangan hilang? Terakhir kali aku memegangnya ..." Ucapan Jisoo terhenti, sekarang ia bisa mengingatnya. Ponselnya ada di dalam tas dan ia baru sadar bahwa semalam tasnya itu tidak ada padanya.
"Astaga! Sepertinya aku meninggalkannya di pantai semalam," gadis itu menatap kakaknya melas, "Oppa..."
Jimin menatap arlojinya, "Kalau kita tidak berangkat sekarang kita bisa ketinggalan bus, Jisoo."
Dengan perasaan sebal, gadis itu pun memilih untuk berangkat sekolah terlebih dahulu.
Yang ada dalam pikirannya sekarang hanya satu, berapa uang yang harus ia buang kalau ponselnya itu benar-benar hilang.
Astaga, sial sekali.
🍃
Dimulai dari Jisoo menapaki jalan di depan gerbang sekolah sampai hampir setibanya ia di depan kelas, seisi kepalanya hanya dipenuhi dengan bayangan ponselnya yang menghilang.
Jisoo masih berharap bisa menemukan ponselnya. Karena nanti sepulang sekolah ia berniat untuk datang ke pantai itu lagi untuk mencari tas kecil yang salah satunya berisikan ponsel miliknya itu.
Tepat di depan pintu suara bell masuk berbunyi, lantas membuatnya menghela napas panjang. Bersyukur bahwa ia tidak terlambat datang ke sekolah.
Bersamaan dengan langkahnya yang memasuki kelas, dia berpas-pasan dengan Seokjin. Laki-laki itu baru saja berada di dalam kelas Jisoo dan tampak terburu-buru untuk keluar dikarenakan suara bell masuk sudah berbunyi.
"Akhirnya kau datang juga!" Seru Seokjin, lalu memberikan sebuah benda kotak yang membuat pikiran Jisoo kacau pada hari ini.
Jisoo dengan cepat menerima ponselnya, menatap tak percaya bahwa ternyata ponselnya ada pada Jin. "Bagaimana bisa handphone ini ada padamu?"
"Kau meninggalkannya di pantai semalam."
Kepala Jisoo mengangguk berulang kali, sekarang ia sudah merasa tenang. Gadis itu tersenyum sangat lebar, "Terima kasih ya."
Jin membalas senyum dan iseng mengacak rambut Jisoo, namun ... tak lama senyuman itu memudar.
Lelaki itu menatap wajah Jisoo dengan lekat, ia tidak enak memberikan kabar buruk itu hari ini. Tetapi, bagaimanapun juga Jisoo harus tahu apa yang terjadi.
"Jisoo..."
Gadis itu menoleh, "Eum?"
"Tadi ada pesan dari manager Restoran..." Ingin rasanya mengatakan yang sesungguhnya, namun Jin tak kuasa.
Jisoo segera melihat isi pesan dari manager, ia membacanya cukup lama dan berulang-ulang.
Bisa dilihat bibirnya yang terus menerus saling melekat, sesekali ia menggigitnya. Setelah membacanya ia mencoba menatap Seokjin dengan senyumannya yang perlahan berubah menjadi hambar.
"Aku mengerti," ucap gadis itu, ia mengambil napas panjang sebelum melanjutkan ucapannya, "Memangnya manager mana yang mau mempertahankan pegawai yang tidak disiplin sepertiku. Sudah hampir satu minggu aku tidak masuk kerja karena aku harus istirahat akibat insiden itu, jadi aku harus menerima keputusan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
ATTENTION
FanfictionDia seorang wanita biasa yang tak tampak istimewa. Namun entah apa yang membuat setiap gerak geriknya menjadi sorotan setiap orang. Tingkahnya yang tegas dan berani menjadi satu titik kesatuan dimana ia bisa kuat menjadi wanita yang mandiri. Karena...