28:00

113 13 0
                                    

Hadirnya Jimin dan Jisoo di rumah ini merupakan mimpi terburuk dalam hidup Jennie. Ia tak menyangka bahwa ayahnya sendirilah yang meminta mereka untuk tinggal di rumahnya.

Mereka mendapat perhatian khusus di sini, sama halnya saat pelayan memperlakukan Jennie dengan baik dan istimewa.

Jennie menemui ayahnya penuh dengan emosi, dengan alasan apapun ia tetap tidak terima dan tidak setuju apabila mereka tetap tinggal di sini.

Ia mengunci pintu kamar ayahnya setelah masuk, tatapan matanya yang berkaca-kaca mengungkapkan bahwa betapa kecewanya ia terhadap ayahnya ini.

Dengan cepat ia melangkah dan mengguncang tubuh laki-laki paruh baya itu. "Kenapa ayah? Kenapa ayah membawa mereka ke sini? Aku tidak menyukai mereka, sedikit pun aku tidak ingin dekat dengan mereka. Aku ingin mereka pergi sekarang juga!!"

"Tenang sayang... hanya sementara waktu saja, setidaknya sampai mereka bisa sepenuhnya memaafkanku."

"Memaafkan apa?" Ucapan ayahnya menjadi tanda tanya besar bagi Jennie yang memang tidak tahu apa-apa. "Sebenarnya apa yang ayah lakukan? Ucapan ayah benar-benar membuatku cemas, katakan padaku apa yang terjadi?"

Setelah memaksa ayahnya agar mengatakan segalanya, tiba-tiba saja gadis itu teringat dengan pesan Jimin padanya. "Jimin bilang ... ayah adalah ... ayah adalah seorang pembunuh...?" Suara gadis itu memelan, sulit baginya untuk mengucapkan hal itu pada ayahnya sendiri, seseorang yang sangat berharga dalam hidupnya.

"Maafkan ayahmu ini nak..."

Melebarlah kedua mata gadis itu, "AYAH! Tidak, itu tidak benar kan? Ayah tidak membunuh siapapun, karena ayah adalah orang baik."

"Meskipun aku tidak sengaja menabraknya hingga ayah mereka meninggal, tetapi tetap saja ayahmu ini adalah seorang pembunuh."

Jennie memundurkan langkahnya perlahan sambil terus menatap ke arah ayahnya, air mata mengalir membasahi pipinya. "Kemarin kau meminta agensi untuk mengeluarkanku tanpa persetujuan dariku, sekarang ... kau membawa orang yang aku benci untuk tinggal di sini. Apa kau tidak sadar sudah menyakiti perasaan buah hatimu ini, ayah? Aku kecewa padamu."

Gadis itu mengusap air matanya kasar, lalu berbalik badan dan keluar dari kamar.

Maafkan ayah Jennie... ayah hanya tidak ingin kau terluka. Jika kau mengikuti agensi itu dan menjadi terkenal, ayah takut nama baikmu akan hancur karena memiliki seorang ayah yang tidak berguna ini, seorang ayah yang telah merenggut nyawa seseorang.

***

"Kau benar-benar mewujudkan ucapan Jennie sebagai seorang parasit. Apa rasa malu itu sudah tidak ada lagi? Selain itu kau juga berbicara pada managerku agar aku berhenti?"

Jimin mengangguk santai sambil terus bermain games, ia tertawa di sela-sela permainan.

Melihat tingkah Jimin membuat Jisoo ingin menghajarnya jika saja dia bukan kakaknya mungkin.

"Aku tidak mau tinggal di sini! Dasar keterlaluan!!"

Jisoo mengambil koper besarnya, ia ingin kembali ke rumahnya karena terlalu malu berhadapan dengan Jennie. Apa yang ada di pikirannya nanti jika Jisoo dan kakaknya ini tinggal di rumahnya.

Hampir saja ia membuka pintu namun ucapan Jimin menghentikan niatannya untuk pergi.

"Coba saja kau kembali, jika kau tidak peduli dengan mereka aku siap kok mengumumkan kejahatan ayah Jennie di muka umum terutama di sekolah."

ATTENTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang