Selalu puyeng sama ending, padahal udah banyak ide di otak, tapi nuanginnya susah banget :')
.
.
.
Selamat membaca...Sudah sekitar 10 menit Joohyun dan Seokjin berdiam diri di tepi air mancur tanpa ada yang buka suara, Seokjin yang sudah tidak sabar, mulai memecahkan keheningan yang terjadi diantara mereka.
"Apa air mancur itu indah banget sampai kamu mengabaikan makhluk indah lainnya di samping kamu?" Seokjin berusaha mencairkan suasana.
Joohyun tidak menggubris, ingin Joohyun hari ini, ia bisa sendiri tanpa ada Kim Seokjin di sampingnya, tapi Seokjin tetaplah Seokjin, si keras kepala yang ga bisa diatur.
"Itu apa?? Lihat deh!" Seokjin berucap dengan kagum menunjuk sisi kanannya, Joohyun juga menoleh ke sisi kanan, namun...
Telunjuk Seokjin menempel di pipi Joohyun, "Kena deh, hahaha." Suara tawa Seokjin menggelegar.
Joohyun menatap Seokjin kesal, ingin sekali ia menjewer telinga Seokjin seperti yang biasa ia lakukan ketika marah pada Seokjin selama ini, tapi kali ini beda, Joohyun kecewa, bukan kecewa karena Seokjin mengabaikannya beberapa waktu lalu, tapi kecewa karena Seokjin membohonginya.
"Apa aku sebegitu ga bisa dipercayanya?" Satu kata itu sukses menusuk hati Seokjin, begitu juga dengan Joohyun, air matanya jatuh seketika.
"A-apa maksudmu, ai?"
Joohyun tersenyum, namun matanya ga bisa bohong, air matanya mengalir deras tanpa diperintah.
"Aku lagi introspeksi diri Seokjin, mungkin selama ini aku emang ga bisa dipercaya, sampai kamu ga pernah jujur sama aku."
"A-ai... Jangan bilang gitu, hoh, aku mohon, jangan bilang gitu." Seokjin segera menggeleng, rasa takut tiba-tiba menjalar dipikirannya.
"Aku bisa jelasin semua, jadi please, jangan bilang kayak tadi lagi, aku mohon." Lanjutnya.
Seokjin menggenggam tangan Joohyun, namun segera ditepis oleh Joohyun, Seokjin tidak menyerah, dia menggenggam tangan Joohyun sampai yang punya tangan pasrah.
"Aku akui aku salah, dari awal aku emang ga pernah bisa jujur sama kamu, di saat aku pengen jujur, aku selalu kehilangan timing, sampai aku ga pernah bisa jelasin kebenaran aku kepada siapapun, termasuk kamu." Seokjin sedikit menjeda kalimatnya.
"Awalnya aku ga ingin kita jadi canggung, aku ga ingin kalian semua segan karena aku anak yang punya rumah, aku ingin kita kayak biasanya aja, makanya aku bohong. Lagipula, aku ga mau hidup atas nama ayahku, aku ingin dikenal sebagai diriku sendiri, bukan sebagai anak dari pendiri Jinhit." Seokjin menunduk.
"Terus Sooyoung? Kenapa ga bilang kalau dia adik kamu???"
"Itu ga direncana, karena kalian ga pernah nanya juga..." Seokjin melirik Joohyun sedikit takut untuk menunggu reaksinya.
Joohyun menghela nafas beratnya, ia bahkan enggan untuk menatap Seokjin.
Seokjin mengambil tangan Joohyun, "Mending pukul aja aku ya, itu lebih baik. Pukul aja, pukul yang keras sampai rasa kesal kamu hilang, tapi jangan diemin aku gitu... Hm? Ini pukul aja aku." Seokjin masih memaksa tangan Joohyun untuk memukulnya.
Joohyun segera menarik tangannya, kemudian tangannya mengambil ancang-ancang untuk menampar Seokjin. Seokjin memejamkan matanya, satu detik... Dua detik... Tiga detik... Seokjin tidak merasakan apa-apa.
Seokjin kemudian membuka matanya dan ia mendapati Joohyun kembali menatap kosong pemandangan di depannya.
"A-ai... Aku mohon, jangan gini... Jangan diemin aku gitu." Seokjin kembali menggenggam tangan Joohyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jinrene Story (ONE SHOT)
Truyện NgắnBerisi one shot Jinrene. Akan ada Fmv juga di setiap cerita, ( kalau aku lagi mood ya 😅) So... Penasaran? Boleh di baca, kalau senggang.😊 #Jinrene #Jin #Irene