Love Story (Irene)

707 77 18
                                    

Note : Bahasanya non baku. Kalo ga suka yang non baku, boleh di skip mulai dari sekarang hehe, takut nyesel nanti bacanya. 🤭

Oh iya satu lagi, latar tempat ga jelas, pokoknya beratapkan langit beralaskan tanah, eaaakk, ga terlalu spesifik 🤭

Oke langsung aja...

Happy reading...

Sore itu, seorang gadis duduk termenung menunggu hujan, bukan tanpa alasan, langit gelap di siang hari, apalagi alasannya kalau bukan akan turun hujan?

"Hujan gini, makan yang anget-anget enak kali ya..." Pikir gadis itu disela lamunannya.

Gadis itu lantas bangkit, dan mengambil kunci motor di atas meja belajarnya, "Ma, Irene ke warung bentar ya, mau beli mie!" Teriak Irene yang sukses menghebohkan seisi rumah.

"Tunggu! Nitip mba!" Teriak si kecil, adik paling bontot Irene.

"Mba, papa nitip juga ya." Kali ini suara berat papanya yang terdengar.

"Mama juga dong." Mama tentunya tidak mau kalah.

Irene menghela nafas beratnya, "nyesel Irene bilang." Gumamnya.

"Kan sekalian mba." Jawab sang mama tanpa rasa bersalah.

Dan berakhirlah semua penghuni rumah menitipkan sesuatu untuk dibeli di warung.

Irene mendumel sepanjang perjalanan, sebenarnya itu kebiasaan Irene, gadis cantik bermata indah dan berkulit putih itu, suka bicara sendiri kala di atas motor, pasti semua orang pernah melakukan hal yang sama.

Sesampainya di warung, Irene mulai membelikan pesanan orang rumahnya yang sudah ia catat di dalam ponselnya, Irene kan pelupa, nanti karena keasyikan bicara sendiri di atas motor, dia lupa yang menjadi tujuan awalnya. (aku banget sih :')).

"Ini mas, uangnya." Ucap Irene kepada penjaga warung.

Penjaga warung itu mengambil uang Irene tanpa berucap sepatah katapun.

"Ganteng-ganteng judes." Celetuk Irene.

Si penjaga warung spontan menoleh ke arah Irene.

"Halo masnya, mas ga kenal saya? Kita satu sekolah, Jinhit High school." Irene mencoba mengenalkan dirinya.

Pemuda itu mengernyitkan alisnya bingung.

"Masnya ga kenal saya? Masa sih? Saya adik kelas mas, tinggal di komplek ujung sana, kita satu organisasi di sekolah, Pramuka." Irene masih mencoba menjelaskan dirinya.

"Siapa?" Satu kata pertama yang keluar dari mulut pemuda itu.

"Saya Irene, nama mas, Seokjin kan? Pradana yang baru?"

Seokjin mengangguk.

"Nah, saya menjabat sebagai sekretaris, mas. Masa mas ga ingat kita sama-sama maju ke depan waktu itu?"

"Maaf, saya tidak terlalu mengingat wajah orang lain." Jawabnya dengan ekspresi yang sama, nihil ekspresi.

Irene manggut-manggut, dia malu juga karena sudah SKSD dengan si kakak kelas.

"Kalau tidak ada yang ingin dibeli lagi, saya permisi ke belakang." Ucap pemuda yang bernama Seokjin itu tenang.

Irene hanya bisa tersenyum pahit, "Sombong banget sih manusia satu ini?" Gerutu Irene kemudian pergi meninggalkan warung.

~~~

Sesampainya di rumah, benar saja, hujan turun dengan sangat deras. Irene sangat menikmati turunnya hujan, karena ia suka hujan. Namanya saja Irene Raina, nama akhirnya diambil dari kata hujan "rain".

Jinrene Story (ONE SHOT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang