"Bae Irene!"
Panggilan itu, tepat di saat jam menunjukkan pukul 12 siang, tidak banyak orang di kampus hari itu, hanya ada Irene, beberapa orang yg berlalu lalang, dan tentu saja si pemilik suara yang menyebut namanya.
Irene menoleh sesaat setelah namanya diserukan, ia mengangkat satu alisnya, menatap bingung orang yang sudah dibasahi keringat di sekujur tubuhnya itu.
"Kenapa?" Tanya Irene kemudian.
"Bantuin gue pliss, Lo ga ada kelas lagi kan?" Ujar si pemilik suara yang sedikit cempreng, lebih tinggi sedikit dari Irene.
Irene menggeleng pelan, karena kebetulan, kelasnya memang sudah selesai. "Bantuin apa?"
"Bantuin gue absen, gue gak bisa hadir kelas, soalnya bokap masuk rumah sakit."
"Gak bisa izin aja apa? Ini urgent loh." Irene berusaha memberikan nasihat kepada orang yang diajaknya bicara sekarang.
"Enggak bisaa, Lo tahu sendiri, hari ini gue sama pak Seokjin, bisa habis gue kalo izin, auto ngulang semester gue, pliss..." Ujarnya dengan wajah yang sudah memelas.
Muka Irene terkejut mendengar satu nama itu, "Seulgi-ah, kayaknya gue gak bisa deh." Jawab Irene setelahnya.
Orang yang dipanggil Seulgi memanyunkan bibirnya, "Kenapaaa? Bantuin gue plis, kali ini ajaa, lo tega liat sahabat lo ngulang semester?"
Irene berpikir sejenak, namun ia tetap tidak bisa menyetujui masalah satu ini, "Tapi..." Belum sempat Irene melanjutkan kalimatnya, Seulgi sudah dahulu memotongnya.
"Renee, plisss..."
"Kalo ketauan gimana?"
"Gak bakal, gue jamin, beliau gak inget wajah mahasiswanya kok."
Irene menghela nafasnya sejenak, kemudian mengiyakan permintaan Seulgi yang tergolong konyol menurut Irene.
Seulgi bersorak, tak henti-hentinya berterimakasih kepada Irene yang telah sudi membantunya.
"Gue janji akan traktir lo seminggu di kantin fakultas." Seulgi cengengesan.
Irene mencibirnya, "Awas kalo nggak."
Seulgi merangkul Irene, "Kapan gue pernah boong ke elo sih sobat?"
"Pret."
_________
Sebelum melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas, Irene berhenti sejenak di depan pintu, berusaha menetralkan detak jantungnya, ia memasangkan topi yang sudah sedari tadi nangkring di tangannya, kemudian kacamata khas penyamaran pada umumnya.
"Semoga gak ketahuan." Gumam Irene pelan.
Ia masuk dengan kepala menunduk, walaupun orang lain mungkin tidak mengenalnya, tapi ia tetap harus waspada, terutama kepada sang dosen.
Kelas di mulai, seorang pemuda tinggi yang mengenakan setelan kemeja berwarna biru yang ia padupadankan dengan celana dasar hitam, rambut ia tata kebelakang memperlihatkan dahi indahnya, wajah yang tampan namun terkesan dingin dan tegas, iya dia Kim Seokjin, dosen yang ditakuti Seulgi.
Seokjin mengabsen mahasiswanya satu persatu, dan tibalah saat nama Seulgi dipanggil, Irene menjawab dengan kepala yang tertunduk, namun suaranya tidak terdengar jelas.
"Seulgi?" Seokjin mengulang memanggil nama Seulgi.
"Hadir pak." Jawab Irene lagi, kali ini dengan suara yang sedikit lebih keras.
Seokjin mengetyitkan alisnya, ia menatap lekat perempuan bertopi yang sedang menundukkan kepalanya itu.
Sebuah senyum terpantri di wajah Seokjin kala dia menyadari sesuatu, ia menatap lekat kalung yang mahasiswi itu kenakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jinrene Story (ONE SHOT)
ContoBerisi one shot Jinrene. Akan ada Fmv juga di setiap cerita, ( kalau aku lagi mood ya 😅) So... Penasaran? Boleh di baca, kalau senggang.😊 #Jinrene #Jin #Irene