24. Teruntuk Teman Imajinasiku

58 9 2
                                    

Teruntuk teman imajinasiku, dari teman imajinasimu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Teruntuk teman imajinasiku, dari teman imajinasimu.

Bisa coba kalian bayangkan, bagaimana perasaan kalian memiliki teman imajinasi? Aku tidak tahu harus bahagia atau bersedih. - Arthit

...

Author side's

"Gila!! Itu si Arthit ketawa sendiri, lari-lari sendiri kemarin."

Plakk!!

Sosok yang berucap mengaduh kesakitan, teman bernama Ace baru saja memukul tekuk lehernya. "Lo mau gue mati apa?" keluh Chimon masih mengaduh.

"Kalimat lo di jaga bego! Gimana kalau Arthit denger."

"Yadah maaf maaf, kan gue reflek aja ngeliat itu terus langsung ngomong."

Kao datang membawakan tumbler hitam dengan straw stainless yang langsung di berikan ke Chimon. "Untung kemarin Ace langsung lari, kalau nggak Arthit udah ke tabrak mobil," cicitnya.

Chimon memerhatikan dan mengangguk seolah mengerti, orang-orang yang saat ini di ruang tamu tidak ada yang tahu pria muda sedang duduk di lantai itu meminum darah.

Kecuali ayah Ten, dia seperti maha mengetahui segalanya.

Heran!!

Sosok yang di bicarakan saat ini, kondisinya benar-benar berantakan. Jika Chimon berkata 'gila', ya kata itu yang tepat mengambarkan Arthit saat ini.

Hanya terdiam, tersenyum, dan ketika di tanya kesulitan untuk menjawab. Suami Ace dengan sukarela merawatnya seorang diri, bahkan hingga memandikannya. Kebetulan, Arthit hanya menurut dengan Dokter Gulf.

Sebenarnya ada sosok lain yang bisa mengontrol keadaan Arthit sekarang, yaitu Chimon. Hanya, dia sebatas memberi makan saja. Kemampuannya dalam ilmu psikis manusia belum setara dengan Dokter Gulf.

Tapi jangan kaget kalau Chimon bisa menaklukan juga berbicara ke berbagai binatang dan tumbuhan di hadapannya, Ilmu Etologi dirinya memang bakat dari lahir. Kayaknya hanya Chimon yang dapat berbicara dengan kunang-kunang di taman belakang rumah.

Langkah kaki yang sedang menggunakan sandal rumah terdengar sedang turun dari lantai dua. Atensi orang-orang mulai mengarah kepada objek.

"Ayah ingin ke rumah sakitkan? Ayo bareng," imbuh pria yang berjalan mendekati.

"Emm ... Bagaimana anak itu?"

"Masih sama saja, aku mau mengambil beberapa obat untuknya."

"Mungkin memang obat buatan ayah yang bisa menyembuhkannya."

"Huh?" semua orang menatap bingung ayah Ten, namun sang objek hanya tersenyum manis andalannya.

....

I'm Not D.I.D: The Beginner of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang