Part 02.

22.8K 291 17
                                    

Adnan menatap ke seluruh rumah Rio, saat sahabatnya itu mengajaknya untuk masuk ke dalamnya. Seperti pada janjinya, Rio mengajak Adnan ke rumahnya untuk sementara waktu tinggal di sana. Rio bahkan memberikan Adnan posisi yang cukup bagus di kantornya, ia benar-benar menempati janjinya untuk membantu sahabat baiknya tersebut.

"Ayo, Nan. Aku antar ke kamar baru kamu, tempatnya ada di lantai atas." Rio menunjuk ke arah tangga yang diangguki mengerti oleh Adnan dan berjalan tepat di belakangnya.

"Nah, ini kamar kamu. Aku enggak tahu kamu bakal tinggal di sini, jadi aku belum bersihkan tempatnya, tapi sepertinya sudah cukup rapi." Rio membuka pintu kamar yang berada dekat balkon dan mempersilahkan Adnan untuk masuk ke dalamnya.

"Iya, ini memang sudah cukup rapi. Terima kasih ya, Yo? Kamu mau mengizinkan aku tinggal di rumah kamu." Adnan berujar tulus, namun Rio justru tampak tak suka mendengarnya.

"Ini mungkin sudah keseratus kalinya kamu bilang terima kasih, Nan. Sudahlah, santai saja di sini. Anggap saja ini rumah kamu sendiri, okey?" ujar Rio yang diangguki mengerti oleh Adnan.

"Okey. Ngomong-ngomong, dari tadi aku belum lihat istri kamu, dia di mana? Aku harus menyapanya kan, karena mulai malam ini aku akan tinggal di sini." Adnan menatap ke sekelilingnya, namun tidak mendapati siapapun di sana.

"Kalau sore-sore seperti ini, dia masak makan malam di dapur. Kamu mandi saja dulu, aku juga mau mandi, setelah itu kita ke lantai bawah untuk makan malam."

"Iya, seharusnya aku memang harus mandi, aku sudah sangat bau." Adnan tampak kurang nyaman dengan tubuhnya yang diangguki setuju oleh Rio.

"Iya, mandi yang bersih sana!" Rio menutup hidungnya seolah jijik, namun bibirnya tersenyum melihat sahabatnya yang tidak tahan dengan bau tubuhnya sendiri.

"Iya-iya, terima kasih." Adnan menarik kopernya lalu masuk ke dalam kamar barunya, meninggalkan Rio yang tampak tak percaya dengan kelakuan sahabatnya yang masih sama.

***

Setelah selesai mandi, Rio menghampiri Adnan yang masih berada di kamarnya. Sahabatnya itu masih asyik menata barang-barangnya, sampai lupa pesannya untuk makan malam setelah membersihkan diri.

"Nan, kamu lagi apa? Ayo makan malam dulu!" Rio yang berada di ambang pintu itu menatap tanya ke arah Adnan yang sedang merapikan barang-barangnya.

"Iya, sebentar." Adnan mendirikan tubuhnya lalu berjalan ke arah Rio.

Kini Rio dan Adnan turun ke lantai bawah, keduanya berjalan ke ruang makan, di sana sudah ada makanan yang tersedia di atas meja. Adnan yang melihatnya sempat takjub, karena setahunya istri dari sahabatnya itu tidak tahu bila dirinya datang dan akan tinggal di sana, namun masakannya sudah seperti ada acara keluarga.

"Istri kamu memasak sebanyak ini? Memangnya dia tahu kalau aku mau datang? Kamu memberitahunya ya?" tanya Adnan yang digelengi kepala oleh Rio yang tersenyum.

"Enggak kok. Istriku itu sudah biasa masak sebanyak ini, karena aku sendiri suka masakan dia. Tapi sebenarnya dia enggak masak semuanya sekaligus, ada masakan sisa kemarin yang disimpan di kulkas, jadi istriku tinggal memanasi."

"Kamu memang enggak pernah berubah, masih suka makan dengan banyak lauk." Adnan tersenyum maklum, ia lupa sahabatnya memang suka makan dengan berbagai sayuran dan gorengan. Itu lah kenapa Rio lebih suka makan di restoran yang menyediakan prasmanan, dengan begitu dia akan memilih sendiri lauk apa saja yang akan menempati piringnya.

Rio tersenyum mendengar keluhan sahabatnya tentang kebiasaannya yang memang tidak pernah berubah. Sampai saat ia duduk di kursinya dan mempersilahkan Adnan untuk duduk di kursi yang berada di dekatnya.

selingkuh dengan teman suamiku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang