Part 17.
Setelah sampai di kamarnya, Rio mandi dan berganti baju lalu membaringkan tubuhnya di ranjang. Selama melakukan semua itu, otaknya tak henti-hentinya berpikir tentang kedekatan Adnan dan Andini yang dilihatnya hari ini.
Mereka seperti sepasang kekasih, seperti saat Adnan terlihat begitu mengkhawatirkan kondisi Andini, dan Andini yang tampak menerima semua perlakuan Adnan saat membantunya. Entah kenapa, Rio merasa ada sesuatu yang sedang mereka perankan di belakangnya, semacam hubungan gelap yang sengaja mereka sembunyikan.
"Mereka pasti berselingkuh di belakangku, mustahil mereka bisa sedekat itu," gumam Rio yakin, tangannya bahkan mengepal kuat, merasa tidak terima saja dikhianati oleh sabahat dan istrinya sendiri.
Bila memang benar Adnan mengkhinatinya, Rio pasti tidak akan bisa memaafkannya, terlebih lagi setelah apa yang sudah ia lakukan untuk membantu sahabatnya itu. Rio sudah membantu Adnan mendapatkan pekerjaan dan bahkan memberinya tempat tinggal, akan sangat sulit untuk Rio mengerti bila benar sahabatnya itu tega mengkhinatinya.
"Aku harus mencari tahunya." Rio mendirikan tubuhnya, lalu berjalan ke arah pintu kamarnya, namun saat dibuka, ia justru mendapati Adnan di sana.
"Adnan? Kenapa kamu berada di depan kamarku?"
"Aku baru saja ingin memanggilmu, tapi kamu sudah membuka pintu lebih dulu."
"Memang ada apa?" Rio keluar dari kamarnya, lalu menutup pintunya sembari terus menatap ke arah sahabatnya.
"Aku hanya ingin menyuruhmu makan malam, bukannya tadi aku sudah mengatakannya ya?" jawab Adnan yang kali ini Rio mengerti maksud dari ucapan sahabatnya.
"Iya, aku akan turun untuk makan malam." Rio menjawab seadanya, sedangkan Adnan hanya mengangguk lalu berjalan ke lantai bawah, meninggalkan Rio yang tampak santai dengan langkahnya.
Di tengah-tengah kakinya berjalan, Rio masih memikirkan sikap Adnan pada istrinya, sahabatnya itu begitu memedulikan Andini atau memang perasaannya. Namun satu hal yang pasti, Rio tidak akan memaafkan Adnan dan Andini bila benar mereka memiliki hubungan di belakangnya.
Saat Rio sudah turun ke lantai bawah, Rio sempat dibuat takjub dengan banyak makanan yang sudah tertata rapi di mejanya. Adnan yang tengah mengambil nasi dan lauknya, tak mampu Rio tahan bibirnya untuk tidak bertanya.
"Siapa yang sudah memasak makanan sebanyak ini? Bukannya Andini sedang sakit ya!"
"Kan aku sudah mengatakannya, aku yang akan memasak malam ini." Adnan bertanya serius ke arah Rio yang tampak bingung.
"Iya-iya, aku baru ingat. Tapi, kenapa kamu masak makanan sebanyak ini?"
"Bukannya ini kebiasaanmu ya? Makan dengan banyak lauk, awalnya aku pikir kamu sudah berubah, tapi kata Andini kamu tetap sama." Adnan tersenyum kecil sembari terus menyiapkan makanan di atas piring yang berada di tangannya.
"Andini yang mengatakannya ke kamu?" Rio memicingkan matanya, yang diangguki oleh Adnan kali ini.
"Iya. Kamu makan malam dulu ya, aku akan memberi Andini makanan, sepertinya dia sakit karena telat makan." Adnan tersenyum tipis ke arah Rio lalu pergi begitu saja tanpa mau menunggu jawaban sahabatnya itu.
Rio yang melihat Adnan pergi itu seketika berjalan mengikutinya dari belakang, diam-diam ia memerhatikan apa yang sedang Adnan lakukan. Sahabatnya itu tengah menghampiri Andini dan membantunya untuk duduk, dia juga tampak telaten menyuapi Andini yang terlihat masih lemah.
"Apa-apaan mereka? Kenapa mereka bisa bersikap sedekat itu tanpa menghargai keberadaanku di rumah ini?" Rio tampak geram, namun tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali membiarkan mereka untuk sementara.
KAMU SEDANG MEMBACA
selingkuh dengan teman suamiku (TAMAT)
Romance"A-apa kamu bilang? Kamu hamil? Tapi Rio bilang, kamu mandul kan? Itu lah kenapa kalian belum punya anak sampai sekarang, bahkan hal itu juga yang membuat Rio berpikir untuk menyelingkuhi kamu." Adnan. "Itu berarti ... ini anak kamu ...." Andini.