Part 07.

15.5K 220 0
                                    

Setelah berbelanja, Adnan dan Andini berniat keluar dari gedung tersebut, namun Andini justru tersenyum dan berlari cepat ke arah seseorang. Sedangkan Adnan yang tidak tahu apa-apa itu hanya mengikutinya, memerhatikan ke mana Andini akan melangkah.

"Kenapa buru-buru? Memangnya kamu mau ke mana?" tanya Adnan setelah berhasil menyamakan langkahnya dengan Andini, sedangkan di kedua tangannya ada dua kantong kresek belanja milik Andini dan juga dirinya.

"Aku mau menyapa sahabatku dulu, sebentar ya? Tidak lama kok," jawab Andini sembari terus berjalan cepat.

"Sahabat? Dia punya sahabat?" gumam Adnan keheranan, meski begitu ia masih terus berjalan mengikuti langkahnya.

"Sinta," sapa Andini ke seorang wanita cantik yang tengah berdiri di sekitar pintu gedung tersebut.

"Andini, kok kamu ada di sini?" tanya wanita itu tampak terkejut, bibirnya berusaha tersenyum saat melihat sahabatnya itu berada di tempat yang sama dengannya.

"Sinta? Ah ya, kenapa aku bisa melupakannya? Rio dan wanita itu kan memang berselingkuh, sayangnya Andini tidak tahu hal itu." Adnan tersenyum meremehkan, merasa tak percaya saja dengan kepolosan Andini yang bisa-bisanya masih baik dengan Sinta, padahal wanita itu lah yang menjadi sumber penderitaannya.

"Iya, kebetulan bahan masakanku di rumah sudah habis, jadi aku harus belanja." Andini menunjukkan dua kantong kresek di tangannya, yang diangguki mengerti oleh Sinta.

"Kamu sendirian ke sini? Pak Rio mana?" tanya Sinta berbasa-basi, padahal ia yang paling tahu bagaimana sikap kejam lelaki itu pada Andini, sahabatnya sendiri.

"Rio di rumah, jadi aku belanja dengan Adnan, itu orangnya baru datang." Andini menunjuk ke arah Adnan yang tengah berjalan tenang ke arah mereka.

"Adnan? Dia kan temannya Pak Rio. Kita bekerja satu kantor kan?" ujar Sinta memastikan, sedangkan Andini tersenyum berbeda dengan Adnan yang hanya mengangguk malas.

"Kok kalian bisa belanja bersama?"

"Yang pasti jawabannya bukan karena kita sedang selingkuh." Adnan menjawab datar, membuat Andini keheranan dengan maksud dari ucapannya.

"Maksud kamu apa sih?" tegur Andini tak mengerti, namun Adnan hanya menaikkan bahu tanda tidak peduli, berbeda dengan Sinta yang tampak tersinggung dengan ucapan Adnan.

"Maaf ya, Sin. Kayanya dia kelelahan, makanya omongannya sedikit ngelantur. Oh ya, tadi kamu tanya ya kenapa kita belanja bersama, itu karena mulai kemarin Adnan ini tinggal di rumah kami. Tadi pas aku mau berangkat, kebetulan dia juga mau beli sesuatu, jadi kita pergi bersama."

"Oh gitu? Sekarang kamu mau ke mana? Kita ke caffe itu sebentar yuk! Kita cerita-cerita kaya dulu lagi, aku juga mau tahu keadaan kamu sekarang? Pak Rio sudah berubah sedikit lebih baik ke kamu kan? Aku sangat mengharapkan hal itu untuk kamu." Sinta merengkuh kedua tangan Andini, seolah ingin memberi wanita itu semangat, berbeda dengan Adnan yang justru terlihat sinis dengan apa yang Sinta lakukan saat ini.

"Aku juga mau cerita kalau aku pernah tahu seseorang, dia punya sahabat baik, tapi dia justru berselingkuh dengan suami teman baiknya itu. Bagaimana? Ceritaku menarik kan? Kalau iya, kita bisa menceritakannya di caffe itu." Adnan menarik lengan Andini yang terlihat tidak mengerti dengan maksud dari ucapannya itu.

"Maksud kamu siapa?" tanya Andini tak habis pikir, berbeda dengan Sinta yang tampak gelisah sekarang.

"Kayanya aku harus pergi dulu deh, ternyata aku sudah dijemput di tempat parkir. Maaf ya, Din. Kapan-kapan kita main ya?" ujar Sinta terdengar buru-buru, bahkan tanpa menunggu jawaban Andini pun, Sinta sudah berlari menjauh.

selingkuh dengan teman suamiku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang