Seperti sore biasa, Adnan pulang sendiri dari kantor, ia tidak ditemani Rio sama seperti saat mereka berangkat bekerja. Sahabatnya itu tidak pernah ketinggalan untung mengantarkan Sinta pulang, wanita yang menjadi selingkuhannya sekaligus sahabat dari istrinya.
Adnan yang sudah sampai rumah itu langsung mencari Andini, ia ingin menemui wanita itu untuk memberinya hadiah. Sebelum pulang, Adnan memang mampir dulu ke sebuah mini market, di sana ia membeli sebuah coklat berbentuk hati. Adnan sengaja membelinya, karena ia merasa belum pernah memberi Andini sesuatu.
"Kamu baru pulang, tapi kenapa berdiri di sini?" Andini yang baru saja mengepel lantai bagian ruang tamu itu bertanya, setelah menghampiri Adnan yang terdiam di depan pintu rumah.
"Aku ... mau minta maaf sama kamu." Adnan memberikan coklat itu ke Andini yang sempat terkejut sekaligus bingung, kenapa Adnan meminta maaf dengannya.
"Minta maaf untuk apa?" tanya Andini tanpa mau mengambil cokelat yang sengaja Adnan sodorkan ke arahnya.
"Terima dulu cokelatnya!" pinta Adnan memohon, yang diangguki mengerti oleh Andini sembari mengambil cokelat itu dengan hati-hati.
"Terima kasih untuk cokelatnya. Tapi, kenapa kamu harus minta maaf?" Andini menatap bingung ke arah Adnan yang tampak merasa bersalah.
"Aku minta maaf, karena aku tidak pernah membelamu saat Rio memperlakukanmu dengan buruk." Adnan menunduk penuh penyesalan, yang justru disenyumi oleh Andini kali ini.
"Tidak apa-apa. Aku malah bersyukur, setidaknya Rio tidak akan mencurigaimu dekat denganku kan?"
"Tapi, kamu juga butuh pembelaan kan? Aku malah diam dan membiarkanmu ...." Adnan tampak semakin menyesal. Adnan sendiri juga bingung harus berbuat apa, terlebih lagi saat ia harus melihat Andini diperlakukan buruk oleh suaminya. Rasa ingin membela tentu saja ada di dalam hatinya, bahkan rasa itu hampir menyiksanya saat dirinya tidak bisa berbuat apa-apa untuk melindungi Andini. Namun bila Adnan melakukannya, posisinya di rumah itu juga bisa terancam, itu artinya ia tidak bisa dekat dengan Andini kedepannya.
"Aku sudah terbiasa dengan semua itu, jadi kamu tidak perlu khawatir."
"Bagaimana aku tidak khawatir? Kamu seseorang yang sangat berharga untukku, tapi tidak ada yang bisa aku lakukan untuk melindungimu saat ini." Adnan merengkuh kedua tangan Andini sembari menatap matanya yang tampak sayu dan lelah.
"Tapi, aku janji. Selama aku tinggal di sini, aku akan memastikan kamu baik-baik saja dan membuat kamu bahagia." Adnan kembali melanjutkan ucapannya dengan nada keyakinan membuat Andini tersenyum mendengarnya.
"Percayalah, hidupku sebelum mengenalmu itu jauh lebih berat, tapi kehadiran kamu membuatku merasa sedikit lebih berarti. Jadi, berhentilah mengkhawatirkan aku, karena aku baik-baik saja dan bahkan lebih baik dari sebelumnya. Terima kasih, sudah memberiku obat atas luka yang Rio buat. Kalau tidak ada kamu yang menguatkan aku, mungkin aku akan berpikir untuk pergi dari dunia ini." Andini berujar tulus sembari tersenyum menatap ke arah Adnan yang mengangguk dan juga tersenyum lega ke arahnya.
"Terima kasih untuk cokelatnya." Andini menunjukkan cokelat yang Adnan berikan, sudah lama ia merasa tidak spesial seperti sekarang dan Adnan yang memberinya kenyamanan itu.
"Iya, sama-sama. Aku juga mau berterima kasih karena kamu sudah memberiku kesempatan terindah ini ...."
"Kesempatan apa?" Andini memicing matanya dengan tatapan bertanya.
"Kesempatan untuk menjadi selingkuhanmu." Adnan tertawa kecil yang juga membuat ikut Andini tertawa mendengarnya.
"Oh ya, aku punya film komedi bagus. Kamu mau melihatnya bersamaku nanti malam?" tawar Adnan yang sempat diangguki ragu oleh Andini.
KAMU SEDANG MEMBACA
selingkuh dengan teman suamiku (TAMAT)
Romance"A-apa kamu bilang? Kamu hamil? Tapi Rio bilang, kamu mandul kan? Itu lah kenapa kalian belum punya anak sampai sekarang, bahkan hal itu juga yang membuat Rio berpikir untuk menyelingkuhi kamu." Adnan. "Itu berarti ... ini anak kamu ...." Andini.