Part 15.

13K 240 8
                                    

Andini menutup pintu kamarnya, di saat itu lah air matanya tumpah, ia berusaha menghapusnya, namun semua terasa percuma. Andini semakin menangis, membuatnya harus mencari tempat untuk bersembunyi. Sampai saat matanya tertuju ke arah kamar Adnan, di saat itu lah Andini melangkah ke sana dan membuka pintunya begitu saja.

"Andini, ada apa?" Adnan yang tengah menyisir rambutnya setelah mandi itu dibuat terkejut, saat mendapati Andini menangis dan menutup pintu kamarnya lalu berjalan ke arahnya.

"Aku tidak apa-apa, aku hanya ingin menangis." Andini menjawab dengan suara serak sembari memeluk tubuh Adnan dengan erat.

"Kalau kamu tidak apa-apa, lalu kenapa kamu menangis? Apa Rio menyakitimu lagi?" Adnan membelai rambut Andini dengan lembut, membalas pelukannya untuk memberinya ketenangan.

"Tidak kok. Hanya saja, tadi aku bertemu dengan Sinta, aku bilang ke dia kalau aku sudah tahu semuanya. Perselingkuhan dia dengan Rio, aku tahu semua itu." Andini menjawab dengan nada yang sama, yang bisa Adnan mengerti perasaannya.

"Lalu bagaimana dengan tanggapan Sinta? Apa dia merasa menyesal?" tanya Adnan, namun Andini justru menggeleng pelan, yang tentu saja membuat Adnan tak percaya, bisa dilihat dari caranya melepas pelukannya dan menatap tanya ke arah Andini.

"Dia tidak merasa menyesal, begitu?" tanyanya memastikan yang kali ini Andini angguki.

"Apa-apaan dia? Kamu itu istri sahnya Rio, dia itu cuma selingkuhan, mustahil dia tidak menyesali perbuatannya ke kamu, apalagi kalian bersahabat baik kan?" Adnan tampak ingin marah terutama pada Sinta, wanita itu benar-benar tidak punya malu bila sampai tidak merasa bersalah dengan Andini.

"Sepertinya dulu Sinta sering merasa iri denganku, jadi diam-diam dia membenciku." Andini menghela nafas panjangnya, ia masih tidak mengerti kenapa Sinta bisa setega itu berselingkuh dengan suaminya. Meskipun ia sudah tahu alasannya, namun tetap saja terasa sulit untuk mengerti jalan pikirannya.

"Tapi tetap saja, seharusnya dia merasa bersalah karena sudah mengkhianati kamu, bukan malah bersikap sebaliknya."

"Sudahlah, mungkin aku yang belum mengenalnya, atau mungkin memang aku yang salah. Sejak bersahabat denganku, Sinta sering sekali mengeluh tentang wajahnya saat itu, aku yang berpikir bila dia cantik hanya menyamangatinya tanpa bisa memahami perasaannya. Saat dia berkata kalau aku dulu banyak yang menyukai dari pada dia, aku sempat mengabaikan ucapannya, tapi sekarang aku mulai memahaminya." Andini menundukkan wajahnya, sesekali ia menghela nafas panjangnya.

"Begitupun denganku sekarang, kemarin aku sempat bertanya-tanya kenapa Sinta tega mengkhianatiku, dia tidak bisa memahami perasaanku sampai dia berpikir bisa berselingkuh dengan suamiku. Mungkin itu juga yang Sinta rasakan dulu, saat dia diam-diam merasa iri denganku, tapi aku tidak bisa memahami keinginannya." Andini menatap ke arah Adnan yang menggeleng pelan, merasa tidak setuju dengan pemikirannya.

"Hanya karena kamu tidak bisa memahami Sinta pada saat itu, bukan berarti dia boleh membalasmu dengan bermain api di belakangmu. Ketidak pengertian dan pengkhianatan, itu sesuatu yang jauh berbeda, kamu tidak bisa menyamakan mereka hanya karena kamu merasa bersalah." Adnan menjawab tegas sembari merengkuh kedua pundak Andini, berharap wanita itu mengerti bila masalah yang dialaminya selama ini bukanlah kesalahannya.

"Aku tidak tahu kenapa aku bisa memikirkannya, mungkin karena aku terlalu banyak dikecewakan tanpa aku tahu kesalahanku apa? Jadi aku berpikir sebuah kemungkinan, yang bisa membuat diriku merasa lebih baik, setidaknya aku pantas mendapatkannya karena aku memang bersalah." Andini kembali menitikkan air matanya, hanya dengan cara seperti itu ia bisa menerima beban di hidupnya.

"Begitupun dengan Rio, dia berselingkuh dengan sahabatku, sering membawa jalang pulang ke rumah, sikapnya juga tidak bisa dikatakan baik. Hebatnya, aku bisa menerimanya, kamu tahu karena apa? Karena aku tahu kekuranganku, aku wanita mandul, artinya apa yang terjadi di hidupku sekarang itu memang murni kesalahanku, jadi aku harus menerimanya kan?" Andini bertanya ke arah Adnan yang terdiam, bibirnya tersenyum begitu menyedihkan dengan mata yang terus menangis membasahi wajah cantiknya.

selingkuh dengan teman suamiku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang