Andini mengepalkan kedua tangannya, saat matanya melihat ke arah lelaki dan perempuan yang sangat dikenalnya. Mereka tampak sangat mesrah dengan tangan saling bertautan satu sama lain, mereka adalah Rio dan Sinta, suami dan juga sahabat baiknya.
Hampir semalaman Andini tidak bisa tidur memikirkan hubungan antara suami dan sahabatnya itu, ia sangat berusaha keras untuk tidak percaya, hingga pada akhirnya tubuhnya melemah. Andini tidak masak, dan bahkan tidak membersihkan rumah, yang ia lakukan hanya merenung dan bertanya-tanya kenapa sahabatnya itu tega melakukan semua itu padanya.
Sampai pada akhirnya Andini berpikir untuk membuktikannya sendiri, Andini pergi ke kantor suaminya di jam pulang, dan apa yang ia lihat sekarang benar-benar membuatnya terkejut sekaligus syok berat.
Air matanya bahkan tidak berhenti mengalir, padahal Andini sudah berusaha menghapusnya agar tidak terlalu kentara, namun rasa sesak di dadanya begitu menyiksanya, hingga ia tidak tahan untuk tidak menangisinya.
"Sinta. Kenapa? Kenapa harus sampai seperti ini? Aku pikir, aku sahabat baikmu, tapi kamu malah mengkhianatiku?" Andini tersenyum miris, karena pada kenyataanya ia tak pernah berharga di mata Sinta, padahal Andini selalu menganggap Sinta adalah saudara dan bahkan keluarganya. Namun sepertinya tidak untuk wanita itu, kalau memang iya, perselingkuhan itu pasti tidak akan pernah ada.
Andini menghapus air matanya, berusaha berpaling agar tidak dikenali, saat mobil yang membawa Rio dan Sinta itu melaju pergi. Andini menunduk wajahnya, air matanya kembali tumpah, tubuhnya juga terasa lemah hingga Andini serasa tidak sanggup untuk menopangnya.
Tak lama, Andini pergi dari sana, ia berniat pulang ke rumah. Bertepatan dengan Adnan yang baru saja keluar, sayangnya lelaki itu tidak menyadari kehadiran Andini di sana.
"Andini pasti tidak akan ke sini, tadi pagi saja tubuhnya terlihat sangat lemah. Aku harap, dia beristirahat dengan baik hari ini." Adnan bergumam penuh harap lalu menatap ke arah ponsel yang berada di tangannya, ia berniat memberitahukan foto Rio dan Sinta ke Andini nantinya.
***
Adnan berjalan masuk ke dalam rumah sahabatnya, setelah pulang dari kantor tempatnya bekerja. Sedangkan di sofa, Andini tengah menyenderkan tubuh dan kepalanya, ekspresinya juga tampak putus asa.
Adnan yang menyadarinya itu sempat terdiam, sampai pada akhirnya ia melangkah untuk menghampiri Andini dan bahkan duduk di sampingnya. Sedangkan Andini sendiri hanya menoleh sekilas, lalu kembali menatap langit-langit rumah.
"Kamu masih memikirkan apa yang aku katakan tadi malam kan? Kamu pasti ragu harus percaya atau tidak, tapi sekarang aku sudah punya buktinya, kamu bisa melihatnya," ujar Adnan sembari mengambil ponselnya yang berada di dalam tasnya, lalu mencari foto yang tadi sempat ia ambil secara diam-diam.
"Tidak perlu." Andini menjawab lelah, membuat Adnan terdiam dengan menatap tanya ke arahnya.
"Kenapa?"
"Karena aku sudah melihatnya sendiri dan aku sekarang percaya dengan apa yang kamu katakan tadi malam." Andini menjawab dengan nada yang sama, ia bahkan tampak tak bersemangat sekarang.
"Kamu pergi ke kantornya Rio?" tanya Adnan tak yakin, sedangkan Andini hanya mengangguk pelan.
"Aku melihatnya sendiri bagaimana Sinta merangkul lengan Rio, dia bersandar seolah Rio itu kekasihnya." Andini berujar lirih, nada suaranya terdengar serak dari sebelumnya, matanya kembali menangis kali ini.
"Kenapa? Dari ribuan wanita yang bisa Rio jadikan selingkuhan, kenapa harus Sinta, kenapa harus sahabatku?" Andini bertanya ke arah Adnan yang hanya bisa terdiam, ia tidak bisa menjawab, karena ia sendiri juga tidak tahu jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
selingkuh dengan teman suamiku (TAMAT)
Dragoste"A-apa kamu bilang? Kamu hamil? Tapi Rio bilang, kamu mandul kan? Itu lah kenapa kalian belum punya anak sampai sekarang, bahkan hal itu juga yang membuat Rio berpikir untuk menyelingkuhi kamu." Adnan. "Itu berarti ... ini anak kamu ...." Andini.