Part 16.
Semakin hari, hubungan Andini dan Adnan semakin dekat, mereka bahkan sering menghabiskan malam bersama, terutama saat tidak ada Rio di rumah. Seperti saat ini, saat Adnan tiba-tiba menggendong tubuh Andini yang baru selesai mencuci piring di dapur.
Andini yang merasa tubuhnya melayang itu sempat menjerit terkejut, namun saat tahu Adnan yang menggendongnya, bibirnya seketika tertawa meski kekesalan tampak jelas di wajah cantiknya.
"Aku kaget, kamu sengaja ya?" Andini memukul dada Adnan, yang justru tertawa melihat respons Andini yang menggemaskan menurutnya.
"Kalau iya, kenapa?" tantang Adnan dengan ekspresi wajah ingin menggoda, matanya bahkan mengerling beberapa kali ke arah Andini yang kian tidak percaya dengan kekonyolannya.
"Tidak apa-apa. Turunkan saja aku!" Andini yang sudah sangat lelah itu hanya ingin turun dari gendongan Adnan, ia tidak ingin Adnan menggendongnya terlalu lama.
"Aku tidak mau." Adnan menggeleng pelan, bibirnya tersenyum penuh percaya diri, yang tak membuat Andini mengerti.
"Kenapa?"
"Aku hanya ingin mengantarkan Tuan putriku ke tempat tidurnya, apa itu tidak boleh?" Adnan melangkahkan kakinya sembari terus menggendong Andini yang tersipu malu mendengar jawabannya.
"Sayangnya, tempat tidur Tuan putri ini berada di lantai dua," jawab Andini menimpali candaan Adnan yang terbiasa ia dapatkan.
"Lalu kenapa?"
"Tubuh Tuan putri ini terlalu berat, Anda tidak akan sanggup menggendongnya sampai ke lantai atas." Andini berbisik ke arah Adnan, bibirnya tersenyum semringah, merasa bahagia bisa berbalas peran dengan Adnan.
"Kalau saya bisa melakukannya, hadiah seperti apa yang akan Tuan putri berikan pada saya?" Adnan menaikkan salah satu alisnya, ucapannya terdengar penuh percaya diri, bahkan dengan kaki melangkah dan tangan yang masih bertahan mengendong tubuh Andini.
"Tidak usah bercanda, turunkan saja aku!" ujar Andini serius, nada suaranya terdengar meremehkan Adnan.
"Tidak mau," jawab Adnan tegas sembari terus berjalan, bahkan saat melewati tangga untuk ke lantai atas. Sedangkan yang Andini lakukan hanya terdiam, bibirnya tampak kagum melihat ke arah Adnan yang terus menggendongnya bahkan saat menaiki tangga.
"Lihat, kita sudah berada di lantai atas, aku bisa kan menggendongmu sampai ke sini?" Adnan bertanya dengan nada bangga, bahkan wajahnya mendekat ke arah Andini yang kian salah tingkah.
"Okey, kamu memang hebat. Sekarang bisa turunkan aku?" Andini memalingkan wajahnya, berusaha menghindari wajah Adnan yang menggeleng pelan.
"Aku tidak mau, sebelum kamu memberikan aku hadiah karena sudah menggendongmu dari lantai bawah."
"Hadiah apa? Aku tidak menjanjikannya kan?" Andini menatap tak terima ke arah Adnan yang justru tersenyum melihat keterkejutannya.
"Hadiahnya malam ini kamu harus bersamaku lagi." Adnan melangkah ke arah kamarnya, matanya terus tertuju ke arah Andini, bahkan saat membuka pintunya, membuat Andini kian salah tingkah dengan jantung berdebar di dadanya.
"Ta-tapi, bagaimana dengan Rio? Apa dia pulang malam ini?" Andini bertanya kaku, tatapan Adnan selalu saja berhasil membuat jantungnya tak karuan.
"Rio tidak pulang malam ini." Adnan menurunkan tubuh Andini di ranjangnya, setelah menutup dan mengunci kamarnya.
Andini hanya bisa pasrah, saat Adnan mendekatkan wajahnya ke arahnya, bahkan saat tubuh lelaki itu menindihnya dengan sesekali membelai leher dan kulitnya. Andini dibuat merinding dan berdebar, namun sangat menikmati permainan yang Adnan lakukan. Keduanya kembali menghabiskan malam lagi dan lagi, terutama saat Rio tidak ada di rumah seperti saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
selingkuh dengan teman suamiku (TAMAT)
Romance"A-apa kamu bilang? Kamu hamil? Tapi Rio bilang, kamu mandul kan? Itu lah kenapa kalian belum punya anak sampai sekarang, bahkan hal itu juga yang membuat Rio berpikir untuk menyelingkuhi kamu." Adnan. "Itu berarti ... ini anak kamu ...." Andini.