Part 14.

14.5K 262 12
                                    

Andini membuka matanya dengan sesekali mengerjapkannya, ia mengingat-ingat kejadian tadi malam, di mana ia dan Adnan melakukannya. Menyadari kebodohannya itu, yang Andini lakukan hanya menghela nafas panjang. Entah kenapa hatinya tidak merasa menyesal sekarang, padahal apa yang dilakukannya dengan Adnan adalah kesalahan fatal, ia sudah berselingkuh dengan sahabat dari suaminya itu dan bahkan melakukan hal yang tidak seharusnya mereka lakukan.

Sampai pada akhirnya Andini memikirkannya lagi, bila apa yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan, lalu bagaimana dengan yang Rio perbuat selama ini? Lelaki itu tidak hanya bercinta dengan jalang, dia juga berselingkuh dengan Sinta, sahabat baik Andini sendiri.

Mengingatnya saja membuat Andini muak, bukan karena ia masih mencintai Rio, ia hanya tidak suka dengan cara mereka mengkhianatinya. Terlebih lagi Sinta, wanita itu adalah sahabatnya, ia sudah lama berteman dengannya bahkan sejak mereka masi sama-sama sekolah di bangku SMA. Namun dengan mudahnya, sahabatnya itu menjalin kasih dengan suaminya, menghancurkan persahabatan yang sudah terbangun lama.

Merasa dibodohi, tentu saja. Andini bukanlah wanita kuat yang bisa menahan semuanya, ada kalanya ia juga menangis memikirkan sifat pengkhianat yang dimiliki orang-orang yang sangat disayanginya. Selalu saja ia berpikir, kenapa harus mereka yang mengkhianatinya? Memangnya apa kesalahannya, hingga pengkhianatan itu tercipta dan pada akhirnya ia juga yang terluka.

Andini membangunkan tubuhnya, yang sudah bertelanjang tanpa ada kain yang membalutnya. Matanya menatap ke arah Adnan dengan kondisi yang sama, lelaki itu hanya terbungkus selimut, sedangkan tubuh putihnya terekspos tepat di matanya.

Andini terus memerhatikan wajah Adnan yang tampak pulas, sampai saat mata lelaki itu mengerjap dan terbuka lebar. Di saat itu lah matanya membulat, lalu dengan cepat tubuhnya terbangun dan menatap ke arah Andini yang masih setia memerhatikannya.

"Astaga," keluh Adnan frustrasi.

"Aku pikir ... tadi malam cuma mimpi. Maafkan aku," ujar Adnan setelah sadar dengan apa yang sudah dilakukannya pada Andini, ia merasa sangat menyesal sudah kebablasan tadi malam.

"Tidak apa-apa." Andini menjawab seadanya, ekspresinya bahkan tampak biasa seolah sedang marah, membuat Adnan kian merasa bersalah.

"Aku benar-benar menyesal, tolong jangan membenciku!" Adnan merengkuh kedua tangan Andini, ia tidak mau wanita itu marah dengannya atau bahkan meragukan perasaanya.

"Satu hal yang harus kamu tahu, aku yang memulainya, bukan kamu." Andini menatap serius ke arah Adnan, membuat lelaki itu terdiam mengingatnya.

"Tapi tetap saja, aku yang mendekat lebih dulu kan?" Adnan menjawab bingung, ia sendiri tidak mengerti kenapa Andini bisa berkata seperti itu, meskipun Adnan tahu bila Andini lah yang menciumnya lebih dulu, namun tetap saja Adnan merasa dirinya seorang lelaki yang seharusnya ia bisa menjaga wanita itu sebelum sepenuhnya menjadi miliknya.

"Sudahlah, toh aku juga menikmatinya kan? Jadi tidak perlu ditanyakan siapa yang memulainya lebih dulu, kita sama-sama mau melakukannya." Andini memperjelas semuanya, membuat Adnan sedikit merasa lega.

"Kamu benar-benar tidak apa-apa? Tapi, kenapa kamu tampak ingin marah?"

"Tidak apa-apa, aku hanya ingat dengan apa yang sudah Rio dan Sinta lakukan di belakangku, hal itu sama dengan apa yang kita lakukan sekarang. Tapi, aku masih berpikir hal ini salah, lalu kenapa Rio tidak memikirkan hal yang sama? Jujur, aku kecewa, tapi bila dipikir lagi, sepertinya sekarang kami impas." Andini mengangguk mantap, yang bisa Adnan mengerti.

"Aku mengerti dengan perasaanmu, tapi yang kamu pikirkan itu memang benar. Apa yang sudah kita lakukan ini salah, jadi katakan saja apa yang membuat kamu bertahan dengan Rio? Dengan begitu, aku bisa berusaha membantumu bercerai, lalu kita akan menikah dan menjadi suami istri yang sah." Adnan berujar serius, namun tidak dengan Andini yang justru tersenyum kecut.

selingkuh dengan teman suamiku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang