L w/ V [8] : Maid

13.8K 624 7
                                    


Vella benar-benar dijadikan seorang pelayan sekarang oleh Lucas. Dengan baju maid yang terlihat menggemaskan itu semakin membuat Vella membenci dirinya sendiri.

Kenapa dirinya bisa terjebak dalam situasi seperti ini?!

Oh astaga Ia hanya berharap Tania tidak mengkhawatirkannya dan melupakannya saja kalau bisa. Vella tak ingin merepotkan wanita berhati baik itu lagi.

"Sampai kapan kau mengurungku di sini?" Tanya Vella pada Lucas yang sibuk menatap layar laptopnya. Ia ditugaskan pria itu untuk tetap selalu berada di sampingnya, berjaga-jaga jika Lucas tiba-tiba menginginkan sesuatu.

"Sampai aku bosan."

Vella memutar bola matanya, "Cepatlah bosan, aku bisa mati jika terlalu lama di sini."

"Kau tak punya hak untuk mengaturku." Lucas menaikkan satu alisnya, " Satu lagi, panggil aku dengan sebutan tuan mulai sekarang."

"Tuan? kau ingin aku memanggilmu tuan? yang benar saja."

"Sudah kubilang, selalu turuti perintahku."

"Memangnya kau sia—"

"Aku masih bisa menjualmu pada Rudolf." Potong Lucas segera membuat Vella terdiam. Sialan Ia benar-benar lupa jika pria ini mengetahui tentang itu.

Vella menahan amarah dalam dadanya, Ia menjawab pasrah, "Baik tuan..."

"Good."

***

Vella berjalan menuju dapur sembari membawa nampan berisi gelas kosong di tangannya.

"Hei, kau baru di sini?" Ucap salah satu wanita membuat Vella menoleh.

"Kau bicara padaku?" Vella menunjuk dirinya sendiri.

Wanita yang bernama Sandie itu berdecak lalu menatap tubuh Vella dari atas ke bawah. "Aku tak pernah melihatmu sebelumnya."

"Aku juga berharap kau tak pernah melihatku di sini."

"Siapa namamu?"

"Vella."

"Kau tak bertanya namaku?"

"Untuk apa?"

Sandie menatap kesal wanita ini, menjadi kacung baru saja berlagak sombong sekali!

"Tuan Lucas meminta kopi yang baru." Ucap Vella kemudian. Sandie menatap Vella sejenak lalu membuat kopi yang baru untuk tuannya. Tugasnya memang selalu membuat minuman seperti ini.

"Kenapa kau masih di sini?" Mata Sandie tak sengaja melirik Vella yang masih berdiri tegap di tempatnya.

"Menunggumu selesai membuat kopi."

"Tak perlu, aku akan mengantarnya langsung pada Tuan Lucas, Kau bisa pergi."

"Tapi aku yang ditugaskannya untuk mengantarkan minuman itu."

"Kau berani membantahku?"

Vella mengernyit, "Memangnya kau siapa hingga seseorang harus takut untuk membantahmu?"

Sandie menggeram, ingin rasanya Ia menyiram wajah Vella dengan air panas di tangannya. Membuat wajah mulus itu menjadi melepuh sepertinya ide yang sangat menarik.

"Kau itu baru di sini, tak usah banyak tingkah."

"Dari tadi aku hanya berdiri diam di sini, tak banyak bertingkah."

Love with VanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang