L w/ V [19] : Pikiran Nakal

18.1K 612 17
                                    


Pagi ini Vella bangun lebih awal. Wajahnya memerah saat membuka mata dan melihat kondisi tubuh telanjangnya berpelukan dengan Lucas yang juga sama sepertinya.

Vella malu, semalam dirinya sangat berbeda. Rasanya Vella seperti tersihir oleh Lucas.

Vella memutuskan untuk beranjak dan mengenakan pakaian dari kamar mandi setelah mencuci muka dan sikat gigi.

Wanita itu keluar dari kamar, meninggalkan Lucas yang masih terlelap tenang dalam tidurnya. Ia berjalan menuju dapur, melihat beberapa pelayan masih menyiapkan sarapan untuk mereka.

Vella tersenyum, sudah lama tangannya tak menyentuh dan bermain di dapur.

Setelah menggulung rambut panjangnya, Vella mendekati mereka. "Biar aku saja." Ucap Vella hendak meraih telur yang dikocok pelayan untuk membuat omelette.

"Tak usah, Nyonya. Biar kami saja. Tuan akan marah jika mengetahui ini."

"Kenapa dia harus marah?"

"Tugas kami memang untuk melayani tuan dan nyonya. Nyonya duduk saja, kami akan secepatnya membuat ini."

"Tidak, aku ingin membuatnya."

"Tidak perlu, Nyonya..." Para pelayan menatap khawatir saat Vella mengambil alih mangkuk berisi telur mentah tersebut.

"Nyonya..."

"Aku hanya ingin membuat sarapan, kalian tenang saja."

"Tapi..."

"Biarkan dia membuatnya. Kalian pergilah." Lucas tiba-tiba datang membuat semua orang di sana terkejut. Rasa takut sedikit dirasakan mereka. Vella pun sedikit kaget dengan kehadiran Lucas. Wajahnya sedikit memerah melihat Lucas yang terlihat seksi dengan rambut berantakan khas bangun tidur.

Tahan Vella, jangan biarkan otakmu kembali memikirkan kejadian semalam.

Meskipun begitu, semuanya tetap mematuhi ucapan Lucas dan pergi dari dapur. Meninggalkan sepasang suami istri tersebut berdua di sana.

"Apa kau sering memarahi mereka? Kenapa semuanya terlihat takut padamu?" Tanya Vella mulai menghidupkan kompor.

Pria itu menggedikkan bahunya dan duduk di meja pantry yang langsung menghadap ke dapur.

"Memangnya kau ingin mereka bersikap seperti apa padaku? Kurang ajar?"

"Bukan seperti itu, aku penasaran saja kenapa mereka setakut itu."

"Kau berkata seolah kau tidak takut saja padaku."

Vella mencibir, "Ya ya ya, kau memang menakutkan, Tuan."

Lucas tersenyum miring mendengar balasan Vella. Pria tu meraih apel di atas meja dan menggigitnya pelan sembari memperhatikan gerakan Vella yang begitu lincah.

"Kau bisa memasak di dapur yang tersedia di kamarku kalau ingin memasak, tak perlu pergi ke sini." Ucap Lucas tiba-tiba membuat Vella menoleh.

"Memangnya boleh?"

Lucas mengangguk, "Pakai saja, asal kau tidak membuat kamarku kebakaran."

"Sebenarnya untuk apa dapur itu dibuat? Kau tidak pernah menggunakannya."

"Itu bukan urusanmu."

Vella mendengus lalu menuangkan telur kocok tersebut ke atas teflon dan memasaknya.

Lucas kembali membayangkan kejadian panas mereka semalam, tepat kali kedua Ia merasakan tubuh itu lagi. Mereka melakukannya tanpa alkohol dan dalam keadaan sadar sepenuhnya.

Love with VanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang