***Vella bisa merasakan itu, tubuh Matthew menegang kala melihat sosok di depannya. Tak membutuhkan waktu yang lama, Vella dengan cepat membebaskan dirinya dan pergi menjauhi pria tua itu.
"Maaf mengganggu waktumu, Sir." Ucap Rafa dengan suara beratnya mampu membuat jantung Matthew berdegup kencang. Kenapa pria itu bisa ada di sini? Sial, Ia harus cepat menghubungi anak buahnya sekarang.
Belum sempat meraih ponsel yang berada di sakunya, Lucas sudah berjalan mendekati dirinya dengan gerakan pelan, bak seorang malaikat yang siap mencabut nyawa manusia.
"Selamat Malam, Mr. Lucas." Ucap Matthew sesopan mungkin.
"Ya." Jawab pria itu singkat.
"Mau apa kau? Aku tidak ada urusan denganmu." Ujar Matthew was-was namun masih tercetak senyum terpaksa di wajahnya.
Ia sangat mengenali pria di depannya ini. Musuh terbesar yang selalu ingin Ia kalahkan bagaimanapun caranya. Meski itu harus melalui cara yang licik sekalipun.
"Tidak ada urusan denganku? Ah bagaimana jika aku yang memiliki urusan denganmu?" Jawab Lucas tersenyum miring.
Senyum yang sering disebut orang sebagai senyum kematian.
Lucas menatap lapar mangsa di depannya. Sudah lama Ia mengincar pria tua ini. Sebenarnya Lucas bisa saja dengan mudah menghabisi Matthew kapanpun Ia mau, namun jika Ia bisa membuat Pria tua ini datang kepadanya tanpa perlu bersusah payah, untuk apa Ia menghabiskan tenaganya dengan mendatanginya duluan?
Sangat bukan tipikal pria itu.
Lucas tak pernah memulai duluan menghampiri musuh, Ia selalu menyusun strategi untuk membuat musuhnya mendekat dan menyerahkan diri kepadanya, seperti sekarang contohnya.
Tugasnya hanya perlu sedikit 'bermain' dengan para tikus yang sudah masuk ke dalam perangkapnya.
"Apa yang kau inginkan?" Tanya Matthew berusaha terlihat berani.
"Keinginanku? Sangat sederhana," Jawab Lucas sedikit mengantungkan ucapannya.
"Kematianmu." Lanjutnya dengan raut wajah yang sudah berubah dingin. Siapapun yang berada di sana sudah pasti bisa merasakan aura gelap yang terpancar dari pria itu.
Aura intimidasi yang sangat pekat.
Pria itu kini kalut membayangkan nyawanya yang menjadi taruhan. Ia benar-benar salah mencari musuh.
Vella hanya bisa terdiam di ujung ruangan melihat kedua pria di depannya. Dalam hati Ia bersyukur karena Lucas datang tepat waktu sebelum penampilannya semakin rusak karena pria tua itu.
Ia melihat langkah kaki pria itu perlahan semakin mendekati Matthew.
Mau apa dia?
"Kau siap, hm?" Gumam Lucas.
"Jangan macam-macam denganku!" Sergah Matthew menunjuk Lucas dengan jarinya.
Lucas menatap nya datar sembari mengangkat satu alisnya, "Berani juga kau menunjuk wajahku."
"Minggir! Aku ingin keluar!" Baru saja selangkah melewati tubuh Lucas, lengan Pria tua itu sudah di cekal hingga membuatnya berhenti.
"Tidak semudah itu."
"Sudah kubilang aku tidak memiliki urusan denganmu!" Bentak Matthew yang sudah habis kesabarannya. Sejujurnya Ia juga takut saat ini, tapi melihat sikap santai Lucas membuatnya kesal juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love with Vanity
Romansa[Mature Content 21+] "Tak akan kubiarkan siapapun menyentuhmu selain diriku." -Lucas Vella menatap secarik kertas yang ditemukannya di atas meja. Ia menghembuskan nafasnya pelan lalu berusaha bangkit menahan perih pada selangkangannya. Ya, Pria it...