"Apasih Mah, Levi masih 19 tahun," tolak Levita saat kedua orang tuanya berbicara tentang perjodohannya.
Mata Levi berputar-putar jengah. Tidak bisa diam saja ia kalau begini, lagi pula, ini bukan jaman dahulu yang masih lumrah jika di jodohkan.
"Levi, kamu itu anak kita satu-satunya," ujar Ayah Levita.
Levita tahu, kalau ia adalah anak tunggu. Ayahnya selalu saja menyuruh Levi agar belajar bisnis dan meneruskan perusahaan ayahnya yang sudah tidak muda lagi.
Tapi, Levi tidak mau, passionnya bukan di bidang bisnis, melainkan dalam bidang seni. Levi sangat senang menggambar atau tidak memotret. Cita-citanya, selalu ingin menjadi fotografer, tapi tidak di beri izin oleh orang tuanya.
"Harusnya, karena Levi anak satu-satunya, Levi itu di beri kebebasan buat milih calon suami Levi sendiri," ketus Levi.
Sang ibu mengelus tangan Levi lembut, sorot mata ibunya seolah berbicara, bahwa Levi harus menurut apa kata sang ayah.
"Levi, denger Ayah. Ayah bukan mau ngusir kamu, Ayah cuma mau kamu gak salah milih. Ayah gak mau kamu berleha -leha, jika kamu punya suami, setidaknya suami kamu nanti yang bakal ngurus perusahaan Papah," ujar Ayah Levita.
"Levi, umur Papah sama Mamah udah gak muda, kita berdua mau liat kamu bahagia, juga saat kita pergi nanti, bakal ada yang jagain kamu. Umur gak ada yang tahu, Lev. Papah mohon, ya. Papah yakin, orang ini bakal jadi yang terakhir buat kamu!" lanjut sang ayah.
Levita diam. Memang apa yang di fikirkan ayahnya itu benar, mereka tidak bakal asal-asalan memilih pendamping untuk anaknya, apalagi Levita, anak satu-satunya mereka.
Tapi, umur Levita masih sangat muda saat ini, masih 19 tahun. Apakah Levita bisa menjalani kehidupan rumah tangga yang memang tidak akan mudah?
"Gimana kalian aja," ketus Levita kemudian pergi ke dalam kamarnya.
Harusnya tidak ada yang harus mereka khawatirkan. Levita adalah seorang anak rumahan yang sangat jarang keluar bermain dengan teman-teman. Ia selalu diam di kamar untuk menonton idolanya.
Bahkan, seharian tidak keluar rumah dan tidak mandi pun, Levita sanggup melakukannya. Jadi tidak heran jika Levita masih menjomblo. Ruang lingkupnya saja hanya di kampus dan rumah.
• Levita Kayshila •
Banyak pasang mata yang menatap pria berkulit Tan yang tengah berjalan melewati kerumunan para gadis. Tidak hanya tatapan saja yang di tunjukkan pada pria itu, tapi sorak surai pun banyak di keluarkan oleh para gadis.
Menjadi seorang CEO yang sedang terkenal dan di gandrungi banyak wanita, membuat pria itu kesulitan untuk memiliki waktu sendirinya. Jika berpergian pun, sudah seperti selebriti saja banyak yang mengikuti.
Untung saja ia memiliki badan besar, jadi tidak akan mudah terombang-ambing oleh desakan itu. Dan untungnya, orang tuanya juga mengajarkan sopan santun dan sikap ramah pada semua orang, walau ia memiliki sifat yang dingin dan jutek.
Banyak orang di kantornya yang tidak suka akan sifatnya yang jutek. Tapi, semua itu tertutupi oleh wajahnya yang tampan dan gagah. Apalagi senyum kotaknya yang selalu membuat kaum hawa menjadi histeris.
Di dalam mobil, pria dengan nama lengkap Arsenio Arditya itu memegang tengkuk dan di regangkan. Kelamaan rapat dan melihat proyektor, membuatnya kelelahan ingin beristirahat. Tapi, ayah dan ibunya menyuruh untuk pulang ke rumah sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaut usia ✔️ (BUKU SUDAH DI TERBITKAN)
Teen FictionMenikah dengan seseorang yang berbeda usia bukanlah hal yang mudah. Apalagi, bagi seorang gadis berusia 19 tahun yang masih sering melibatkan orang tua dalam segala halnya. Levita Kayshila, gadis tomboy manja, anak satu satunya keluarga kaya raya, o...