Terpaut usia [16]

4K 345 2
                                    


"Eh, udah mau berangkat?" tanya Levita yang baru selesai mandi dan melihat Arsen sudah siap untuk berangkat.

Arsen mengangguk sambil sibuk membenarkan dasi.

Tangan Levita terulur untuk membantu Arsen merapikan dasi itu. "Tumben pagi banget?" tanya Levita lagi.

"Ada rapat pagi ini," jawab Arsen.

Arsen terlihat menahan nafas dan mengontrol agar detak jantungnya tidak terdengar oleh Levita.

"Selesai," kata Levita ketika dasi Arsen sudah rapi.

"Ya udah aku berangkat dulu, ya. Udah mau jam tujuh," pamit Arsen sangat terburu-buru.

Levita hanya mengiyakan dan mengikuti Arsen ke depan rumah. Memperhatikan pria itu dari masuk mobil hingga mobil itu tidak terlihat dari pandangannya.

Beberapa menit kemudian, Levita sadar, bahwa Arsen belum memakan apa pun. Karena ia juga sekarang kesiangan, jadi belum sempat memasak apapun.

"Ya udah, nanti gue bakal ke kantor Kak Arsen bawain makanan," celoteh Levita bersemangat.

Tapi sebelum ia pergi ke kantor Arsen, ia harus memasak dan menyiapkan bahannya terlebih dahulu. Untung saja Levita sudah mandi saat ini, jadi ia tinggal memasak saja, lalu pergi ke kantor Arsen.







*****





Sesampainya di kantor Arsen, Levita bingung apa yang harus ia lakukan. Dan ia lupa, kalau handphone yang sedang ia charger tidak ia bawa. Jadi Levi tidak bisa menghubungi Arsen saat ini.

Levita tersenyum saat melihat ruang resepsionis. Dan ia berniat untuk bertanya kepada resepsionis itu, dimana letak ruangan Arsen.

Tampilan Levita saat ini hanya menggunakan sweater oversize, jeans longgar dan sepatu Vans, tak lupa tas selempang yang selalu ia kenakan. Itu saja, pakaian yang sering ia gunakan.




*Visual*

*Visual*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Permisi," ucap Levita seramah mungkin.

Mungkin semua orang di kantor ini tidak tahu kalau Levita itu istrinya Arsen.

"Ada yang bisa di bantu?" tanya seorang resepsionis itu dengan sedikit tidak ramah.

Levita terkejut, kok bisa seorang resepsionis bersikap seperti ini, padahal kan resepsionis harusnya ramah.

"Mau tanya, kalau ruangan Pak Arsenio sebelah mana, ya?" tanya Levita.

Senyum Levita tidak luntur sama sekali. Ya, walau wanita itu tidak ramah padanya, Levita tidak ingin membalas tidak ramah juga.

"Ada perlu apa? Soalnya kami tidak bisa membolehkan sembarang orang masuk," ujar resepsionis.

Levita menghela nafas. Apa perlu ia memberi tahu kalau dia ini adalah istri Arsen?

Terpaut usia ✔️ (BUKU SUDAH DI TERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang