Baru saja Levita menginjakkan kakinya di depan kelas, ia sudah di kepung oleh Salsa dan Raya, yang mengajaknya duduk di kursi depan kelas, kemudian mereka malah menggosip karena Salsa membawa berita hangat.Levita hanya ikut menyimak, akhir-akhir ini ia tidak tertarik dengan pergosipan. Karena fikirannya terus terpenuhi oleh Arsen sekarang. Arsen yang sudah mulai bersikap lembut, dan tidak baik untuk keadaan jantungnya.
Saat sedang berkumpul seperti itu, datanglah Violet dengan wajah cemas menghampiri Levita, kemudian gadis itu langsung menangkup kedua pipi sahabatnya dengan penuh kekhawatiran.
"Lo gak papa, kan? Gak ada yang luka?" tanya Violet.
Levita dan kedua sahabatnya menatap Violet bingung, ada apa dengan salah satu sahabatnya ini, kenapa bersikap aneh?
"Hah? Apa sih," tukas Levi menepis tangan Violet karena merasa sesak kedua pipinya di tangkup seperti itu.
"Gue denger Lo berantem di kantor Om Arsen?" ungkap Violet.
Salsa dan Raya langsung menatap Levita, dan melihat ada beberapa luka cakaran di wajahnya. Tentu saja mereka terkejut, karena sedari tadi mereka ngobrol tidak tahu akan luka itu.
"Heh, kok tahu? Cenayang Lo?" kata Levita malah meledek Violet.
Violet memutar bola mata malas. Violet ini bukan tipe orang yang gampang khawatiran. Tapi karena ini adalah Levita, sahabatnya jadi ia sangat khawatir.
"Gue tahu dari Naufal, dia di kasih tahu sama suami lo."
"Kok bisa sih, sampai berantem?" tanya Salsa kepo.
Jadilah Levita menceritakan kronologis kenapa dia bisa berantem dengan salah satu karyawan di kantor Arsen.
Yang mendengar itu merasa kesal juga, karena bisa-bisanya karyawan itu merendahkan Levita tanpa tahu siapa Levita sebenarnya. Meskipun dengan pakaian yang sederhana dan masih muda.
"Gelo, kudu di rukiyah ku aing mah gera," celetuk Raya dengan logat Sundanya yang khas.
"Artinya apa?" tanya Levita.
"Lev, gue tanya, Lo gak papa, 'kan?"
Levita menghembuskan nafas, lalu memegang pundak Violet, dengan senyum manisnya.
"Gue gak papa, buktinya gue masih bisa ke kampus dan masih seger buger gini. Kalau gue kesini dengan kaki patah satu, mata hilang satu, tubuh gue tinggal setengah baru gue kenapa-kenapa," candanya.
Violet bernafas lega, karena sahabatnya itu tidak kenapa-kenapa. Dari kemarin ia tidak tenang, mau nelfon Levita, tapi ia sedang bersama Jingga.
"Sekarang giliran gue yang tanya, kok Lo bisa tahu dari Naufal? Chat-an, Lo?" tanya Levita penuh curiga.
"Gue sama dia gak sengaja ketemu, terus dia ngajak gue keluar, ya udah lah, lagian Jingga sibuk sama kuliahnya," ketus Violet.
Levita hanya mengangguk, sementara Salsa dan Raya hanya diam tidak mengerti siapa yang mereka berdua bicarakan.
Ke empatnya masuk ke dalam kelas karena kelas akan segera di mulai. Salsa Raya dan Violet sibuk menyusun rencana untuk siang nanti, dimana mereka akan makan siang. Sementara Levita, gadis itu hanya menyimak.
Di karenakan, ia sudah ada janji dengan Arsen, akan makan bersama di kantor Arsen. Mangkannya, Levita hanya memilih menu di aplikasi online, sebelum ia memesannya.
"Lo yakin gak mau ikut? Biasanya paling semangat ngajak kita makan siang di luar," celetuk Salsa.
Levita mengulum senyum. Padahal mereka sudah tahu alasannya.
"Udah, dia mau nyenengin suami," timpal Violet terkekeh.
"Ya kali-kali, kan, mungpung Kak Arsen gak sibuk," ujar Levita.
"Lu udah mulai suka sama si Om?" tanya Salsa.
Levita diam. Jika di tanya seperti itu, ia selalu bingung ingin menjawab apa. Jika menjawab iya, belum sepenuhnya ia menyukai Arsen. Tapi jika di jawab tidak, ia sudah mulai menyukai pria itu.
"Gak tahu, gue bingung sama perasaan gue sendiri," ungkap Levita.
Ketiga sahabatnya menatap Levita lembut. Mereka paham, Levita bukan orang yang mudah jatuh cinta. Levita bahkan tidak tahu bagaimana rasanya jatuh cinta, mungkin ia belum merasakan itu.
"Kalau lu udah ngerasain gak mau jauh dari Arsen, gak mau ada cewek lain Deket sama Arsen, bete kalau Arsen gak ngasih kabar, selalu pengen denger suara Arsen, itu tandanya Lo udah mulai suka sama dia," jelas Violet.
"Emang Lo ke Jingga, gitu?" tanya Levita balik.
Violet menghela nafas, kemudian tersenyum tanpa jawaban.
Levita bisa di bilang sudah mulai menyukai Arsen. Siapa yang tidak suka jika pria itu akhir-akhir ini bersikap manis, selalu perhatian, juga Levita tidak memungkiri, bahwa pria itu sangat tampan.
*****
"Ngapain di sini?" tanya seseorang yang ada di depan Levita.
Tentu saja gadis itu terkejut, karena mendapati adik iparnya ada di wilayah kampusnya.
"Harusnya gue yang nanya Lo, Suripno! Ngapain Lo di sini?" timpal Levita.
Pria itu celingak-celinguk seolah mencari seseorang.
"Nunggu temen," jawab Naufal.
"Temen Lo, siapa? Emang punya temen di kampus ini?" tanya Levita yang sangat kepo.
Baru saja Naufal ingin menghadiahi Levita dengan beberapa perkataannya, tapi sebuah mobil mewah berhenti di hadapan mereka.
"Heh, ngapain Lo di sini!" protes Arsen keluar dari mobil, ketika melihat adiknya.
Naufal terkekeh. "Nunggu temen Bang, jangan sampe nanya siapa temen gue di sini ya. Emang istri sama suami sama aja, keponya," gumam Naufal tapi masih terdengar.
Arsen menjitak kepala Naufal pelan, kemudian mengajak Levita untuk segera pergi, meninggalkan Naufal yang dengan semangat mengiring kepergian mereka dengan lambaian tangan.
Mobil mewah milik Arsen pun melaju dengan sedang, sementara Naufal masih setia menunggu seseorang di depan kampusnya. Gadis itu terlihat saat ini, tapi... Ada seorang pria di sampingnya.
Naufal mengerutkan kening, karena wajah gadis itu tampak memerah dan matanya sembab, rambut gadis itu berantakan.
Area kampus lumayan sepi, mengingat sekarang jam makan siang.
"Kak plis, aku cape," lirih gadis itu terdengar jelas di telinga Naufal.
"Apa, kenapa? Kamu mau nyerah? Kamu mau hidup susah? Kamu mau di benci sama Ayah kamu karena ninggalin aku? Kamu ingat, kamu itu di jual sama aku. Jadi, apa pun yang aku mau harus kamu turuti!" pekik pria itu menyeret si gadis ke dalam mobil dengan paksa.
Terdengar ringisan dan penolakan dari si gadis, tapi tidak ada yang menolongnya, termasuk Naufal. Pria itu menatap sendu ke arah mobil, tidak menyangka, gadis yang menarik perhatiannya itu mengalami kehidupan yang rumit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaut usia ✔️ (BUKU SUDAH DI TERBITKAN)
Teen FictionMenikah dengan seseorang yang berbeda usia bukanlah hal yang mudah. Apalagi, bagi seorang gadis berusia 19 tahun yang masih sering melibatkan orang tua dalam segala halnya. Levita Kayshila, gadis tomboy manja, anak satu satunya keluarga kaya raya, o...