Arsen sudah siap dengan semuanya, ia tinggal menunggu Levita yang masih berdandan sedari tadi. Ya Arsen tidak mengelak sih, jika wanita ingin keluar pasti akan berdandan lama seperti ini. Tapi, ini Levita, tidak biasanya gadis itu lama berdandan seperti ini.
"Lev, udah belum? Lama banget sih," protes Arsen yang enggan masuk ke dalam kamar.
'Cklek'
Akhirnya pintu kamar terbuka, memperlihatkan Levita dengan mini dress yang dipilihkan Arsen kemarin. Dengan dandanan yang natural tapi tampak mewah, membuat Arsen tidak berkedip.
"Kenapa sih? Jelek, ya?" tanya Levita tidak percaya diri.
Bukannya apa-apa, ia jarang sekali mengenakan make upnya. Keluar rumah pun ia hanya menggunakan make up seadanya saja.
"Enggak kok, udah kamu cantik. Ayo, katanya mau jemput Violet dulu," ujar Arsen mendahului Levita.
Ya begitulah Arsenio. Jika ia salah tingkah, ia lebih memilih untuk pergi dan mengalihkan pembicaraan.
Levita yang tidak peka akan situasi, mengangkat bahu acuh, lalu mengikuti Arsen, tak lupa mengunci rumah terlebih dahulu.
Sesuai yang di janjikan tadi siang, Levita dan Arsenio menjemput Violet terlebih dahulu. Walau rumah Violet berlawanan arah dengan rumah Naufal.
"Kak, aku nanti boleh minta album, BTS?" tanya Levita ragu-ragu.
Entah kenapa, Levita selalu enggan jika ingin meminta uang pada arsen. Padahal, pria itu sudah berkata, kalau Levita membutuhkan sesuatu, beri tahu saja dia. Tapi Levita masih malu-malu.
"Lah, tumben banget," ucap Arsen.
Bingung juga dia, karena Levita biasanya mengirit dan selalu mementingkan yang lain dari pada hal seperti itu.
"Ya pokonya mau aja, boleh gak?" tanya Levita ketus.
Arsen mengangguk. "Pesen aja, nanti aku yang bayar," ucap Arsen enteng.
Akhirnya Levita bisa bernafas lega. Gara-gara janji dia pada Violet sih, jadinya ia harus meminta pada Arsen. Padahal Arsen sudah membelikan pakaian yang mahal kemarin.
"Ini rumahnya?" tanya Arsen ketika sampai di alamat yang di arahkan Levita.
Levi mengangguk, kemudian menelepon Violet agar keluar dan segera berangkat, mengingat sebentar lagi acara di mulai.
Violet muncul dan langsung masuk di kursi belakang, tak lupa menyapa Arsen dan Levita.
"Makasih Om, udah mau jemput, hehe," kekeh Violet.
Arsen hanya mengangguk dan menatap Violet sekilas dari kaca mobil.
Dala pikiran Arsen, Levita dan sahabatnya itu sebelas dua belas, sering memanggilnya Om. Dari pakaiannya saja, mereka sepertinya memiliki selera yang sama. Hanya hari ini saja yang berbeda.
"Gini dong, kalian tuh cewek, pakaiannya anggun gini napa," protes Arsen.
"Kakak juga, pakaiannya gini, kaya ABG. Kan enak di lihatnya, biar kesannya aku gak jalan sama Papah," ledek Levita di iringi tawa Violet.
"Emang bener-bener ya lu berdua."
Arsen tak banyak bicara, ia hanya mendengarkan kedua sahabat itu berbincang. Tidak berbincang menggosip lebih tepatnya.
Setelah sampai, Levita, Arsen dan Violet turun secara berbarengan, lalu masuk ke dalam rumah dan menuju taman belakang, memang di taman belakang di adakannya party itu.
Sudah banyak orang di sana. Memang di dominasi oleh teman-teman kampus Naufal, tapi ada juga beberapa teman dan kerabat dari Arsen.
Violet yang merasa ia salah tempat dan tidak seharusnya datang pun merengek minta pulang pada Levita.
"Lev, mau pulang, gue malu," bisik Violet.
Mereka berdiri berdampingan, sementara Arsen sudah menghilang entah kemana.
"Ya ampun Vio, kita baru datang loh, acaranya belum mulai. Lagi pula nih, banyak cogan di sini, bisa cuci mata. Lagian Lo pake baju, kenapa juga malu" ujar Levita.
"Tapi gue gak di undang," ucap Violet.
"Kan lu datang sama gue anjir, kenapa sih. Yuk, temenin ketemu Bunda dulu." Tangan Violet di tarik lembut oleh Levita yang menjumpai mama mertuanya.
Mereka berdua berbincang-bincang, melupakan Violet yang hanya di sapa oleh Bunda Arsen sebentar. Violet merasa bosan saat ini, dan ia lupa, bahwa kado yang di berikan oleh Levita kemarin tertinggal di dalam mobil Arsen.
"Lev, kadonya ketinggalan di mobil Om Arsen," bisik Violet.
Levita mengalihkan wajahnya pada Violet, kemudian menyuruh Violet mencari Arsen dan meminta kunci mobil. Sementara Levita, ia sibuk mengobrol dengan ibu mertuanya.
Violet menghela nafas panjang, ini yang tidak ia harapkan, sendiri di keramaian seperti ini. Ia berjalan dengan mata yang menerawang semua tempat, mencari keberadaan Arsen.
Saat ia melihat Arsen dan akan berjalan menuju Arsen, seseorang menabraknya.
"Maaf," ucap Violet membungkuk.
Pria yang sudah jatuh itu bangkit dan menghela nafas. Tapi saat ingin memarahi Violet pria itu malah diam.
"Ma-maaf, gak sengaja, ada yang sakit? Ada yang luka? Maaf banget," ucap Violet yang tidak berani melihat wajah pria itu.
"Hai, ketemu lagi," cerca pria yang Violet tabrak.
Barulah Violet berani melihat wajah si pria, walau sempat bingung, siapa pria ini.
"Vio, gue cariin. Udah bawa kad- lah Fal, ngapain?" tanya Levita melihat keberadaan Naufal.
"Temen Lo? Dia tadi gak sengaja nabrak gue," jawab Naufal dengan tatapan yang tak lepas dari wajah Violet.
"Iya, kenalin. Namanya Violet, Vio, dia Naufal yang ulang tahun sekarang, adiknya Kak Arsen," jelas Levita memperkenalkan keduanya.
Violet memberi senyum pada Naufal. "Maaf ya." Itu yang keluar dari mulut Violet.
Di angguki oleh Naufal, lalu pria itu pergi karena di panggil oleh sang Kakak dan acara pun di mulai.
Acaranya tidak terlalu mewah, namun bisa membuat kesan yang mendalam bagi Naufal di usianya yang ke 21 tahun ini.
Banyak teman-teman yang menghadiri party Naufal, dan pria itu terlihat sibuk untuk menyapa satu per satu temannya, sehingga melupakan gadis yang sudah mencuri perhatiannya beberpa Minggu yang lalu.
Levita baru saja menghampiri Arsenio yang baru saja selesai menerima telepon. Wajah Arsenio berseri, membuat Levita bertanya-tanya.
"Ada apa?" tanya Levita.
"Lev, kamu inget waktu aku bilang ada salah satu perusahaan yang batalin kontrak?" tanya Arsen.
Di angguki oleh Levita, karena ia masih mengingat itu. "Kenapa? Mau kerja sama lagi? Kontrak yang bakal untung besar itu, 'kan?" tanya Levita balik.
"Iya. Tapi bukan mau kerja sama lagi. Ada perusahaan yang gak kalah besar, mau kerja sama, sama perusahaan kita. Dan kamu tahu, kalau kita berhasil, perusahaan kita bakal untung dan terkenal di luar nergi juga!" ujar Arsenio semangat.
Tentu saja Levita ikut bahagia mendengar itu. Kesuksesan Arsen adalah kebahagiaannya juga.
"Ya udah Kak, ambil aja!"
"Tapi, CEO dari perusahaan itu mau aku ketemu sama dia sekarang," ujar Arsen.
"Ya gak papa, bilang aja Naufal sama Ayah Bunda sejujurnya, mereka bakal ngerti kok," titah Levita dengan senyum teduh.
"Nanti kamu pulang gimana?"
"Gak usah khawatirin aku, Kak. Kan ada Naufal, nanti aku suruh Naufal buat anterin aku sama Violet. Ah iya, Violet mana?" tanyanya celingukan mencari sahabatnya.
"Ah iya, dia bawa kado di mobil. Ya udah, aku kasih tahu Ayah Bunda sama Naufal dulu, ya," pamit Arsen di ikuti oleh Levita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaut usia ✔️ (BUKU SUDAH DI TERBITKAN)
Ficção AdolescenteMenikah dengan seseorang yang berbeda usia bukanlah hal yang mudah. Apalagi, bagi seorang gadis berusia 19 tahun yang masih sering melibatkan orang tua dalam segala halnya. Levita Kayshila, gadis tomboy manja, anak satu satunya keluarga kaya raya, o...