"Naufal ketemu siapa itu?" tanya Arsen yang sangat ingin tahu, siapa teman adiknya itu.
Yang setahunya, teman Naufal tidak ada yang berasal dari kampus itu.
"Kayanya ketemu Violet, deh," jawab Levi yang sok-sokan nebak, padahal ia juga tidak tahu pasti.
Arsen melihat Levi sekilas, kemudian fokus kembali pada jalan.
"Violet? Mereka Deket?" tanya Arsen.
"Gak tahu juga sih, asal aja aku mah," kekeh Levi.
Kekehan Levi di ikuti oleh Arsen, tak lupa pria itu mengacak rambut Levi pelan, dengan tawa kecil yang membuat jantung Levi yang berantakan.
Bisa-bisanya perlakuan kecil seperti itu saja bisa membuat Levi seperti ini.
"Udah pesen, kan, makanannya? Kata aku juga aku yang belinya, malah gak boleh," kata Arsen.
"Kan kamu abis rapat, capek. Lagian aku cuma pesen doang, bayarnya sama kamu juga," tutur Levita.
"Ya udah iya, udah mulai pengertian ya, istri aku ini," ucap Arsen singkat.
Singkat, tapi bisa membuat Levi diam tanpa kata. Mendengar kata istriku dari mulut Arsen yang ke berapa kali, membuat Levi tidak berdaya lagi.
Arsen melirik Levi sekilas, kemudian meraih jari jemari Levi, menggenggamnya.
"Bolehkan, aku pegang kaya gini?" tanya Arsen.
Kenapa pula Arsen ini harus bertanya, sementara ia sudah melakukan itu? Itu membuat Levita tersipu malu, sesekali membuang wajahnya ke arah jendela, untuk menutupi kemerahan di pipinya.
'cup'
Bibir kenyal Arsen mendarat tepat di punggung tangan Levita, di iringi tatapan dalam yang di berikan pria kepala tiga itu.
"Jangan lepas, ya! Aku udah nyaman kaya gini," kata Arsen.
Di angguki oleh Levita, walau di angguki dengan sangat lemas, karena ia tidak sanggup lagi.
Apakah benar apa kata sahabatnya, kalau dirinya sudah mulai menyukai Arsen? Perlakuan seperti ini saja ia tidak bisa mengontrol detak jantungnya.
"Kak," panggil Levita pelan.
Arsen hanya memalingkan wajah dan berdehem.
"Mau pipis," gumam Levita yang masih terdengar Arsen.
Pria itu melototkan matanya, tidak menyangka gadis itu akan kebelet pipis karena perlakuan manisnya tadi.
"Masih bisa di tahan? Bentar lagi sampe," ucap Arsen yang melajukan mobilnya dengan agak cepat.
Levi yang sudah tidak tahan lagi langsung berlari masuk ke dalam kafe Adul, mendahului Arsen yang tertawa melihat tingkah istrinya itu.
Arsen mengikuti Levi ke dalam kafe Adul. Kenapa memilih kafe Adul, tidak ke kantornya langsung? Karena kafe Adul yang lebih cepat sampai ke kamar mandi.
"Istri Lo, kenapa?" tanya Adul terheran-heran.
"Kebelet pipis dia. Di perlakukan manis sama gue malah kebelet," keluh Arsen.
Sahabatnya itu malah tertawa kencang, karena merasa lucu dengan hubungan sahabatnya ini.
"Ah, akhirnya," ucap Levita menghampiri Adul dan Arsen.
"Ngeluarin berapa ember Lu Lev, lama banget di dalam kamar mandinya," ledek Adul.
Adul dan Levita memang sudah dekat. Yang tadinya Levi hanya dekat dengan Sena, kini ia sudah akrab dengan yang lainnya, termasuk Adul yang selalu mengajaknya bercanda.
"Ngeluarin anak konda, gue bang," balas Levita tertawa.
"Udah beres, yok!" ajak Arsen.
"Mau kemana sih, buru-buru banget," kata Adul kepo.
"Mau melakukan kegiatan wajib," jawab Arsen dengan alis yang di angkat satu.
Levita malah bingung dengan jawaban Arsen, tapi gadis itu enggan bertanya karena Arsen sudah menggandengnya untuk keluar.
"Mau ngapain Lo pada heh! Jangan bikin gue penasaran terus labrak Lo sama temen-teman lainnya ya, awas aja Lo Arsenio!" pekik Adul yang tidak di tanggapi oleh Arsen.
Setelah kejadian Jambak-jambakan Levi dengan resepsionis itu, sekarang Levi masuk ke dalam kantor Arsen saja semua langsung pada tunduk, tersenyum dan ramah.
Termasuk resepsionis itu, yang tadinya ingin di keluarkan oleh Arsen, tapi Levita tidak mengijinkannya, karena Levita tahu kalau orang itu butuh perkerjaan. Levita hanya memberi saran, kalau bekerja harus ramah kepada semua orang, apalagi sampai memandang fisik dan berpakaian.
Tapi, kehadiran Levita tidak membuat para wanita itu diam, tetap saja mereka bersikap genit pada Arsen. Karena, Arsen sangat menggoda dan tampan setiap hari, wajar saja banyak yang tertarik.
Sampai di dalam lift, Levita melonggarkan genggama Arsen, dengan alasan membenarkan rambutnya.
"Terkenal banget kamu ya, Kak. Dari luar sampe depan lift tadi banyak banget yang main mata, nyapa genit, senyum menggoda, tatapan lembut," tutur Levita menjelaskan sikap para wanita tadi.
Arsen terkekeh. Baru kali ini ia melihat Levita protes tentang para wanita yang genit padanya.
"Kenapa, cemburu?" tanya Arsen.
Levita mendecih. "Apaan, cemburu mah gak level, kaya anak ABG aja," decih Levita.
"Emangnya kamu udah emak-emak apa? Inget, umur kita beda hampir 11 tahun, Levita!" ingat Arsen.
"Eh iya, aku kan masih ABG, kamu aja yang udah tua. Hahah," tawa Levita menggelegar.
Pintu lift terbuka, kebetulan yang sangat mengejutkan kedua belah pihak, di depan pintu lift sudah ada Naura dengan pakaian elegannya seperti biasa.
Arsen menarik tangan Levita lalu menggenggamnya kembali, melewati Naura begitu saja, membuat si wanita itu meremas tangannya sangat keras.
"Kak Naura cantik banget, pakaiannya pasti mahal itu, bermerek gitu. Body nya bagus banget lagi," gumam Levita sambil melirik ujung sepatunya.
"Kenapa? Kamu mau baju kaya dia? Mau berapa? Aku beliin, yang lebih mahal dari dia aja sekalian," ujar Arsen sambil membuka pintu.
Levita terkekeh dan mengikuti Arsen dari belakang.
"Kak, kamu tahu, kan, aku gak suka pake baju kurang bahan kaya gitu, masuk angin nanti. Mending Hoodie oversize, jeans oversize sama sepatu Vans. Udah," gumam Levita.
"Iya, udah gitu aja kamu udah cantik, gimana kalau pake kaya Naura, gak sanggup aku," tutur Arsen yang menyiapkan makanan yang tadi ia bawa di resepsionis.
Makanan sudah siap, waktunya mereka menyantapnya. Tapi saat ingin makan, pintu ruangan tiba-tiba terbuka dengan lebar, dan masuk lah mahluk-mahluk tanpa di undang merusak acara makan siang Levita dan Arsen.
"Ngapain Lo semua kesini?" tanya Arsen.
Ada Adul, Sena, sandi dan Renaldi yang datang. Tentu saja itu ulah Adul yang seperti di katakan tadi, bahwa ia akan mengganggu kegiatan Arsen dan Levita. Ya walau itu hanya makan siang, dan berakhirlah mereka yang makan siang bersama.
Levita dan Arsen tidak canggung lagi menunjukkan kemesraan di depan sahabatnya Arsen. Walau mereka tahu kalau Arsen dan Levi hanya nikah kontrak, tapi mereka yakin, kalau Arsen dan Levi akan saling mencintai.
Karena rata-rata yang menikah tanpa rasa cinta seperti itu akan tumbuh rasa cinta sendiri, dan akan bertahan lama.
Di mulai dari Arsen yang menyuapi Levi, di balas juga oleh Levi, jadilah mereka bersuapan, membuat sahabat Arsen iri, apalagi Sena, yang menyimpan rasa pada Levita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaut usia ✔️ (BUKU SUDAH DI TERBITKAN)
Novela JuvenilMenikah dengan seseorang yang berbeda usia bukanlah hal yang mudah. Apalagi, bagi seorang gadis berusia 19 tahun yang masih sering melibatkan orang tua dalam segala halnya. Levita Kayshila, gadis tomboy manja, anak satu satunya keluarga kaya raya, o...