Satu tahun berlalu, jika Arsen dan Levita tidak saling mencintai, pernikahan mereka akan berakhir hari ini. Tapi karena mereka sudah saling jatuh cinta dan menghapus kontrak itu, mereka hanya merayakan anniversary pernikahan saja, tidak adanya perceraian.
Arsen dan Levita tengah duduk berdua di halaman belakang di pinggir kolam renang, dengan kaki yang masuk ke dalam kolam. Kepala Levita tersandar di bahu Arsen, tak lupa tangan Levi menggandeng lengan Arsen.
"Kak, kalau aja kamu gak bikin aku jatuh cinta, mungkin aku udah angkat koper," celetuk Levi.
"Lah, ngapain ngangkat koper, emang gak berat? Eh, angkat galon aja kuat, ya," ledek Arsen.
"Ih, maksud aku tuh aku udah pergi dari rumah ini, karena kontrak kita udah habis. Kalau di pikir-pikir, kenapa harus pake kontrak? Kaya kerjaan aja," keluh Levita.
Arsen hanya mengangkat kedua bahu, lalu menyandarkan kepalanya di kepala Levita.
"Beruntung banget Ayah sama Bunda jodohin aku sama kamu, kalau enggak, mungkin aku gak tahu bisa sebahagia ini atau enggak," ujar Arsen.
"Aku juga. Mungkin aku masih rebahan sambil bucin suami 3d aku, sama suami aku yang di Thailand," timpal Levita.
"Untung aja suami yang asli ini gak kalah tampan sama suami khayalan kamu, ya."
Levita mendecih, lalu bangkit dan pergi ke dalam rumah, untuk membuat beberapa cemilan di dapur. Ia kira Arsen akan pergi ke ruang kerja atau tidak menonton TV dan bersantai.
Tapi nyatanya, pria itu malah mengikuti Levita ke dapur, dan memeluk Levita dari belakang, mengendus leher Levita menghirup aroma sabun yang di gunakan Levita.
"Kak ih," geli Levita.
Akhir-akhir ini, Arsen sering manja-manja dan meminta hal aneh pada Levita. Sejak dua bulan lalu. Dimana mereka tahu, kalau Levita tengah mengandung.
Ya, Levita hamil saat ini, tentu saja perbuatan dari Arsen. Tapi, biasanya ketika istri hamil, istri juga yang akan manja dan ngidam, tapi mereka berbalik, malah Arsen yang manja dan selalu ingin ini itu.
Beberapa hari lalu saja, Arsen meminta Sandi untuk membelikannya pisang aroma tapi mau di baluri sama saos sambal rujak. Aneh bukan? Levita saja sampai bingung dengan suaminya itu.
Tangan Arsen beralih mengelus perut Levita yang masih datar. "Sayang, kok gak gerak sih!" panik Arsen.
"Dia belum berbentuk, lagian baru juga 3 bulan, ya mana kerasa apa-apa lah, kalau udah 6 atau 7 bulan ke atas baru kerasa," pekik Levita.
Arsen nyengir, tidak sabar menyambut sang buah hati, yang ia tunggu-tunggu. Levita bergegas pergi ke kulkas unutk membawa beberapa minuman, tapi tangan Arsen tidak mau lepas dari pinggang nya.
"Sayang... Lepasin dulu, aku mau bawa minum, gak bisa gerak," protes Levita.
"Enggak, mau ikut kamu," rengek Arsen.
Levita menghela nafas, kemudian membalikkan tubuhnya agar berhadapan dengan Arsen.
'cup'
Levita mencium kilas bibir Arsen, agar pria itu melepaskan tangannya. "Ah..." rengek Arsen seperti anak kecil.
"Ya Allah kak Arsen, aku bawa minum dulu, gak bakal ninggalin kamu ke Hongkong kali," tutur Levita tertawa.
Ya begitulah kelakuan ia akhir-akhir ini, tidak ingin di tinggal sedikit pun oleh Levita. Bahkan, jika ia pergi ke kantor, beberapa saat kemudian ia menelepon kembali Levita dan merengek bilang kangen.
Levita duduk di sofa panjang depan TV, rencananya ingin menonton film yang sudah ia incar dari beberapa Minggu yang lalu, tapi belum sempat nonton karena tidak ada waktu.
Baru saja ingin melonjorkan kakinya, Arsen malah menyerobot duduk dan tiduran di pahanya, kemudian memeluk tengan Levita.
"Ututu, bayi besarku," ledek Levita.
"Udah di bilang aku gak mau jauh dari kamu," rengek Arsen lagi.
"Kak, aku yang hamil kenapa kamu yang manja gini sih, kan jadi gemess... Kamu kaya bayi umur 3 tahun gak mau di tinggal ibunya," canda Levita.
Arsen tidak menanggapi perkataan Levita, ia malah nyaman dengan usapan tangan Levita di bagian kepalanya. Itu adalah hal terfavorit Arsen saat ini.
*****
"Gila Kakak aku," protes Naufal yang tengah berada di kafe bersama Violet.
Mereka sudah menjalin hubungan saat ini. Dan bersyukur, Violet bisa benar-benar bahagia bersama Naufal. Tidak adanya kata kekerasan dan paksaan.
"Kenapa? Ngidam lagi dia? Aneh banget sih, Levi yang hamil kenapa dia yang ngidam," bingung Violet.
"Itu tandanya Kak Arsen emang bener sayang sama Levita," jawab Naufal.
Violet terkekeh, mana ada spekulasi seperti itu. "Emang dia mau apa lagi, sih?"
"Tadi Levi telepon, kalau Kakak manja banget, gak mau lepas dari Levi, Levi bawa air aja ke dapur dia pengen ngintilin Levi, aneh kan," cakap Naufal.
"Ya syukur deh, Kak Arsen udah bucin mendarah daging sekarang. Aku takut waktu denger Levi di jodohin, takut dia senasib kaya aku. Tapi nyatanya, takdir Levi lebih indah dari pada aku," lirih Violet.
Langsung saja kekasihnya itu menggenggam tangan Violet, berusaha menenangkan nya.
"Gak usah ngomong gitu. Aku udah janji sama diri sendiri, bakal terus bahagiain kamu. Kita buktikan pada orang tua kamu, kalau kamu tanpa bantuan si berengsek Jingga juga bisa hidup. Emangnya si berengsek itu persiden apa, harus nurut apa yang dia perintah, stress tu orang," emosi Naufal.
Violet tertawa. Karena kekasihnya itu, selalu saja tersulut emosi ketika ia menyebutkan atau sekedar membahas masa lalunya dengan Jingga. Di banding dengan Jingga, masa-masa pacarannya lebih indah dengan Naufal, walau baru terjalin beberapa bulan.
"Aku udah gak sabar pengen nyusul Bang Arsen sama Levi," celetuk Naufal.
"Nyusul kemana? Emang mereka mau liburan?" tanya Violet bingung.
"Ke pelaminan," bisik Naufal mendekatkan wajahnya pada Violet.
Naufal beberapa bulan lagi akan melangsungkan sidang skripsi, dan wisuda. Setelah itu, ia akan mencari kerja sesuai harapannya. Bisa saja bukan, kalau ia bekerja di tempat Arsen, atau perusahaan ayahnya, tapi Naufal tidak mau.
Tidka mau mendapat julukan masuk karena orang dalam. Ia ingin membuktikan, kalau ia bisa bekerja dengan kemampuannya sendiri. Tentu saja dengan dukungan dari Violet. Menyelesaikan skripsi pun, di bantu oleh Violet yang siap menemaninya kemanapun ia harus meneliti.
Ya itulah yang di namakan sepasang kekasih, harus saling melengkapi dan saling mencintai.
Karena HP nya berbunyi, Violet langsung cek dan terkejut dengan yang ia baca barusan.
Naufal menyeritkan dahi. "Kenapa?"
"Kak Arsen nyuruh aku dandan kaya oli London," seru Violet.
"Oli London? Siapa?"
"Kembaran kasat matanya Jimin BTS," ujar Violet mengeluh.
"Terus mau?"
"Enggak lah, masa ia aku harus dandan kaya gitu sih. Mending nolak aja, gak ada pilihan lain apa, dandan kaya Sowon Gfriend kek, Irene red Velvet kek, atau apa kek. Kenapa oli London," protes Violet dengan bibir yang memonyong.
Membuat Naufal gemas dan menyubit pipi Violet.
"Emang ya, pasutri itu emang aneh. Beda 11 tahun, tapi suaminya kaya umur 3 tahun," cicit Naufal terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaut usia ✔️ (BUKU SUDAH DI TERBITKAN)
Teen FictionMenikah dengan seseorang yang berbeda usia bukanlah hal yang mudah. Apalagi, bagi seorang gadis berusia 19 tahun yang masih sering melibatkan orang tua dalam segala halnya. Levita Kayshila, gadis tomboy manja, anak satu satunya keluarga kaya raya, o...