Terpaut usia [02]

6.3K 397 2
                                    

Tiga hari yang lalu, Arsenio dan Levita resmi menjadi sepasang suami istri. Setelah resmi, mereka berdua tentu saja tinggal satu rumah, yaitu di rumah Arsen.

Satu hari setelah menikah keduanya kembali kesibukan masing-masing. Arsen yang kembali bekerja, sementara Levita yang kembali berkuliah. Tidak ada yang tahu akan pernikahan ini, hanya para kerabat dekat dan keluarga mereka saja.

Bahkan, sahabat dekat Levita saja, Violet tidak mengetahuinya. Tapi nanti juga Levita akan memberi tahu itu. Sebelum pergi ke kampus, Levita tentu saja menyiapkan makanan untuknya dan Arsen. Sudah dua hari ini ia masak, dan di akui oleh Arsen itu enak.

"Nih," kata Arsen menyodorkan sebuah map coklat.

Mata Levita melotot. "Wih... Apa nih, harta warisan?" celetuknya dengan mulut yang masih penuh dengan nasi.

"Harta warisan cangkemmu. Itu kontrak pernikahan kita." Map itu di raih oleh Levita, lalu menyimpannya sebentar.

"Udah kek rumah aja deh pake kontrak-kontrakan," ketus Levita.

Karena map-nya di simpan, tentu saja Arsenio merengutkan keningnya bingung. Tahu Arsenio kebingungan, Levita langsung nyeletuk dan menepuk kursi di sampingnya agar pria itu duduk.

"Duduk dulu, nanti pas udah makan di buka. Aku itu lapar, masa iya mau makan ni map," cerocos Levita yang masih mengunyah.

Arsen hanya pasrah dan ikut menyantap makanan buatan Levita. Bisa Arsen akui, masakan istrinya itu lumayan enak, walau belum seenak masakan bundanya. Tapi setidaknya, di usianya yang masih muda, Levita cukup hebat.

"Udah muji masakanku dalam hatinya?" cerca Levita yang menyeka bibirnya dengan tisu.

"Geer banget anda," elak Arsenio.

Tanpa menghiraukan dan menunggu Arsen yang tengah menyantap makanan, Levita membaca peraturan pernikahan mereka, yang tentu saja di buat oleh Arsenio.

"Satu, Tidak boleh mencampuri urusan masing-masing... Oke, lagi pula urusan apa yang mau ku campuri dari Om-Om sepertimu," celetuk Levita yang sembari membaca.

"Dua, jangan lakukan skinsip... Yeu, siapa juga yang mau... Lagian ogah di grepe grepe Om-Om," lanjutnya lagi.

Untung saja Arsenio masih mengunyah. Kalau tidak, Levita sudah habis di ceramahi.

Selama mereka tinggal bersama ini, Levita sering kali di ceramahi oleh Arsenio. Padahal itu hal sepele, tapi Arsenio terus menceramahi Levita sampai gadis itu jengah.

"Tiga, tidur bar- heh, apaan ini-" elak Levita.

"Baca dulu, dongo!" timpal Arsenio.

Tentu saja ucapan Arsen tadi membuat Levita menyunggingkan bibirnya kesal.

"- tidur bareng, karena kamar cuma ada satu. Tapi harus pake jarak dak gak boleh lewati jarak itu... Deal... Kalau sampai Om lewati batas, aku bilangi Papah!" adu Levita.

"Yeu dongo. Kalau bilang Bapak lu, ya bakal di marahin lah," tukas Arsenio.

Levita hanya nyengir, menertawakan kebodohannya. Kalau ia bilang ke orang tuanya, pasti mereka akan mengoceh, karena memang suami istri kan emang harus satu ranjang.

"Oke yang itu setuju." Levita melanjutkan pembacaan peraturan pernikahan mereka, lalu sampai dengan yang terakhir, yang membuat Levita diam. "Kalau satu tahun kita berdua masih belum cinta, kita bisa bercerai." Levita menatap mata Arsenio.

Arsenio mengangkat alisnya. "Gimana?" tanya Arsenio.

"Jadi, kalau selama satu tahun ini kita belum saling suka, kita cerai?"

"Iya, mau apa lagi. Lagi pula, kamu masih muda. Aku gak mau rusak masa depan kamu, masa depan kamu masih panjang, pasti kamu mau nikah sama seseorang yang kamu cintai, aku takut kamu malu nikah sama Om-Om kaya aku," kata Arsenio.

Memang ucapan Arsen benar. Tapi, saat pria itu berucap seperti tadi, entah kenapa hati Levita sedikit sakit. Walau ia masih belum mencintai pria ini, tapi sebisa mungkin ia akan belajar mencintainya. Karena ia tidak mau mengecewakan orang tuanya. Dan Levita juga pernah berjanji, kalau ia akan menikah satu kali seumur hidup.

"Oke. Jadi, selama satu tahun, kita coba buat satu sama lain saling jatuh cinta," kata Levita.

"Iya. Tapi kita gak bisa memaksa satu sama lain, apalagi kamu tahu, kan, aku punya trauma sama percintaan, dan masih ada seseorang di hati ini," jujur Arsen.

"Yes, I know. I promise I won't hurt your heart."

Arsen mengangguk, berusaha menaruh harapan itu pada Levita.





Arsen mengangguk, berusaha menaruh harapan itu pada Levita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

to be continue •

Terpaut usia ✔️ (BUKU SUDAH DI TERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang