Dua bulan sudah usia pernikahan Levita dan Arsenio. Tapi, keduanya di antara keduanya belum tumbuh benih-benih cinta saat ini, gak tau kalau besok subuh. Tapi, Arsen sudah menunjukan ke khawatirannya pada sikap ceroboh Levita. Dan Levita sudah sedikit bisa ngambek akan hal kecil yang di lakukan Arsen, begitupun sebaliknya.
Mereka kini sudah saling melengkapi, walau belum adanya rasa cinta. Kali ini, Levita sudah bersiap dengan celan short pendek dan baju over size yang sering ia pakai sehari-hari.
Levita melirik Arsen yang masih tidur di kasurnya. Mereka tidur di satu ranjang yang sama. Hanya saja ada pembatas guling di tengah-tengah, dan jika ada yang melewati batas akan kena denda.
"Kak, Levi mau pergi dulu," pamit Levi.
Kali ini Levita sudah terbiasa dengan panggilan Kakak.
Arsen mengucek kedua matanya, lalu menatap Levi yang sudah rapi dan cantik. Matanya melirik dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Setelah selesai memperhatikan Levita, Arsenio bangkit dan beranjak pada lemari, membuat gadis itu mengerutkan keningnya bingung.
"Nih pake yang ini!" titah Arsen.
Levita menatap baju dress satu-satunya yang ia punya. "Kenapa sih, Kak?"
"Ganti aja, celana kamu terlalu pendek," tegur Arsen.
"Tapi Kak, aku udah sering pake kaya gini," bela Levita.
Arsenio membalikkan tubuh Levita kemudian mendorongnya ke arah kamar mandi dan memberikan dress itu lalu menutup pintu.
"Gak ada tapi-tapian, ganti sekarang! Kalau di rumah boleh pake kaya gitu, kalau di luar kamu harus pakai-pakaian yang sopan!" titah Arsenio.
Di dalam kamar mandi, Levita mendengus kesal karena baru kali ini ia di tegur dan di atur oleh Arsenio. Tiba-tiba ia ingat perjanjian pernikahan mereka, bahwa tidak boleh mengatur hidup masing-masing. Tapi Levi tidak ambil pusing, dan dia akhirnya mengganti pakaiannya.
Ketika melihat Levita keluar dengan baju yang ia pilihkan, di padupadankan dengan tas selempang membuat Arsen tersenyum, hanya saja Levi memajukan bibirnya.
"Nah ini bagus. Lain kali, pake baru dress aja, ya!" titah Arsenio.
"Kak, dress aku cuma ada ini doang, gak suka pake dress pokonya, ribet," keluh Levita. "Udah ah, Levi berangkat dulu. Soalnya Violet udah nunggu dari tadi," kata Levita.
Arsen hanya mengangguk, kemudian Levita mencium tangan Arsen sudah seperti istri sah saja. Itu sudah berlaku beberapa Minggu yang lalu, karena menurut Levita, ia harus menghormati yang lebih tua.
"Kalau mau pulang telepon aja, aku gak kemana-kemana," teriak Arsen karena Levita sudah jauh dari kamar.
°°°°°
Sahabat Levita menatap Levita penuh tanda tanya, apa yang merasuki sahabatnya ini. Kenapa Levita menggunakan dress? Biasanya Levita paling ogah dan lebih memilih menggunakan celana pendek dan baju kedodoran khasnya.
Punggung tangah Salsa menempel sempurna di kening Levita, berusaha mengecek suhu badannya apakah Levita demam atau tidak.
"Kenapa sih Tuhan," rengek Levita yang pusing melihat gelagat sahabatnya.
"Lu gak kerasukan, 'kan? Lu gak sakit, 'kan?" tanya Raya.
Levita terkekeh. Pasti mereka aneh, bukan hanya mereka yang aneh. Levita saja yang menggunakannya merasa aneh, tapi cukup nyaman juga.
"Dimarahin gue sama si Om," celetuk Levita.
Ia lupa, kalau temannya itu belum juga tahu tentang pernikahannya.
"Om, Om siapa?" tanya Salsa.
Violet yang sudah tahu sendiri itu cuma pura-pura tidak tahu saja. Violet sering memergoki Levita teleponan dan sering bilang Om.
"Sugar Daddy nya Levita," celetuk Violet.
"Gila Lo!" pekik Salsa. "Punya sugar Daddy gak bagi-bagi," lanjut Salsa lagi.
"Gue kira Lo mau marahin Levi karena punya Papa gula, nyatanya mau ikutan punya hahah."
Suasana mendadak hening saat Levita menghela nafas panjang. "Gue mau jujur," katanya serius.
"Jujur apa? Biasanya juga lu gak pernah nyembunyiin sesuatu, Lev."
"Gue udah nikah," ucapnya sambil memejamkan mata.
Krik... Krik... Krik...
Sahabatnya menatap Levita kemudian tertawa.
"Lah, kok ketawa, gue serius."
"Kita udah tahu," kompak ketiganya.
Renacanya ia ingin mengejutkan sahabatnya, jadi malah ia yang terkejut.
"Kok bisa?"
"Om Arsen sendiri yang bilang waktu dia jemput Lo. Kita sih gak masalah Lo udah nikah. Lagi pula, Lo nikah karena di jodohin, 'kan?" tanya Violet.
"Hah kok bisa? Kapan si Om bilang sama kalian?"
"Waktu Lo di panggil dosen bawa makalah, dan waktu itu kita ketemu Om Arsen yang nanyain Lo, dan dia jujur kalau dia adalah suami Lo!" jelas Salsa.
Tak habis pikir Levita. Bisa-bisanya Arsen tidak memberitahu kalau sahabatnya itu sudah mengetahui akan pernikhannya.
"Udah sekitar satu bulanan, dong? Dan kalian semua pura-pura gak tahu?"
Ketiganya mengangguk. "Kita nunggu Lo jujur, Lev. Kita gak mau mendahului Lo. Karena kita percaya, bahwa Lo bakal jujur sama kita," ucap Raya membuat Levita menundukkan kepalanya merasa bersalah.
Karena sudah membohongi sahabat-sahabatnya. Padahal, jujur itu tidak sulit. Nyatanya mereka juga akan menerima Violet apa adanya.
"Maafin gue. Gue gak jujur sama kalian. Gue takut kalau jujur, kalian bakal jauhin gue karena gue nikah sama Om-Om," celetuk Levita menangis.
Raya, Salsa dan Violet langsung menghampiri dan memeluk Levita berbarengan.
"Ngapain kudu jauhin Lo, sih. Lagian, Om Arsen ganteng," bisik Violet yang langsung di hadiahi tatapan tajam.
"Lo tahu gak sih, Om Arsen itu CEO yang lagi terkenal akhir-akhir ini. Fans dia dimana-mana weh," tutur Raya.
"Eh, masa?"
Akhirnya Raya menunjukan fanbase Arsenio yang ada di Twitter. Dan benar, banyak sekali para gadis yang menyukai Arsenio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpaut usia ✔️ (BUKU SUDAH DI TERBITKAN)
Novela JuvenilMenikah dengan seseorang yang berbeda usia bukanlah hal yang mudah. Apalagi, bagi seorang gadis berusia 19 tahun yang masih sering melibatkan orang tua dalam segala halnya. Levita Kayshila, gadis tomboy manja, anak satu satunya keluarga kaya raya, o...